Sepasang anak sekolah, yang tidak saling mengenal. Berteduh di gubuk reyot pinggir jalanan sepi, di tuduh berzina dan berujung di Nikahkan secara Paksa.
"Sebentar, ini salah Paham!!."
"Kami bahkan ngga saling kenal."
Namun sayangnya, suara mereka tidak di dengar. Mereka di arak menuju masjid, dan di Nikahkan di sana.
Apa yang akan terjadi, pada dua sejoli yang tidak saling kenal, tapi tiba tiba jadi suami istri?. Usia mereka masih belia dan masa depan mereka masih panjang.
Ikuti Kisahnya (^^)
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemenangnya tetap orang baru
Pagi harinya, Alvian dan Aurora sudah siap dengan seragam mereka. Masih ada beberapa plaster di wajah karena luka yang belum sepenuhnya pulih.
Aurora dan Alvian sarapan roti bakar dan susu hangat buatan Pelayan. Hari ini Alvian akan berangkat menggunakan Motor Sport baru. Motor Sport pertama Alvian berwarna hitam biru, sekarang berganti menjadi Hitam Mewah dan kekuaran terbaru.
Aurora membonceng motor sport untuk pertama kalinya, rasanya seperti akan terbang. Sampai akhirnya mereka sampai di gerbang sekolah yang sudah mulai ramai, banyak pasang mata yang menatap penasaran kedatangan keduanya.
Alvian menggeber gasnya saat memasuki parkiran motor, dia memarkirkan motor dengan santai. Aurora turun dengan hati-hati, lalu keduanya bergandengan tangan menuju kelas mereka.
Cindy melihat itu dengan kepanasan, selama dua tahun dia mengejar Alvian. Belum pernah sekalipun dia digandeng, kenapa Alvian sangat meratukan Aurora.
"Stop Al, udah cukup Lo nyakitin gue. Oke gue cemburu, gue sakit hati. Jadi stop bayar dia buat jadi pacar Lo, please gue maafin Lo kok." Ucap Cindy keras.
Alvian dan Aurora reflek saling pandang, merasa aneh. Drama macam apa yang sedang dimainkan Cindy.
"Aurora, Lo dibayar berapa sama Al? gue bayar dua kali lipat, please pergi jangan jadi duri dalam hubungan orang." Ucap Cindy, menatap terluka pada Aurora.
"Mabok rondap ya? apa habis minum Pipis anjing? Siapa yang dibayar?! Enak aja Lo ngatain gue cewe bayaran, yang lonte kan Lo bukan gue." Ucap Aurora kesal.
"Cukup Ra!! Gue udah cemburu, gue udah tersiksa. Lo ngga perlu perpanjang kontrak__
"Heh bangsat." Suara Alvian, memotong omong kosong Cindy.
"Al__
BUGH!!!!
gubrakk!!
Aurora bahkan melotot, tidak percaya dengan apa yang dilihat nya. Suaminya mau memukul wanita, apakah ini batas kesabaran dari seorang Alvian.
Cindy menatap Alvian terkejut, tidak menyangka. Dia merasa hidungnya sangat sakit, darah hangat keluar dari sana. Dirinya juga terbentur, terasa punggungnya sakit, saat ini Cindy sedang ketakutan.
Semua murid menatap tidak percaya, mereka akhirnya tau jika Alvian memang tidak bercanda, mereka menunggu kelanjutannya. Drama menarik di pagi hari yang cerah.
"SEKALI LAGI LO BUAT DRAMA NGGA JELAS, GUE PUKUL LO SAMPE MATI BANGSAT!!!." Bentakan Alvian, menggelegar.
Cindy pucat pasi, tau jika kemarahan Alvian tidak main-main. Dia beringsut mundur. Badannya gemetar ketakutan, dia telah membangunkan macan tidur.
Cindy pikir jika dirinya mendesak Alvian, Alvian akan jadi berpihak padanya karena muak. Tapi ternyata Alvian lebih memilih memukulnya dibanding bicara baik baik.
