Tangisan Di Malam Pertama
Naia terbangun dengan terengah, keringat dingin membasahi pelipisnya. Dadanya terlihat naik-turun seolah baru saja dari berlari marathon.
“Astaghfirullahaladzim, untungnya ini hanya mimpi,” gumamnya sambil menyeka keringat yang bercucuran membasahi pelipisnya hingga dagunya.
Mimpi itu masih menempel kuat di ingatan dan kepalanya bahkan mimpi itu baginya terlalu nyata untuk sekedar hanya bunga tidur saja.
Dalam mimpi itu, ia mendapati dirinya dikurung di sebuah ruangan gelap pekat, tanpa jendela, tanpa pintu tanpa pentilasi udara apapun.
Hanya keheningan yang menekan, membuatnya kesulitan untuk bernapas. Lalu, suara berat tiba-tiba terdengar entah dari mana menggema, menusuk ke indra pendengarannya.
“Selamat datang, Naia… di neraka kehidupanmu.”
Suara itu begitu dingin, menyeramkan, seolah menandai awal dari sebuah petaka yang tak pernah dibayangkan oleh perempuan muda berusia 25 tahun itu. Kata-kata samar yang masih terngiang di telinga Naia membuat dadanya berdegup kencang.
Dengan nafasnya yang terengah, ia mengusap dadanya yang bergetar tak karuan. Mimpi aneh itu seolah sangatlah nyata, seperti peringatan akan neraka kehidupan yang telah lama menanti kedatangannya.
Naia mencoba menenangkan dirinya sendiri, memaksa pikirannya harus berfikir lebih jernih. Namun begitu membuka mata dan memperhatikan sekeliling, tubuhnya sontak kaku.
Pandangannya berkeliling, menelusuri dinding megah dengan hiasan mahal, lampu kristal yang berkilauan, dan ranjang besar dengan selimut tebal halus yang membungkus tubuhnya.
“Ya Allah…” bisiknya tercekat. “Bukannya tadi aku masih dalam perjalanan ke Jakarta bareng Mas Aryasatya? Kok sekarang aku sudah ada di kamar mewah begini? Apa mungkin ini kamar hotel tempat Mas Arya menyiapkan malam pertama kami?”
Rasa heran dan was-was bercampur jadi satu. Ia buru-buru mencari sosok suaminya, pria yang dua tahun ini dipacarinya dalam hubungan jarak jauh LDR-an
Pagi tadi mereka menikah secara sederhana disaksikan langsung oleh kedua orang tuanya dan beberapa kerabat dekat, lalu Arya memboyongnya ke Jakarta dengan janji indah tentang masa depan.
“Mas Arya… kemana? Kok nggak ada?” tanyanya pelan, seolah berharap suaminya akan muncul dari balik pintu.
Dengan hati-hati, Naia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Namun seketika ia tertegun, matanya membelalak. Ia mendapati dirinya tak lagi mengenakan hijab, melainkan hanya gaun tidur satin tipis yang lembut membalut kulitnya.
Tangannya spontan meraba kepala yang biasanya selalu tertutup. “Astaghfirullah… siapa yang mengganti pakaianku? Apa… Mas Arya yang melakukannya?”
Wajahnya memanas, malu sekaligus takut. Namun pikirannya mencoba menenangkan diri, meyakinkan kalau mungkin benar Arya lah yang mengganti bajunya, menyiapkan segalanya untuk malam pertama mereka. Senyum kecil muncul di wajahnya, penuh harap sekaligus gugup.
“Aku janji akan jadi istri yang baik, Mas. Aku akan berikan yang terbaik buatmu. Karena membahagiakan suami itu ibadah yang besar pahalanya…” gumamnya lirih, matanya berkaca-kaca.
Namun harapan itu runtuh seketika. Suara dehaman berat terdengar dari sudut ruangan, disusul suara lantang seorang pria.
“Akhirnya putri tidur bangun juga. Selamat datang, Naia Seora.”
Naia menoleh dengan cepat. Seorang pria berbalut kimono tidur berdiri santai sambil memainkan gelas berisi minuman beralkohol. Tatapan matanya menusuk, seperti elang lapar yang siap menerkam. Aura keangkuhannya begitu kuat hingga membuat bulu kuduk Naia berdiri.
“Maaf… Anda siapa?” tanyanya tergagap, tubuhnya kaku menahan gemetar.
