NovelToon NovelToon
Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Di Kekaisaran Siu, Pangeran Siu Wang Ji berpura-pura bodoh demi membongkar kejahatan selir ayahnya.
Di Kekaisaran Bai, Putri Bai Xue Yi yang lemah berubah jadi sosok barbar setelah arwah agen modern masuk ke tubuhnya.
Takdir mempertemukan keduanya—pangeran licik yang pura-pura polos dan putri “baru” yang cerdas serta berani.
Dari pertemuan kocak lahirlah persahabatan, cinta, dan keberanian untuk melawan intrik istana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Suasana istana Siu masih tampak megah dari luar lampu-lampu lentera berjejer di sepanjang jalan utama, para pengawal berjaga tegap, dan musik lembut mengalun di halaman dalam. Namun, di balik kemewahan itu, benih kekacauan mulai tumbuh.

Hari itu, Menteri Liang baru saja keluar dari ruang sidang setelah rapat panjang bersama Kaisar. Keringat dingin membasahi punggungnya. Ia menunduk dalam, namun jantungnya berdegup kencang.

Beberapa minggu terakhir, gudang-gudang rahasia yang ia sembunyikan di luar ibu kota terbakar tanpa jejak. Kapal-kapal dagang yang membawa opium dan barang selundupan karam di sungai besar. Bahkan beberapa tangan kanan setianya menghilang begitu saja tak ada mayat, tak ada kabar. Seakan ditelan bumi.

“Tidak mungkin semua kebetulan,” gumamnya pelan sambil menggenggam erat gulungan dokumen di tangannya.

Sesampainya di kediamannya, ia disambut oleh pelayan setianya, He Fang.

“Tuanku… berita buruk lagi.” Suara pelayan itu bergetar. “Tadi malam, gudang barat di Chang’an terbakar. Tidak ada yang selamat.”

Menteri Liang hampir menjatuhkan gulungan yang ia bawa. Wajahnya pucat pasi. “Chang’an juga? Itu gudang terbesar!”

“Ya, Tuanku.” He Fang menunduk makin rendah. “Orang-orang kita mulai ketakutan. Ada yang menghilang, ada yang mengkhianat. Mereka bilang ini ulah bayangan yang tak terlihat.”

Menteri Liang menutup mata, napasnya tersengal. Bayangan itu jelas bukan kebetulan. Ada seseorang yang menggerakkan semuanya. Namun siapa?

Di sisi lain, Siu Rong duduk di kediamannya sambil menghantam meja dengan marah. Cawan anggur pecah berantakan di lantai.

“Kenapa lagi-lagi gagal?!” teriaknya pada tangan kanannya, Zhao Kun.

“Pangeran… aku tidak tahu. Semua rencana kita terbongkar sebelum sempat berjalan. Pasukan bayangan yang kita kirim ke perbatasan hilang tanpa kabar. Mata-mata di istana Bai ditangkap. Bahkan orang-orang yang kita suap di pasar ibukota kini tak berani lagi keluar rumah.”

Siu Rong menggertakkan giginya. “Tidak mungkin hanya kebetulan. Ada yang bermain di belakangku.”

Zhao Kun menunduk. “Bahkan… beberapa orang berkata bahwa Pangeran Ji… mungkin…”

Siu Rong membelalak. “Apa? Orang tolol itu?!”

Zhao Kun menelan ludah, takut melanjutkan. “Mereka berkata… sejak Pangeran Ji kembali, semua perubahan terjadi. Tapi tentu saja, itu hanya rumor.”

Siu Rong terdiam. Ingatannya kembali pada sosok Wang Ji yang selalu tampak bodoh, tertawa seenaknya, berbicara konyol di ruang sidang. Tidak mungkin orang seperti itu bisa merancang semua ini… bukan?

Namun benih keraguan mulai tumbuh di hatinya.

