" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?
Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Atlas
Mereka melihat Ryan dengan wajah sumringah nya hadir di rumah Abizam.
" Udah kamu bawakan apa yang aku minta?"
" Tentu saja. Itu ada di luar."
" Apa papi?"
" Leon makan dulu. Habiskan sarapannya."
" Iya."
Dengan sedikit terburu-buru, Leon melahap sarapan paginya sampai sedikit tersedak. Aqila yang berada disebelahnya menepuk punggungnya.
" Jangan buru-buru."
" Iya mami."
Ada perasaan hangat didalam diri Abizam melihat Leon memanggil Aqila dengan sebutan mami. Setelah menyelesaikan sarapan paginya, Leon dan Aqila bergegas keluar rumah.
" Wuuuaaaaahhhh....."
Seekor anak anjing kecil berada di depan rumah Abizam.
" Mana kandang anjingnya?"
" Nanti siang dikirim pakai pick up. Aku minta yang ukuran besar karena ini akan menjadi anjing yang besar."
" Emang ini jenis apa?"
" Golden Retriever."
" Orang gila. Disuruh cari yang lucu malah beli yang segede gaban."
" Ya kan biar bisa menjaga rumah juga."
Aqila dan Leon bermain-main dengan anak anjing itu. Leon terlihat bahagia dengan kehadiran anak anjing itu.
" Leon suka??"
" Iya papi. Ini keren."
" Mau dikasih nama siapa??"
" Siapa ya papi??"
" Udah ada nama sih sebenernya di sertifikat dia. Tapi kalau kalian mau ganti namanya ya nggak apa-apa."
" Namanya siapa Om??"
" Atlas."
" Wiih lebih keren nama anjing daripada nama kamu Yan."
" Mulai mancing kerusuhan ni orang."
Abizam terkekeh melihat wajah cemberut Ryan.
" Jadi kalian pakai nama apa??"
" Panggil Atlas aja keren."
" Atlas...Atlas.."
Abizam memperhatikan Aqila dan Leon yang bermain dengan Atlas. Ada rasa hangat yang ada di dalam dadanya. Suasana seperti ini yang dia inginkan selama ini. Bersama gadis yang dia cintai dan anak yang selama ini sudah seperti anaknya sendiri.
" Nah itu kandang nya Atlas."
Leon berlari mendekat ke arah kandang Atlas yang masih ada di atas mobil.
" Keren Om rumah Atlas."
Rumah Atlas cukup besar untuk seekor anjing kecil. Tetapi nantinya Atlas akan tumbuh besar. Sekitar tiga orang pekerja di rumah Abimana menurunkan kandang Atlas.
" Papi...kandang nya ditaruh di luar??"
" Gimana enaknya??"
" Di letakkan di dalam saja papi. Kasihan kalau nanti Atlas kehujanan. Dia bisa pilek."
Abimana terkekeh mendengar ucapan Leon.
" Letakkan di teras belakang!!"
" Baik Tuan."
Ketiga orang pekerja itu membawa kandang Atlas di teras belakang yang ada sekat kecil nya. Jadi Atlas masih di dalam rumah, tetapi beda tempat.
" Boleh Atlas tidur di kamar Leon papi??"
" Hanya kalau dia sudah selesai mandi."
" Iya. Ayo kita mandikan papi."
" Jangan sekarang. Karena dia masih kecil untuk dimandikan."
" Oh ya?? Berarti dia lebih muda daripada Leon??"
" Yaaahh seperti itulah."
Aqila terkekeh-kekeh mendengar celotehan Leon. Melihat Aqila yang tertawa lepas membuat Abizam bahagia.
" Kamu seneng anjing kan??"
" Iya kak. Dari dulu Qila suka banget sama anjing. Tapi ayah sama ibu melarang Qila memeliharanya karena kami tinggal di daerah yang melarang memelihara anjing."
" Oh gitu."
" Leon terlihat sudah bersahabat baik dengan Atlas kak."
