Agam menyusup ke dalam organisasi rahasia bernama Oscuro. Sebuah organisasi yang banyak menyimpan rahasia negara-negara dan juga memiliki bisnis perdagangan senjata.
Pria itu harus berpacu dengan waktu untuk menemukan senjata pemusnah masal yang membahayakan dunia. Apalagi salah satu target penyerangan adalah negaranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Menarik
“Berapa gaji yang kamu tawarkan?”
“US$15.000.”
“Apa aku boleh membawa orang-orang ku?”
“Sebenarnya di Oscuro sudah ada beberapa petugas medis yang sama baiknya.”
“Itu menurut mu, bukan menurut ku. Kalau kamu mau membawa ku masuk Oscuro, maka kamu juga harus membawa semua orang ku.”
“Berapa orang yang akan kamu bawa?”
“Hanya dua orang. Perawat dan dokter residen yang bersama ku. Dan mereka mendapatkan gaji terpisah dari ku.”
“Baiklah.”
Dikarenakan mencari pengganti Roberto adalah hal mendesak untuknya saat ini, maka Ortega langsung menyetujui usulan yang diberikan Liam. Dia tahu kalau Liam adalah orang yang berbakat walau sedikit arogan dan sulit diatur,
“Kapan kamu akan ikut ke Oscuro?”
“Setelah kondisi anak itu stabil, aku akan mendatangi mu.”
“Oke.”
Ortega bangun dari duduknya. Dia bermaksud kembali ke markas bersama sisa pasukan yang ada di kota Abu Hamad. Pria itu mencari keberadaan Fellipe lebih dulu untuk menanyakan kondisi Fahad dan Rene.
“Bagaimana Fahad dan Rene?”
“Sepertinya mereka harus beristirahat dulu di sini. Mungkin satu atau dua hari.”
“Aku sudah meminta Liam untuk menjadi pengganti Roberto di Oscuro.”
“Apa dia bersedia?”
“Ya, walau dengan banyak syarat.”
“Wajar saja. Dia dokter yang cekatan.”
“Aku akan meninggalkan Ilsa dan Mario di sini. Kamu ikut kembali dengan ku. Tapi sebelumnya kita makamkan dulu Roberto.”
Fellipe mengikuti apa yang dikatakan Ortega. Bersama dengan Jerry dan empat orang lainnya, kedua pria itu menjemput mayat Roberto. Dokter bedah umum itu akan dimakamkan di Abu Hamad. Mendengar Ortega akan memakamkan Roberto. Ilsa pun bermaksud ikut. Selain Ilsa, Agam juga ikut menghadiri pemakaman.
Suasana haru mengiringi pemakaman Roberto. Bukan hanya anggota Oscuro yang hadir, tapi juga banyak warga kota yang mengikuti pemakaman pria itu. Roberto kerap memberikan pengobatan gratis pada warga kota jika pria itu datang untuk mengambil peralatan medis dan obat-obatan.
Sebisa mungkin Ilsa menahan kesedihannya. Wanita itu mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ketika peti mayat Roberto diturunkan ke dalam lubang, kembali berkelebat kenangan yang mereka habiskan selama enam bulan terakhir. Ilsa selalu berinisiatif mengantarkan pria itu ke Abu Hamad untuk mengambil peralatan medis dan obat-obatan. Waktu tersebut dimanfaatkan keduanya untuk menghabiskan waktu berdua saja.
Walau baru mengenal Roberto, namun Agam tahu kalau pria itu sangat baik. Selama hampir dua bulan tinggal di Oscuro, dia sempat beberapa kali mengobrol dengan Roberto. Pria itu tidak berencana tinggal di Oscuro selamanya. Dia ada keinginan untuk pergi dan menikah dengan wanita yang dicintainya, entah siapa itu. Agam sendiri tidak menanyakan soal itu karena tidak mau ikut campur dalam kehidupan pribadi dokter bedah umum tersebut.