"A-aku ngga nyangka kamu pukul cewe, apa... apa dia yang___
PLAAKKKKK!!!!
Wajah Cindy tertoleh, Aurora yang menamparnya dengan keras. Biarkan saja, biarkan mereka menjadi pasangan gila. Biar dia pukul semua wajah menyebalkan yang mengganggunya.
"Mukul orang ngga perlu di ajarin, lo nantangin gue kan? oke gue jabanin. Ini bukan bullying, ini jawaban gue atas tantangan Lo yang udah fitnah gue selama ini." Ucap Aurora, mendadak bisa bahasa gaul.
Aurora melepas Jas miliknya, melepaskan tasnya dan berlari menerjang Cindy. Aurora mendang kepala Cindy sampai tersungkur di lantai. Cindy sudah menangis, tapi Aurora tidak berhenti. Dia tetap memukul dan menendang.
"NIH BIAR LO TAU RASANYA DI PUKULIN ,LO PIKIR KEJAHATAN LO KEMARIN ITU RINGAN?!! LO TETEP MAU CARI MASALAH SAMA GUE, NIH GUE KASIH!!! GUE KASIH APA YANG LO MAU BANGSAT!!!." Aurora memukuli Cindy dengan membabi buta.
Semua siswa mulai merekam, mereka merasa sangat penasaran dan tertarik. Bukan mereka tidak mau melerai, mereka hanya tidak mau terseret.
"Woi Al, tarik cewe Lo. Cindy bisa mati." Ucap teman tongkrongan Alvian.
"Itu yang gue mau." Dingin Alvian.
"Apa? Al Lo keterlaluan, selama ini Cindy ___
"APA BANGSAT!! LO MAU BELAIN DIA, SINI LO LAWAN GUE." Alvian kesal.
"Ngga gitu bro, kita kan temen__
"Ngga, gue emang anggep Lo temen tapi ngga dengan jalang itu. Kalian mau tetep bela dia, silahkan. Lawan kalian gue." Ucap Alvian dingin.
"Sadar Al, gue udah tau Lo ketemu Aurora di Desa pelosok kan?! Lo di grebek sama warga pas lagi neduh karena kepisah dari kita semua waktu Turing, gue tau masa lalu Aurora. Tarik dia atau gue sebar Aib nya." Ancam mereka.
"Sebar aja, itu bukan aib. Itu adalah hari paling bahagia bagi hidup gue." Santai Alvian.
"Al?! Lo lebih bela anak Desa Urakan daripada Cindy?!." Sungutnya.
"Iya, kenapa?." Tantang Alvian.
"Brengsek."
Anak anak yang dulunya menjadi teman Alvian nongkrong, kini berbalik menjadi musuh. Mengkroyok Alvian dan Aurora, Aurora yang sedang membogem Cindy, mendapat tendangan dari belakang.
Aurora membalas, dia tidak semudah itu di tindas. Dia akan memperlihatkan, seberapa kuat fisik dan hatinya sebagai anak Desa yang miskin.
"Aku emang orang kampung, terus kenapa? apa salahnya jadi orang kampung?!.'" Batin Aurora.
Perkelahian semakin memanas, Polisi datang memenuhi panggilan Para Guru. Alvian, Aurora dan semua yang terlibat dibawa kekantor polisi untuk ditangani lebih lanjut.
Cindy terlihat babak belur dan menangis tersedu-sedu. Aurora menatap dengan datar, Alvian juga mendapat luka baru lagi. Mereka benar benar hidup untuk berkelahi.
Sampai di kantor polisi mereka di wawancarai satu persatu. Cindy tetap kukuh mengatakan jika Aurora merebut pacarnya, memukulnya dan kisah dramatis lainnya.
Semua statement Aurora di bantah oleh Alvian sendiri, Alvian membela Aurora dan mengatakan jika Cindy memang pantas di pukul. Melihat bagaimana dirinya dan Aurora di keroyok begitu banyak anak.
