Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.
Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.
Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ling Xi Dikerjain
Pagi hari di istana Dong.
Tirai tak mampu menahan masuknya sinar mentari yang mengintip lewat celah. Ling Xi menggeliat di atas kasur empuknya, enggan membuka mata. Ia menikmati sejenak sensasi bangun tidur yang begitu nyaman. Setelah beberapa saat, barulah ia mengulet dan membuka matanya.
Namun, pemandangan yang ia dapati langsung membuatnya terkejut. Hari sudah siang! Biasanya, kepala pelayan akan membangunkannya saat ia tertidur di kursi kebesaran Kaisar, atau bahkan sang Kaisar sendiri yang membangunkannya dengan melempar bantal kapuk. Tapi kali ini tidak ada satu pun yang melakukannya.
Ia menoleh ke sisi tempat tidur sebelahnya sudah kosong. Ling Feng sudah terbangun lebih dulu. Rupanya kebiasaan bangun siangnya saat di kediaman Ling belum juga hilang. Ling Xi selalu bangun paling akhir dibandingkan orang-orang di istana.
"Pantas saja aku dibiarkan terbiasa bangun siang oleh Nyonya Luo. Dulu kupikir dia sangat baik sebagai seorang ibu, tapi sekarang rasanya bangun siang di istana ini sungguh tidak pantas. Seorang permaisuri tidak berada di sisi kaisar, memalukan sekali. Pasti Paduka Kaisar sudah sibuk berkeliaran di luar."
Penasaran, Ling Xi pun membuka pintu. Di hadapannya, para dayang dan pengawal berdiri menunggu. Rupa-rupanya mereka menunggunya bangun, tidak berani masuk karena ini adalah malam pertama sang Kaisar dan Permaisuri. Bahkan seorang kasim sudah berpesan untuk tidak mengganggu tidur permaisuri, dan membantunya setelah ia bangun.
Para dayang segera berlutut dan memohon izin untuk membantunya mandi, merapikan diri, dan sarapan yang condong masuk ke makan siang. Ling Xi mengiyakan dan pasrah dilayani.
Setelah selesai, Ling Xi tampil memukau dan perutnya pun sudah terisi penuh. Saatnya ia mencari tahu keberadaan Lin Feng. Menurut informasi yang ia dengar, Lin Feng sedang berada di depan istana bersama kasim dan beberapa menteri.
Ketika hendak menyusul ke sana, Ling Xi berpapasan dengan Ibu Suri. Ia segera memberi hormat seraya meminta maaf karena bangun kesiangan. Ibu Suri hanya terkekeh.
"Tidak usah sungkan. Memang seorang permaisuri harus mendampingi kaisar, tapi jangan jadikan hal ini sebagai beban. Lambat laun kau juga akan terbiasa dengan kehidupan istana. Pelan-pelan saja, jangan terlalu menekan diri. Dengan begitu, hidupmu akan lebih sehat dan bahagia."
Ling Xi tersenyum, berterima kasih atas nasihat Ibu Suri. "Maaf sebelumnya, aku baru melihat Ibu Suri sekarang. Selama ini, kemana saja Ibu Suri?"
"Ibu berada di kuil lereng gunung. Bersemedi, berharap kesembuhan untuk Kaisar Lin Feng. Ah ya, kau bisa panggil ibu saja."
Ling Xi canggung, "Baik, bu." Ling Xi terdiam sejenak, "Ibu, bolehkah aku bertanya?"
"Tanyakan saja, tidak usah sungkan." Jawab ibu suri dengan senyum tulus.
"Paduka Kaisar sebenarnya sakit apa?"
Ibu Suri menghela napas, sorot matanya terlihat sedih.
"Ia terkena kutukan bola api. Itu berawal saat Kaisar Lin Feng baru saja naik takhta, menggantikan ayahnya. Tepat setelah ia kembali dari perbatasan, penyakit aneh itu muncul. Sebuah bola api misterius tiba-tiba menyala di dalam tubuhnya, membakar dan menyiksanya selama ini. Bola api itu hanya akan muncul jika Kaisar Lin Feng merasa marah."
"Jadi sakitnya berawal dari sana?" tanya Ling Xi. "Apakah sudah ada tabib hebat yang mengobatinya?"
"Sudah berkali-kali, namun tidak ada yang bisa menghilangkan kutukannya. Akan tetapi saat ibu berada di kuil, ada seseorang datang memberikan perkataan bahwa Kaisar Lin Feng bisa sembuh total setelah ia menikah dengan seorang gadis. Dari situ, ibu memberikan informasi tersebut pada Kaisar, lalu ia membuat sayembara mencari permaisuri. Lama sayembara itu berlangsung, Kaisar akhirnya menemukan dirimu."