Melihat reaksi Ilsa hari ini, sempat terpikir dalam benak pria itu kalau wanita yang dicintai Ortega adalah Ilsa. Jika benar, pasti ini pukulan berat untuk Ilsa. Kehilangan orang yang dicintai tanpa bisa berbuat apa-apa.
Setelah Roberto selesai dimakamkan, Otega dan yang lain segera kembali ke Bir Tawil, hanya menyisakan Agam dan Ilsa saja untuk menjaga Fahad dan Rene. Agam dan Ilsa kembali ke rumah sakit. kondisi Fahad yang sudah membaik pasca operasi sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Pria itu ditempatkan bersama Rene dalam satu kamar. Sementara anak yang tertembak masih berada di ICU.
“Ais, apa kamu sudah berhasil menghubungi orang tua anak yang tertembak?” tanya Liam pada perawatnya, Aisyah.
“Aku sudah bertanya pada penduduk sekitar. Salah satunya ada yang mengenali dan akan mengabari kedua orang tuanya. Sebentar lagi mungkin mereka akan datang.”
“Kita belum tahu siapa namanya.”
Dari arah pintu masuk, nampak sepasang suami istri berlari memasuki lobi rumah sakit. Mata keduanya nampak mencari-cari sesuatu. Melihat itu Liam dan Aisyah segera mendekati.
“Ada yang bisa kami bantu?” tanya Aisyah menggunakan bahasa Arab. Sebagian besar warga Sudan memang menggunakan bahasa Arab selain Inggris.
“Anak ku. Katanya dia dioperasi di sini, namanya Malik.”
“Apa anda tahu soal anak anda dari teman anda?”
“Ya, kami tertangkap oleh teroris. Aku dan suaminya terpisah dari Malik. Aku dengar dia tertembak. Bagaimana keadaannya?”
“Hai, aku dokter Liam. Aku yang mengoperasi Malik. Aku sudah berhasil mengeluarkan peluru dari perutnya. Keadaannya masih belum stabil, tapi dia baik-baik saja sekarang. Dia ada di ruang ICU kalau kalian ingin melihatnya. Aisyah.”
Mengerti apa yang diinginkan oleh Liam, Aisyah segera membawa pasangan itu menuju ruangan ICU. Sepeninggal Aisyah, Agam yang sedari tadi mengawasi dari kejauhan perlahan mendekati Liam.
“Apa anak itu selamat?” tanya Agam.
“Semoga saja. Dia masih dalam pemantauan kami. Kamu yang membantu ku tadi kan?”
“Ya, nama ku Mario.”
“Liam.”
Kedua pria itu saling berjabat tangan. Agam mengajak Liam ke tempat lain untuk berbincang. Dari Fellipe dia mendengar kalau Ortega merekrutnya sebagai dokter di Oscuro. Tentu saja Agam harus mencari tahu soal Liam. Memastikan pria itu akan menjadi kawan atau musuhnya.
“Kopi?”
Liam menganggukkan kepalanya. Agam menekan tombol di mesin kopi otomatis yang ada di sana. Tanpa menunggu lama dua cup kopi siap untuk mereka. Agam memberikan kopi pada Liam.
“Terima kasih.”
“Aku dengar kamu menerima penawaran Ortega.”
“Ya. uang yang dijanjikan cukup besar. Lagi pula dia memberi ku kebebasan untuk membantu orang-orang di sini plus aku akan mendapatkan pasokan peralatan medis dan obat-obatan. Apa kamu juga anggota Oscuro?”
“Ya, aku baru bergabung sekitar dua bulan yang lalu,” jawab Agam seraya menyeruput kopinya.
“Apa yang membuat mu bergabung?”
“Uang tentu saja.”
Terdengar tawa pelan Liam. Oscuro memang memberikan gaji yang besar untuk semua anggotanya. Setelah dia menerima tawaran Ortega, Liam sempat mencari tahu tentang Oscuro. Tidak banyak yang dia dapat. Namun satu hal yang dia tahu, Oscuro adalah sebuah agen rahasia yang berbahaya. Keberadaannya tidak diketahui oleh umum. Karenanya dia harus meningkatkan kewaspadaan ketika bergabung dengan organisasi tersebut.
