NovelToon NovelToon
Laras: The Beginning Of Temptation

Laras: The Beginning Of Temptation

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pihak Ketiga / Keluarga / Konflik etika / Wanita Karir
Popularitas:938
Nilai: 5
Nama Author: Imen Firewood

Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?

Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?

Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~

Update: setiap hari

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan Bisnis

Keesokan harinya ...

Kini Laras telah kembali memulai kesibukannya di dalam kantor. Di depan meja dan layar komputer, teman yang selalu membuat kepala Laras sedikit merasa pusing ketika bekerja. Ketika Laras sedang bekerja di depan komputernya, tiba-tiba seorang pegawai lain menghampiri Laras. Pegawai itu tersenyum sebelum berbicara dan menyapa Laras.

"Permisi Bu ... Saat ini, Ibu di minta untuk keruangannya Bos."

Laras sempat kaget. Merasa bingung kenapa dirinya di panggil keruangan Bos. Hingga Laras jadi sempat bergumam di dalam batinnya.

"Ada apa ya? ... Tidak seperti biasanya. Apa aku melakukan kesalahan?"

"Baiklah. Aku akan kesana sekarang! ... Terimakasih sebelumnya" -Laras

"Sama-sama, Bu ... Permisi ..."

Setelah pegawai itu pergi. Laras kembali melihat pekerjaan di komputernya yang hampir selesai. Dan sedikit melakukan peregangan otot kecil di lengannya. Pagi ini, Laras terlihat sudah tidak terlalu memikirkan masalahnya dengan Andi semalam. Ia terlihat biasa saja. Seperti orang yang tidak mempunyai masalah.

"Sip! ... Aku akan kesana sekarang ..." -Laras

Laras beranjak dari kursi kerjanya. Berjalan melewati lorong yang membawanya menuju ke sebuah lift. Pagi ini, suasana kantor begitu cerah. Entah apa yang menjadi penyebabnya. Tanaman yang di pajang di sisi jalan-jalan lorong juga mengeluarkan udara segar yang bisa Laras hirup.

Ketika Laras sudah masuk ke dalam lift. Laras menekan tombol paling atas. Lantai dimana ruangan Bos perusahaan berada. Ketika pintu lift perlahan mulai tertutup, sebuah tangan pria tiba-tiba saja menghalangi jalannya pintu lift yang hampir tertutup.

Seorang pria kini masuk ke dalam bersama Laras yang kaget ketika melihatnya pria tersebut. Karena Laras benar-benar tidak tahu, bahwa seorang pria yang telah hadir bersamanya sekarang adalah Riko.

"Riko ...?" -Laras

Riko tersenyum. Setelah melepaskan tangannya pada area otomatis pintu lift. Ia memandang Laras dan menyapa hangat saat baru bertemu lagi.

"Pagi, Laras ..." -Riko

Beberapa detik Laras terlihat melamun. Merasa bingung dengan moment yang selalu mempertemukannya dengan Riko. Bahkan, di waktu seperti sekarang. Hanya ada mereka berdua di dalam lift. Membuat lagi-lagi jantung Laras berdegup kencang.

"Ah, iyaa ... Pagi juga."

Karena merasa penasaran. Laras pun langsung bertanya kenapa Riko ada di dalam perusahaan ini.

"Kenapa kamu berada di sini?" -Laras

"Ah, soal itu ... Pagi ini aku baru saja mendapat pesan dari Bos. Bahwa aku harus menghadap keruangannya?"

"Kalau kamu? Bukankah, meja kerja kamu berada di lantai bawah? Apa jangan-jangan ..." -Riko

"Ya, benar. Aku juga baru saja di suruh menghadap keruangannya sekarang." -Laras

"Ada apa ya?" -Riko

"Entahlah." -Laras

Obrolan mereka itu terus berlanjut ketika bersama naik ke lantai atas. Hingga, sebelum menuju ke lantai paling atas, beberapa pegawai terlihat masuk ke dalam lift mereka. Membuat posisi Laras dan Riko saling menempelkan bahunya. Kini posisi mereka semakin dekat. Dan berada di barisan belakang orang-orang di depannya.