Pria itu meneguk minumannya dengan santai lalu melangkah mendekat. “Aku Atharva Aldric Dirgantara. Pria yang telah membeli kebebasanmu dari suamimu, Aryasatya Wijaya. Mulai detik ini… kamu adalah wanitaku. Dan kamu wajib memenuhi apa pun yang aku inginkan.”
Naia membeku. Kata-kata itu bagai petir yang menyambar di tengah siang bolong. “A-apa maksud Tuan? Saya tidak paham…”
Atharva tersenyum tipis, matanya melirik ke arah pintu. Detik berikutnya, pintu kamar terbuka, dan masuklah sosok yang paling Naia percaya—suaminya sendiri, Aryasatya.
Namun yang terlihat bukanlah wajah seorang suami penuh kasih. Melainkan wajah seorang pengkhianat.
“Arya…” suara Naia bergetar, penuh harap bercampur takut. “Apa yang mereka bicarakan? Tolong jelaskan, Mas…”
Atharva menyandarkan diri di kursi, suaranya dingin. “Jelaskan pada istrimu, Arya. Katakan padanya… mulai malam ini, dia adalah wanitaku. Karena aku sudah membelinya darimu. Dua miliar rupiah, lunas.”
Naia membeku, tubuhnya serasa kehilangan tenaga. “Itu… tidak mungkin. Mas Arya nggak mungkin tega menjualku. Mas Arya cinta sama aku… aku yakin itu! Katakan, Mas… katakan kalau ini bohong!”
Arya tersenyum miring, senyum yang asing, menusuk hati Naia. “Sayangnya, aku nggak pernah jatuh cinta sama kamu, Naia. Dari awal, aku hanya mencintai uang. Kamu cuma alat. Korban berikutnya. Kamu bahkan bukan yang pertama… dan aku sudah tak sanggup menghitung berapa banyak yang sudah jadi korban naif seperti kamu.”
Air mata Naia langsung tumpah. Tubuhnya bergetar hebat. Malam yang seharusnya jadi malam penuh cinta, justru berubah jadi malam penuh nestapa.
“Mas…” suaranya parau, nyaris tak terdengar. “Bagaimana tega kau lakukan ini ke aku? Aku menyerahkan seluruh hidupku… aku percaya sama kamu…”
Tangisnya pecah. Lalu dengan keberanian yang tersisa, Naia bangkit. Air matanya mengalir deras, namun tangannya mengepal kuat.
“Dasar iblis bertopeng manusia!” teriaknya, sebelum tinjunya mendarat keras di dada Arya. Ia memukul, menampar, meninju, menyalurkan seluruh sakit hatinya.
Arya hanya tertawa sinis, menatapnya tanpa rasa bersalah.
Sementara Atharva memperhatikan dari kejauhan, dengan tatapan penuh minat… seolah tragedi itu hanyalah awal dari drama panjang yang akan menjerat Naia dalam kehidupan barunya—sebuah kehidupan neraka yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Naia terhuyung, tubuhnya bergetar hebat, dadanya naik turun tak terkendali. Air matanya bercucuran, tapi kali ini bukan sekadar tangis, melainkan jeritan jiwa yang tercabik.
“Jadi… benar semua yang aku dengar? Mas Arya…” suaranya pecah, tangannya menunjuk dengan gemetar. “Kau… menjual aku? Istri sahmu sendiri! Malam pertama kita… kau jadikan aku barang dagangan!?”
Arya hanya mengangkat alis, senyum sinis masih melekat di bibirnya. “Akhirnya kau paham juga, Naia. Cinta itu cuma topeng. Uanglah segalanya.”
Kata-kata itu menyulut bara dalam dada Naia. Tiba-tiba tubuhnya serasa dipenuhi kekuatan yang lahir dari luka. Ia menjerit sekeras-kerasnya, “PENGKHIANAT!”
Tanpa ragu ia meninju dada Arya, menampar pipinya hingga berbunyi nyaring saking kuatnya tenaga yang dikeluarkan oleh Naia karena berselimut amarah.
Plakk!!
“Aku meninggalkan keluargaku demi percaya padamu bajingan!” Tamparan kedua mendarat lebih keras.
Plak!!