Aurora tidak memberikan keterangan apapun, dia bungkam dengan tatapan sedingin es. Dia merasa muak, muak selalu di salahkan untuk hal yang tidak pernah dirinya lakukan.
Polisi mulai menimang, berdasarkan lokasi kejadian. Alvian dan Aurora memang di keroyok banyak anak, tapi sesuai keterangan mereka Aurora lah yang memancing perkelahian di awal.
"Benar, saya memukulnya. Karena kemarin dia membawa orang untuk memukuli pacar saya, saya ikut di pukuli karena saat itu saya ada bersama pacar saya." Ucap Aurora dingin.
"Bohong pak!! Alvian itu pacar saya, mereka itu pasangan selingkuh." Teriak Cindy.
Karena mediasi tidak berjalan dengan baik, Apalagi Cindy yang di bela oleh semua antek-antek nya. Alvian dan Aurora merasa di abaikan, padahal mereka adalah korban kegilaan Cindy.
Satu jam kemudian, Ayah dari Cindy datang. Cindy langsung menangis tersedu-sedu. Mengadu pada Ayahnya jika dirinya di pukuli oleh Aurora, dia juga mengatakan banyak hal yang sangat jauh dari fakta sebenarnya.
"Alvian, kamu ini kenapa sih. Udah bener pacaran aja sama anak saya, kenapa malah kepincut anak miskin dari kampung? Kamu ini di pelet apa gimana, udah ngga usah di perpanjang. Kamu balikan aja sama Cindy, Cindy juga bakal maafin kamu karena dia baik, dan buat anak kampung itu mendingan dipulangin aja ke tempat asalnya. Gara-gara dia kalian jadi berantem begini, udah lah Al aku sama orangtuamu kan kenal Deket, nggausah bikin masalah begini." Ucap Ayah Cindy.
"Maaf, yang teman Bapak itu Ayah saya bukan saya." Dingin Alvian.
"Duh susah banget di bilangin, udah lah kalian ngga usah marahan. Heh anak kampung, kamu nggausah rayu rayu pacar orang, masih kecil udah jadi pelakor gedenya mau jadi apa? kamu itu ngga sepadan sama Alvian, udah bener dia sama Cindy kenapa malah kamu dateng-dateng bikin rusuh? Begini aja, saya ngga akan tuntut kamu mending sekarang kamu tinggalin Alvian dan balik aja ke Desa." Ucap Ayah Cindy.
"Salah Pak, bukan Bapak yang nuntut saya. Tapi, saya yang nuntut anak Bapak duluan." Ucap Aurora dingin.
"Hahahahaha, begini jadinya kalo anak Desa di kasih duit, bakal lupa daratan. Emangnya kamu punya uang berapa? yakin bisa lawan saya? udah lah nggausah di perpanjang, Alvian baikan aja sama Cindy, kamu pasti tau mana yang terbaik." Ucap Ayah Cindy.
Hati Aurora mencelos, sakit sekali rasanya. Meskipun Alvian membelanya tetap saja hatinya berdenyut. Apa mungkin benar, lebih baik dia kembali saja ke Desa? tapi jika kembali sebagai Janda, orang Desa juga akan mengecam dan menertawakanya.
Alvian tidak menghiraukan ucapan Ayah Cindy, dia menggenggam tangan Aurora yang terasa dingin. Merasakan getaran samar, Alvian tau Aurora sedang memendam perasaannya lagi.
Alvian merangkul dan mengelus punggung Aurora dengan hangat, dia memberikan dukungan jika Alvian hanya untuknya. Mau sekeras apapun mereka memaksa, Alvian tetap memilih Aurora.
Cindy yang melihat itu Kesal, dia menggenggam lengan Ayahnya erat-erat. Merasa cemburu buta, bagaimana bisa Alvian sehangat itu pada Aurora.