Jantung Laras semakin berdetak kencang. Entah apa penyebannya. Kini Laras menjadi gugup. Ketika, tiba-tiba saja tangan mereka tidak sengaja bersentuhan. Pandangan mereka bertemu. Riko menoleh kebawah menatap Laras, karena tinggi badan mereka juga tidak seimbang.

Terdengar samar suara Laras meminta maaf, ketika tangannya tadi saling bersentuhan. Laras menjadi merasa malu jika harus memandang Riko lagi.

"Hmm, maaf ..." -Laras

Tanpa melihat Laras, tangan Riko mulai berani untuk menggenggamnya. Di tengah keramaian itu, tidak ada yang melihat. Saat ini, hanya Laras yang terus tersipu malu di buat Riko. Hingga ia memberanikan diri untuk menoleh menatap Riko yang terlihat seperti tidak terjadi apa-apa sekarang.

Pandangan Riko terus menatap kedepan. Karena Riko sadar, bila ia menatap Laras itu hanya membuat Laras semakin merasa malu. Laras tidak menolak ketika tangan mereka berdua telah bergenggaman di belakang barisan orang-orang yang tengah bersama mereka di lift.

Hingga, beberapa saat kemudian. Ketika pintu lift sudah terbuka. Itu juga menjadi pertanda bahwa Riko harus melepaskan tangan Laras. Mereka yang berada di dalam lift keluar secara bersama. Termasuk Laras dan Riko. Kini mereka berdua berjalan bersama menuju ruangan Bos perusahaan.

Tok ...

Tok ...

Tok ... Permisi~

Suara Riko yang mengetuk pintu ruangan Bos. Setelah Bos mengizinkan, Laras dan Riko pun berjalan menghampiri Bos perusahaan yang sedang duduk nyaman di kursi jabatannya. Mereka berdiri seperti menunggu perintah dari atasannya itu.

"Maksud saya menyuruh kalian datang adalah untung meeting di luar kota. Apa kalian keberetan?" -Bos

Mendegar kalimat itu, sontak membuat Laras kaget dan sebenarnya ingin langsung bertanya, kenapa hal seperti ini selalu mendadak. Namun Laras terlalu takut untuk mengutarakan pendapatnya itu.

"Meeting, di luar kota Pak? Apakah itu tidak terlalu memakan anggaran?" -Laras

Riko melirik Laras. Yang sepertinya merasa keberatan atas tugas yang mendadak seperti ini. Bagi Riko, ia malah senang mendapat pekerjaan seperti ini. Apalagi itu jika harus bersama dengan Laras.

"Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Masalah uang transport, makan, dan penginapan sudah di tanggung oleh perusahaan. Kamu hanya perlu bertemu dengan klien penting yang berada disana. Apa kamu bisa?" -Bos

Perkataan Bos mereka semakin membuat Laras tidak mempunyai pilihan. Jika ia menolaknya, ini akan amat sangat mempengaruhi karir ia yang susah payah telah di bangun di perusahaan Aoin ini.

Pria yang menjadi Bos itu melihat ke Riko. Seperti tatapannya ada pertanyaan yang harus Riko jawab.

"Siap Pak! Saya bersedia." -Riko

Kemudian, pandangan pria itu berganti melihat Laras yang seperti merasa ada keraguan di hatinya. Laras sempat melamun beberapa saat sebelum akhirnya memaksakan jawabannya.

"Ba-baik Pak." -Laras

Setelah semuanya selesai. Mereka pun di izinkan untuk pergi meninggalkan ruangan dan kembali bekerja saat ini.