“Apa kamu sudah lama berada di Sudan?”
“Baru sekitar enam bulan. Aku berpindah dari satu kota ke kota lain. mencari orang-orang yang membutuhkan bantuan medis. Kamu tahu sendiri kalau kesehatan masih menjadi masalah di negara ini.”
“Ya kamu benar. Sebelumnya kamu bertugas di mana?”
“Aku berada di Gaza hampir dua tahun lamanya, menjadi sukarelawan di sana. Di sana juga aku bertemu dengan Aisyah, perawat yang membantu ku ku. Dia ingin keluar dari Gaza, mencari kehidupan yang lebih damai. Tapi dia malah terdampar bersama ku,” Liam tertawa pelan setelahnya.
“Lalu yang satu lagi?”
“Namanya Jalal. Dia adalah dokter residen yang kubawa saat aku mengunjungi Khartum. Dia tidak melanjutkan pendidikan karena biaya dan akhirnya mengikuti ku. Padahal hanya tinggal satu tahun lagi dan dia adalah dokter berbakat.”
“Bersama mu mungkin dia akan berkembang lebih baik walau tidak bisa menyandang titel sebagai dokter bedah umum nantinya.”
“Aku masih ingin dia melanjutkan pendidikannya. Aku akan mencari cara untuknya.”
“Oh ya, bagaimana dengan Fahad? Temanku yang tertembak di punggung sampai ke bahu. Apa dia baik-baik saja?”
“Ya, hanya saja dia harus banyak beristirahat untuk memulihkan kondisinya.”
“Terima kasih telah menyelamatkan nyawanya.”
“Aku pergi dulu.”
Liam menepuk pelan pundak Agam lalu beranjak dari tempatnya. Agam keluar dari rumah sakit. Dia memilih tempat yang sepi kemudian mengeluarkan ponselnya. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Armin.
[Pak, tolong cari info soal dokter Liam. Dia seorang dokter bedah umum. Dia pernah menjadi relawan di Gaza selama dua tahun dan baru masuk ke Sudan enam bulan lalu. Aku akan mengirimkan fotonya.]
Setelah mengirimkan pesan, Agam mengirimkan foto Liam pada Armin. Tadi dia sempat mengambil foto pria itu diam-diam. Agam memasukkan kembali ponsel ke saku celananya. Bertepatan dengan itu Ilsa sampai ke dekatnya. Wanita itu mendudukkan dirinya di samping Agam.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Agam.
“Ya.”
“Aku turut berduka soal Roberto. Dia laki-laki yang baik.”
“Aku tidak menyangka dia akan pergi secepat ini. Harusnya aku menemaninya ke sini. Harusnya aku tidak membiarkannya datang ke sini sendirian.”
Pandangan Ilsa jauh menerawang ke depan. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya sarat akan kesedihan dan penyesalan. Wanita itu menyandarkan punggungnya ke tembok di belakangnya seraya memejamkan mata. Suasana di antara mereka menjadi hening sesaat. Agam membiarkan saja Ilsa menenangkan dirinya sejenak.
“Boleh aku bertanya sesuatu?” suara Agam memecah kebisuan di antara mereka setelah beberapa saat.
“Tanya soal apa?”
Mata Ilsa terbuka lau melihat pada Agam tanpa merubah posisinya.
“Apa antara kamu dan Roberto memiliki hubungan? Kamu terlihat begitu emosional hari ini. Roberto pernah mengatakan pada ku kalau dia berencana keluar dari Oscuro dan menikah. Apa kamu perempuan yang hendak dinikahinya?”
***
Santai dulu bentar ya, dari kemarin tegang terus🤭
tepat apa yg di katakan dr Liam..... emangnya ajang pencarian bakat .....disini gk ada senior atw junior.....yg penting sigap , siaga dlm nanganin korban dgn cekatan.....menolong nyawanya biar selamat itu aja .....percuma kalo tingkatannya udah tinggi tp hanya di panjang untuk di banggakan buat apa ...gkda guna /Proud/