" Iya. Atlas pun kelihatan nya sudah menganggap Leon teman."
" Kakak sengaja beli Atlas supaya Leon bisa melupakan kesedihan nya dan melupakan orang tuanya. Bukan melupakan tidak mengingatnya. Tapi lebih ke arah lebih baik sekarang dia jangan mikir yang lain. Lebih baik dia sekarang menikmati masa kanak-kanak nya dengan baik."
" Iya kak. Qila setuju dengan ide kakak membeli Atlas."
" Leon!!!"
" Iya Om. Ada apa??"
" Ini tali kekang Atlas."
" Kenapa ditali Om??"
" Karena masih kecil, kadang anjing kecil kepo dan suka hilang kalau diajak jalan-jalan. Jadi kalau Leon mau ajak jalan-jalan, jangan lupa pakaikan tali ini."
" Iya Om."
" Oh ya ini makanan nya Atlas."
" Apa itu Om??"
" Ini namanya dog food. Karena Atlas masih kecil, jadi dog food nya dituang pakai susu. Nah seperti ini."
Ryan memasukkan satu sendok sekop dog food dan memberikan susu khusus untuk anjing. Setelah itu disodorkan ke arah Atlas yang langsung menyantap habis makanannya.
" Kasih makannya sesuai takaran tadi ya Leon. Jangan lebih. Dan kasih makannya sehari sekali saja. Supaya gak terlalu gemuk Atlas nya.
" Nanti kalau Atlas lapar gimana Om???"
" Kasih ini aja."
Ryan membawa box berwarna biru dan meletakkan di sebelah kandang Atlas.
" Ini isinya cemilan untuk Atlas. Selain bergizi ini juga bagus untuk melatih gigi Atlas biar cepat kuat. Jadi kasih nya dikit-dikit. Jangan terlalu banyak ya."
" Iya Om."
" Oh ya, anjing ada makanan pantangan nya. Anjing gak boleh makan cokelat, alpukat, anggur dan kacang-kacangan gitu. Karena mereka bisa mati. Jadi jangan kasih Atlas makanan manusia ya."
" Iya om. Apalagi??"
" Udah itu aja cukup."
Aqila memperhatikan Leon dan Ryan sambil tersenyum.
" Qila..."
" Iya kak."
" Ikut kakak sebentar."
Aqila mengikuti Abizam. Mereka masuk ke dalam rumah. Abizam mengajak Aqila masuk ke dalam perpustakaan milik keluarga Abizam. Di mana banyak buku-buku dengan berbagai macam bidang di perpustakaan tersebut. Bahkan novel-novel lama juga ada di situ. Aqila dibuat terpana melihat banyak nya buku di perpustakaan itu.
" Gimana?? Suka???"
" Banget kak."
" Kamu bisa gunakan ruangan ini untuk membaca buku. Atau kalau kamu mau gunakan ruangan ini untuk belajar juga bisa. Ruangan ini kedap suara. Kakak yakin kamu bisa belajar dengan baik dan konsentrasi penuh di sini."
Aqila memeluk Abizam. Merasa bersyukur karena memiliki Abizam. Abizam pun membalas pelukan Aqila.
" Boleh Qila ajak Manda belajar bersama di sini??"
" Boleh. Qila boleh ajak siapa saja ke sini kok."
" Manda aja kak. Karena hanya Manda yang tahu status pernikahan kita."
" Kamu bisa mulai belajar siang ini kan?? Kakak juga akan bekerja di sini."
" Iya kak. Qila juga harus mempersiapkan diri untuk ujian nasional."
Aqila naik ke kamarnya. Dibantu oleh Abizam, Aqila memindahkan barang-barang nya ke perpustakaan itu. Setelah itu Aqila pun mulai belajar dan Abizam mengerjakan pekerjaannya. Sesekali Abizam melihat ke arah Aqila yang sedang berkonsentrasi penuh dalam belajar.