"Termakasih sebelumnya. Saya amat merasa terbantu oleh kalian. Dan sekarang, kalian bisa kembali bekerja." -Bos

Laras dan Riko pun izin pamit. Berjalan keluar dengan ekspresi Laras yang terlihat cemas dan bingung. Ketika mereka sudah melangkah keluar ruangan, tiba-tiba bisik dari suara Riko terdengar samar.

"Tidak perlu resah ... Aku bersama mu." -Riko

Di dalam hati Laras. Justru karena pekerjaan ini harus bersama Riko yang membuatnya cemas. Dimana Laras tidak bisa mengontrol emosi di hatinya. Setelah mendengar bisikan Riko tersebut, Laras berusaha tersenyum dan menjawabnya.

"Terimakasih ..." -Laras

Di dalam sebuah ruangan, masih di dalam perusahaan Aoin. Ketika Laras dan Riko sedang menyiapkan beberapa berkas yang akan dia bawa hari ini untuk keperluan meetingnya.

Riko memperhatikan Laras yang merasa terlihat gelisah. Dan Riko bingung dengan bagaimana cara untuk bisa menenangkan hati Laras. Hingga kalimat itu terucap.

"Jika kamu merasa tidak enak. Ketika kita sampai disana, kita akan memesan hotel yang berbeda." -Riko

Mendengar kalimat itu, membuat Laras merasa tidak enak. Dengan sikapnya yang terlalu membuat perasaan Riko tidak nyaman. Yang Laras sedang pikirkan, sebenarnya adalah tentang bagaimana cara memberitahu Mas Andi.

Tentang dirinya yang akan pergi ke luar kota. Apalagi bersama dengan pria. Walaupun sebenarnya diantara Laras dan Riko tidak ada hubungan apa-apa. Laras juga merasa tidak enak jika harus menyuruh Andi menjemput Dina. Ia terlalu gengsi sebagai seorang Ibu.

Jika menyuruh Maya, Laras terlihat seperti terlalu memanfaatkan kebaikannya sebagai seorang sahabat.

"Ah, tidak. Hmm ... Bukan seperti itu. Jika berbeda hotel, itu hanya akan memakan anggaran terlalu banyak. Lagi pula aku tidak keberatan." -Laras

Mendengar ucapan Laras, membuat Riko tersenyum kepadanya. Dan senyuman itu, di sambut baik oleh Laras. Kemudian, Laras akhirnya memutuskan untuk meminta tolong Mas Andi untuk menjemput Dina hari ini. Ia mengiriminya sebuah pesan lewat ponselnya.

"Mas, aku tidak bisa menjemput Dina hari ini. Aku minta tolong, yaa ..?"

Pesan itu langsung di kirim untuk Andi. Entah apapun tanggapannya tentang Laras yang mungkin sedikit egois, Laras tidak memikirkannya saat ini. Laras kembali menoleh melihat Riko yang masih merapihkan barang-barangnya.

Bersambung ...

1
Nii
semangat Thor
Imenfirewood: Aaaa~ terims!
total 1 replies
𝙈𝙤𝙟𝙖_𝙠𝙤(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)
wah ide bagus, aku si yes👍
𝙈𝙤𝙟𝙖_𝙠𝙤(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠): Sama-sama semangat kak
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
keren Thor... saling dukung yuuk. baca 1bab tiap hari. dan like perbab yukk
HNP_FansSNSD/Army
Ceritanya bagus Kaka 💐💐💐. Jangan lupa mampir di novel aku, Professor & student Love through, & novel baru berjudul Tahta Dari Dosa.
HNP_FansSNSD/Army
terus ini nantinya gimana???
Imenfirewood: Nggak seru dong .. kalo di ceritain! hihi .. pokoknya bikin penasaran dah. Terimakasih yaa, sudah baca sampai sini ..
total 1 replies
HNP_FansSNSD/Army
aku usahain tekunin ya Thor.
Imenfirewood: Waah! ... Siapapun dan dimana 'pun kamu, terimakasih, yaa ... Senang dengarnya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!