Ibu Suri mendekat, mengusap lengan menantunya. "Terimakasih sudah menerima putra ibu dengan segala kekurangannya. Kamu terpilih menjadi istrinya, itu artinya kamu gadis baik yang tulus menyayanginya. Putra ibu tersebut sangat sulit menerima wanita dalam hidupnya. Dia pasti akan menyayangimu lebih dari apapun."
Iya benar. Bahkan Paduka Kasiar melihat aku tidak pakai baju saja, mimisan. Apa karena efek kutukan tersebut juga? Bisa saja yang mengutuk tidak mau Paduka Kasiar sampai memiliki keturunan. Batin Ling Xi.
Setelah itu, obrolan selesai. Ling Xi pamit undur diri dan melanjutkan perjalanannya menuju depan istana. Ia merasa tidak sabar untuk bertemu dengan Lin Feng. Ling Xi ingin menanyakan banyak hal, sekaligus meyakinkan suaminya bahwa ia akan selalu berada di sisinya, apa pun yang terjadi.
...****...
Di hadapan gerbang utama istana, Kaisar Lin Feng sedang memberikan plakat (tanda mandat sang Kasiar) kepada salah satu panglimanya. Ling Xi yang baru tiba, memilih untuk menjaga jarak. Dia memperhatikan dari kejauhan ketika Lin Feng melakukan serah terima kepada Jendralnya. Tapi Ling Xi tidak sempat sampai mendengar tujuan pemberian plakat tersebut.
Itu biasanya dilakukan saat akan berperang. kalau benar, kerajaan Dong berperang dengan siapa? Ataukah aku salah? Pengetahuanku tentang hal ini sungguh dangkal, batin Ling Xi.
Ling Xi sedikit mendekat, tetapi tidak sampai ikut bergabung. Tidak lama kemudian, upacara selesai. Panglima yang diutus beserta prajuritnya pergi. Tinggallah Lin Feng bersama kasim dan beberapa abdi kerajaan, yang kini terlihat sedang membicarakan sesuatu.
Ling Xi menarik nafas, apa yang harus dia lakukan sekarang? Apa tidak apa-apa jika ia menghampiri Kaisar sekarang? Malu tidak ya? Begitu pikir Ling Xi.
Akhirnya, Ling Xi tetap di posisinya, terus mengamati Lin Feng. Ia berpikir Lin Feng yang sedang dalam mode Kaisar seperti sekarang ini tidak akan menyadari keberadaannya. Ia akan bersikap acuh tak acuh kecuali jika itu menyangkut hal yang sangat penting.
Tetapi Ling Xi salah.
Mata Lin Feng yang masih tersembunyi di balik topeng perak, kini mengarah lurus kepadanya. Ling Xi tersenyum kikuk. Ia ingat nasihatnya sendiri, jangan membuat Lin Feng marah, buatlah ia tersenyum untuk meredakan rasa sakit akibat api di tubuhnya. Seketika itu juga, ia memasang wajah menggemaskan dan membentuk lambang hati dengan kedua tangannya di atas kepala.
Melihat tingkahnya, Lin Feng segera membuang pandangannya.
Ling Xi tadinya mau berbalik badan, tak jadi ikut nimbrung. Nanti saja ia hampiri Kaisar kalau laki-laki itu sudah selesai berbincang dan beranjak pergi. Tapi,
"Akh!"
Tiba-tiba badan Ling Xi tertarik melayang. Dengan gerakan tangan tanpa menyentuh, Lin Feng menarik Ling Xi berdiri di sampingnya.
Semua orang memberi hormat kepada Ling Xi.
"Salam Yang Mulia permaisuri."
Ling Xi membalas salam mereka, lalu Lin Feng berujar.
"Ada yang mau dibicarakan oleh permaisuri kepada kalian semua. Dengarkan apa katanya baik-baik." Begitu kata Lin Feng, membuat Ling Xi berpikir cepat apa yang mau dibicarakan. Padahal ia sama sekali tidak ada ide tersebut.
"Baik, Yang Mulia."
Mau ngomong apa kau di hadapan mereka, Ling Xi. Batin Lin Feng tertawa.
Paduka suami sialan!
.
.
Bersambung.
sweete bangeeettt/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
akhirnya........🥳