“Aku menjaga kehormatanku hanya untukmu seorang suamiku pria yang sangat aku cintai! Tapi ternyata aku salah besar!” teriak Naia sembari kembali melayangkan kepalan tinju kecilnya menghantam dada bidang Arya lagi, dengan bertubi-tubi dan membabi-buta.
“Tapi kau balas semua dengan menjualku seperti barang tak bernilai! Dasar manusia tak punya hati, kamu bukan manusia Aryasatya Wijaya!” geramnya Naia.
Arya hanya meringis menahan rasa sakit yang terkena pukulan, dia masih sempat tertawa di sela rasa perihnya.
“Hahaha… puaskan hatimu, Naia. Semakin kau marah, semakin aku tahu kau tak berdaya. Kau sudah milik Atharva sekarang dan bersiaplah untuk terima takdirmu.” ucapnya Arya dengan enteng tanpa memikirkan perasaan Naia.
“Diam!” jerit Naia, wajahnya memerah oleh amarah. “Kau bukan manusia! Kau iblis berkedok suami!”
Naia menendang, memukul sekuat tenaga meski tangannya kecil dan lemah dibanding tubuh Arya. Tangis dan murkanya bercampur jadi satu, meledak tak terbendung.
Atharva yang sedari tadi duduk sambil menyeruput minumannya, hanya tersenyum tipis.
“Cukup menarik,” cicitnya.
Ia menatap Naia dengan tatapan penuh minat, seolah gadis yang sedang hancur itu hanyalah tontonan menarik dalam permainan hidupnya.
“Cukup, Naia…” ucap Atharva akhirnya, suaranya berat namun tenang. “Habiskan saja amarahmu pada pria tak berguna itu. Karena mulai malam ini, duniamu bukan lagi miliknya. Kau… milikku.”
Naia menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam, matanya sembab namun berkilat api amarah penuh kebencian.
“Aku bukan milik siapapun! Jangan pernah kau samakan aku dengan barang dagangan, Tuan! Aku ini manusia, aku punya harga diri!” bentaknya Naia.
Suaranya Naia bergetar hingga tangannya gemetar menunjuk ke arah Atharva dan Arya secara bergantian.
“Dengar baik-baik dan perlu kalian ingat, kalian berdua sudah merampas segalanya dariku. Tapi aku bersumpah kalau aku tidak akan menyerah begitu saja!”
Tangisnya kembali pecah, namun kali ini diiringi ketegasan. Luka hatinya memang dalam, tapi kobaran api yang lahir darinya baru saja menyala.
Hingga pintu kamar hotel terbuka lebar dan masuklah seorang perempuan yang cantik dan seksi memakai gaun malam berwarna merah.
Nafas dan suaranya Naia tercekat, tubuhnya beringsut ketakutan, punggungnya menempel erat ke dinding dingin. Matanya membelalak, napasnya memburu tak beraturan.
Saat perempuan itu mengeluarkan glock hitam dari balik gaunnya dan menodongkannya tepat ke pelipis Naia, dunia seakan berhenti berputar.
“Jangan coba-coba melawan,” bisik perempuan itu dingin, jemarinya menekan pelatuk.
Keringat dingin bercucuran deras dari pelipis Naia, mengalir hingga membasahi leher jenjangnya yang tak tertutup hijab. Kedua tangannya gemetar hebat, lututnya lemas hampir tak mampu menopang tubuhnya.
Rasa ketakutan menguasai hatinya, membuatnya hanya bisa berdoa lirih dalam hati sambil menahan tangis yang siap pecah kapan saja.
“Ya Allah... lindungi hamba-Mu. Jangan biarkan aku mati dengan cara seperti ini. Ampuni segala dosaku, ya Rabb. Jika memang ajal menjemput, kuatkan aku... tapi jika masih ada kesempatan hidup, selamatkan aku dari perempuan ini dan tuan Atharva...”
Air matanya menggenang di pelupuk mata Naia, dan perlahan jatuh bersama rasa pasrah yang bercampur dengan harapan tipis akan mukjizat menolongnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Uba Muhammad Al-varo
awal ceritanya sungguh memilukan dan menyedihkan banget
semoga saat waktunya tiba Naina bangkit dan membalaskan sakit hatinya ke arya
2025-09-23
1
Milla
Bagus bagus bagus cerita mu keren thorrr aku sukaaaa🫰🥰💪
2025-09-20
2
Farhana
lebih dari iblis berkedok manusia
2025-09-22
1