Malam itu, di paviliun pribadinya, Wang Ji duduk di depan meja rendah. Lentera kecil menerangi wajahnya yang serius. Luo dan Jian sudah kembali membawa laporan.

“Tuanku,” ujar Luo sambil menunduk, “orang-orang Menteri Liang semakin terdesak. Mereka kehilangan kepercayaan diri. Ada yang menyerah, ada yang melarikan diri. Rantai pasokan mereka kini hampir lumpuh.”

“Bagus.” Wang Ji menandai peta di depannya dengan kuas tinta. “Jatuhkan mereka sedikit demi sedikit. Jangan habiskan sekaligus. Biarkan mereka tenggelam dalam ketakutan. Ular berbisa mati bukan karena pedang tajam, melainkan karena ia tak lagi punya tempat bersembunyi.”

Jian menambahkan, “Kami juga berhasil menyusupkan bukti ke tangan beberapa pejabat jujur. Mereka mulai berani bersuara, meski samar. Rumor sudah menyebar: Menteri Liang menimbun kekayaan pribadi.”

Wang Ji mengangguk. “Rumor itu harus jadi badai. Biarkan istana berguncang sebelum aku menunjukkan wajah aslinya.”

Ia kemudian menggenggam cincin perak di jarinya. Dalam hati, ia berbisik: Xue Yi… kau benar. Senjata terbesar bukan pedang, melainkan rahasia.

Beberapa hari kemudian, sidang pagi diadakan. Kaisar duduk di singgasananya, diapit Permaisuri. Para menteri berbaris rapi di aula.

Menteri Liang masuk dengan wajah pucat, namun tetap berusaha tampak percaya diri. Siu Rong berdiri tegap di sampingnya, berusaha menyembunyikan keresahan yang mulai melanda.

“Laporan,” suara Kaisar berat. “Beberapa desa melaporkan kelaparan. Katanya, gandum sulit didapat. Ada apa ini, Menteri Liang?”

Menteri Liang menunduk. “Yang Mulia, itu hanya isu kecil. Panen tahun ini memang terlambat. Rakyat tentu resah. Saya sudah mengirim bantuan—”

“Tapi mengapa,” sela Permaisuri dengan suara dingin, “harga gandum di pasar ibu kota naik dua kali lipat? Bukankah seharusnya persediaan masih cukup?”

Menteri Liang terdiam. Keringat mulai mengalir di pelipisnya.

Sementara itu, dari belakang barisan, Wang Ji berdiri dengan wajah tolol. Ia menguap lebar, menggaruk kepala. “Hehehe… aku kemarin beli roti di pasar, mahal sekali! Aku sampai tidak bisa beli kue manis. Padahal aku suka sekali kue manis… apakah semua kue sudah dimakan tikus ya?”

Beberapa menteri tertawa kecil, menganggapnya hanya kebodohan Pangeran Ji. Tapi Kaisar menatapnya lama, seolah mencoba membaca maksud di balik kata-kata sederhana itu.

Siu Rong mendengus kecil, menoleh ke arah Wang Ji dengan tatapan sinis. Namun di dalam hatinya, keresahan makin kuat.

Malam itu, di kediamannya, Menteri Liang hampir tidak bisa tidur. Ia duduk di kursi, menatap peta rahasia jaringan perdagangannya yang kini penuh tanda silang merah.

He Fang berlutut di depannya. “Tuanku… orang-orang kita sudah habis. Hanya tersisa beberapa yang masih setia.”

Menteri Liang mengepalkan tangan. “Tidak mungkin ini kebetulan. Ada tangan yang mengatur. Siapa?!”

Siu Rong masuk tiba-tiba, wajahnya merah padam. “Ayah! Semua rencana kita hancur! Uang kita habis, pasukan kita hilang, bahkan gudang kita terbakar. Apa yang kau lakukan selama ini?!”

“Diam, Rong’er!” bentak Menteri Liang. “Kau pikir aku tidak tahu? Ada seseorang yang melawan kita. Tapi siapa?!”