" Kalau ada yang Qila nggak paham, Qila boleh tanya kakak kok."
"Iya Kak. Qila masih berusaha mengerjakan sendiri kok."
"Bagus. Pinter."
Aqila sedang berkonsentrasi penuh dengan soal-soal nya ketika handphone nya berdering. Aqila pun segera menjawab panggilan suara dari Amanda.
" Di mana??"
" Di rumah."
" Rumah mana??"
" Rumah Kak Abi lah."
" Oh.."
" Kenapa??"
" Aku mau numpang belajar."
" Sini aja. Kata kak Abi boleh kok belajar di sini."
" Oke. Otw."
Aqila pun mengakhiri panggilan nya.
" Amanda??"
" Iya kak. Di rumah dia gak bisa belajar dengan baik."
" Iya gak papa. Dia boleh belajar di sini sama kamu kok."
" Iya kak."
Aqila kembali berkonsentrasi belajar.
*Tok..tok..tok..*
" Masuk."
" Permisi Tuan. Ada gadis di depan cari Non Qila."
" Antarkan dia masuk ke sini Bi."
" Baik Tuan."
Mereka menunggu Amanda yang cukup lama tidak menunjukkan batang hidung nya.
*Tok..tok..tok.."
" Masuk!!"
" Permisi."
Amanda melongokkan kepalanya ke dalam.
" Manda...ayo sini. Belajar sama aku."
" Iya."
Abimana menengok sekilas ke arah dua orang sahabat baik itu dan kemudian fokus kembali ke pekerjaan nya. Amanda menghampiri Aqila.
" Kok wajah kamu pucat Man???"
" Masak sih??"
" Iya. Kamu lagi sakit??"
" Nggak kok."
" Tapi kok pucat??"
" Ah nggak. Biasa aja."
" Cerita sama Qila Man. Ada apa??"
Aqila hanya menyentuh lengan Amanda sedikit. Tetapi Amanda langsung berteriak kesakitan.
" Aaah...auu...sakit."
" Kamu kenapa??"
" Nggak apa-apa. Tadi jatuh di depan."
" Sudah diobatin??"
" Nanti juga sembuh sendiri. Ayo kita belajar."
Aqila masih diam saja.
" Ayo kita belajar. Ujian hampir dekat."
"Manda..."
Aqila memegang lengan Amanda.
Tidak disangka Amanda langsung roboh dan pingsan di pelukan Aqila. Tepat saat itu Ryan masuk untuk mencari Abizam.
" Kak Abi..kak...tolong Qila."
Abizam dan Ryan segera mendekati Amanda dan Aqila.
" Ada apa Qila ??"
" Nggak tahu. Wajah Amanda sudah pucat waktu datang. Waktu Qila sentuh tangannya dia kesakitan. Terus waktu Qila sentuh lagi, dia tiba-tiba pingsan."
" Bi, pinjam kamar tamu. Tolong panggilkan Johan."
" Oke."
Ryan menggendong Amanda dan membawanya ke kamar tamu. Sementara Abizam menghubungi Dokter Johan. Ryan membaringkan tubuh Amanda di atas tempat tidur. Dilihatnya Amanda yang semakin pucat. Cukup lama menunggu akhirnya dokter Johan pun tiba.
" Sakit apa Yan??"
" Nggak tahu juga."
Dokter Johan memeriksa Amanda dan memasang kan infus untuk Amanda.
"Sakiitt..."
Amanda terdengar lebih sering merintih kesakitan. Dengan sigap Dokter Johan pun kemudian memeriksa seluruh tubuh Amanda.
" Aku izin buka baju anak ini ya."
" I..iya gak papa Dok."
Aqila mewakili Amanda untuk memeriksa tubuh Amanda. Saat membuka pakaian Amanda, Aqila dan yang lainnya dibuat terkejut melihat tubuh Amanda yang penuh dengan luka memar. Bahkan ada beberapa yang berwarna biru.
" Apa ini?? Kenapa bisa seperti ini??"