Siu Rong menatapnya dengan mata merah. “Jangan bilang… semua ini ulah Pangeran Ji?”

Ruangan mendadak hening. Keduanya saling tatap. Dalam diam, mereka tahu mungkin, orang yang mereka anggap paling lemah justru adalah ancaman terbesar.

Sementara itu, jauh di negeri Bai, Bai Xue Yi berdiri di balkon rumah rahasianya. Elang kesayangannya baru saja terbang kembali dari perjalanan panjang.

Lan Er berlari membawa gulungan kecil. “Putri, kabar dari negeri Siu!”

Xue Yi membuka gulungan itu, membaca dengan seksama. Senyum tipis muncul di wajahnya. “Bagus. Rencana Wang Ji berjalan. Menteri Liang mulai terdesak. Siu Rong pun mulai kehilangan pijakan.”

Ia menoleh ke murid-muridnya yang sedang berlatih di halaman. Pedang mereka berkilau di bawah sinar bulan.

“Dunia ini akan segera berguncang,” ucapnya pelan. “Dan kita harus siap.”

---

Di istana Siu, hari-hari berikutnya semakin mencekam bagi Menteri Liang. Laporan buruk datang silih berganti. Pedagang asing yang dulu jadi sekutu mulai mengkhianati. Uang emas yang ia sembunyikan di bawah tanah ditemukan dan disita oleh orang-orang misterius.

Di ruang sidang, Kaisar mulai mengajukan pertanyaan tajam. Permaisuri semakin dingin dalam sikapnya. Para menteri lain mulai berani mengangkat suara menentangnya.

Dan di balik semua itu, Wang Ji masih tertawa-tawa konyol, berjalan sambil menjatuhkan kipasnya, pura-pura tersandung karpet. Tapi matanya yang sesekali bersinar tajam menjadi saksi hancurnya lawan satu demi satu.

Siu Rong menggertakkan gigi setiap kali melihat Wang Ji. Kebenciannya tumbuh. Namun, semakin ia membenci, semakin rencananya gagal.

Malam itu, Wang Ji berdiri di balkon paviliunnya, menatap langit berbintang. Ia menggenggam cincin perak yang diberikan Bai Xue Yi.

“Xue Yi,” bisiknya, “ular-ular ini sudah mulai terjepit. Tidak lama lagi, aku akan memutuskan kepala mereka. Dan saat itu tiba… aku ingin kau ada di sisiku untuk melihatnya.”

Angin malam berhembus, membawa aroma bunga plum.

Sementara di tempat lain, Menteri Liang meronta dalam mimpi buruknya, dan Siu Rong menatap langit dengan penuh kebencian, tanpa tahu bahwa semua jalannya sudah dijebak.

Kehancuran mereka tinggal menunggu waktu.

Bersambung…

1
Tiara Bella
wahhh jodohnya Bai Xiang ini mah...
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ciee pangeran dah ada hilal jodoh nih /Chuckle/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Oohh lama juga sampe bulanan
davina aston
👍👍👍👍👍👍👍
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaaahh manis naa 😃🫠🤗
Tiara Bella
ceritanya bagus
kaylla salsabella
lanjut Thor
Maria Lina
lgi thor kok 1 kn kurang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kirain hukum mati, kalo dibuang doang nanti bikin pasukan baru ga tuh
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaah strategina kereen /Determined//Determined/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Keserakahan mengalahkan segalana 😏 hhmm dasar sipaman ga tau diri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Jebakan ga sih itu /Speechless/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
😂🤣 Nunggu wangji menyatakan cinta kelamaan ya, jadi nembak duluan
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Siapa lagi tuh yg mau bunuh wang ji 🤔
Hendra Yana
mantap
Tiara Bella
makasih thro upnya banyak.... semangat ya
kaylla salsabella
lanjut Thor
kaylla salsabella
lanjut Thor😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!