NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 18

Pagi hari di Perguruan Jaya Abadi. Duduk satu sosok tua di atas kursi yang ada di ruanganya.

Matanya menatap dengan sayu, terlihat ada pikiran yang selama ini mengganggunya.

"Mengapa aku merasa jika ada sesuatu yang tidak mengenakkan" kata sosok tua itu yang ternyata adalah Ki Kurawa,  ketua Perguruan Jaya Abadi.

"Aku mengkhawatirkan putriku. Semoga saja ia baik baik saja dengan suaminya di Perguruan Matahari" gumam Ki Kurawa sembari menghela napas panjang seolah mencoba melepas lelah dari beban yang menimpanya.

Sesat kemudian, tiba tiba ia mendengar ketukan pintu di ruangannya. hal itu sedikit mengagetkan dirinya. Hingga tiba tiba satu suara terdengar dari luar pintu.

"Ada yang ingin bertemu dengan ketua. Katanya ia datang membawa berita penting" kata suara tersebut dari luar.

Ki Kurawa mendengar apa yang di katakan oleh suara tersebut. Lalu ia mengernyitkan dahinya. Mencoba menebak berita penting apa yang akan ia dengar.

Cukup lama ia mencoba. Namun ia tetap saja tidak bisa menebaknya sama sekali. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk menyuruh orang tersebut masuk.

"Silahkan masuk.. pintu tidak di kunci" kata Ki Kurawa dari kursi tempatnya duduk.

Krekk..

Setelah berkata seperti itu, pintu ruangan langsung terbuka yang menimbulkan suara derit ketika di dorong.

Setelah pintu di buka, satu pemuda memasuki ruangan tersebut dengan membawa satu bayi di dalam gendongannya.

Ki Kurawa melihat pemuda tersebut. Lalu ia mengernyitkan dahinya. karena ia sama sekali tidak mengenal sosok pemuda yang baru datang.

Selain itu, ia juga melihat bayi mungil dalam gendongannya yang terbungkus kain putih yang di ikatkan pada tubuh pemuda itu agar tidak terjatuh.

"Silahkan duduk anak muda" kata Ki Kurawa mempersilahkan pemuda itu untuk duduk di hadapannya yang hanya di pisahkan satu meja datar.

Ki Kurawa menatap pemuda itu dingin. Namun juga penasaran dengan tujuan kedatangan pemuda tersebut yang ingin menemuinya karena yang katanya akan membawakan berita penting bagi dirinya.

"Perkenalkan dirimu anak muda. Dan katakan apa tujuanmu datang menemuiku!" Kata Ki Kurawa kepada sosok pemuda di depannya yang ternyata adalah Bayu Wirata.

Bayu Wirata menatap sosok laki laki tua di depannya. Lalu ia menjawab pertanyaan dari sosok laki laki itu.

"Namaku Bayu Wirata. Aku datang kesini atas permintana dari seseorang untuk menemuimu" jawab Andi Mahesa sembari membuka ikatan kain pada bayi yang ia gendong.

Bayi itu di letakkan di atas meja yang menjadi pemisah antara Bayu Wirata dan Ki Kurawa.

Ki Kurawa melihat bayi tersebut. Sesaat ada perasaan aneh yang menyelimuti hatinya. seolah olah jika bayi itu sangat dekat dengan dirinya.

"Apakah bayi ini adikmu?, lalu siapa orang yang mengutusmu" Tanya Ki Kurawa dengan pandangan yang masih tertuju ke arah bayi di atas meja.

Bayu Wirata posisi duduknya. Agar lebih nyaman dalam berbicsra, jari jarinya meremas sedikit ujung baju yang dikenakannya sebelum perlahan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari balik bajunya.

Kotak itu mungil, memiliki panjang hanya sejengkal dengan lebar setengah jengkal. Dengan hati hati, ia menyodorkan kotak itu ke arah sosok tua di depannya.

"Dia bukan adikku," suara Bayu mengalir tenang tapi ada getar di ujung katanya,

"Dia bayi dari Rani Sartika. Dialah orang yang mengutusku menemui mu, dan menitipkan kotak ini. Katanya, kotak ini harus sampai ke tangan Ki Kurawa di perguruan ini. Dan aku rasa kau adalah orangnya" kata Bayu Wirata lagi, Matanya tak berkedip, menunggu reaksi sosok tua di depannya. Ki Kurawa menarik napas pendek, matanya menyorot tajam kotak yang sangat ia kenal dengan misteri yang ada di dalamnya.

"Rani Sartika... putriku," gumamnya pelan, suaranya bergetar halus. Tangannya meraih kotak itu dengan penuh perhatian. Ia tahu benda itu, bahkan pernah di memberikannya langsung kepada putrinya. Namun misteri isi kotak itu tetap tersegel rapat, karena tidak ada seorang pun yang mampu untuk membukanya.

sesaat suasana menjadi hening. Diam membisu tanpa ada yang bicara. seolah membuat waktu berhenti sejenak menyelimuti ruangan.

Ki Kurawa kembali meletakkan kotak tersebut. Lalu matanya melirik ke arah bayi yang ternyata adalah cucunya.dengan penuh kasih sayang. KI kurawa menggendong cucunya tersebut yang di perkiranan baru lahir beberapa hari yang lalu

"Bayi ini adalah cucuku. Dan Rani Sartika adalah putriku, lalu di mana dia berada?" Tanya Ki Kurawa.

Bayu Wirata terdiam sesaat, matanya sesekali menatap ke arah Ki Kurawa yang semakin menunggu jawaban. Napasnya berat, seolah beban di dadanya semakin menekan. Ia tahu, semakin lama menutupi kebenaran hanya akan menambah luka. Akhirnya, dengan suara yang bergetar tapi penuh tekad, Bayu Wirata mengangkat kepala.

"Putrimu... sudah tewas di tangan seseorang," ucapnya tegas, suaranya pecah seperti menembus keheningan.

deggh..

Degup jantung Ki Kurawa tiba tiba berdetak cepat, dadanya bergetar hebat. Matanya membelalak, sorot mata penuh campuran kesedihan dan kemarahan. Rahang mengeras menahan amarah yang bergejolak, sementara bibirnya bergetar menahan tangis.

"T-tewas...? Siapa yang sudah membunuh putriku?" suaranya bergetar, nada geram bercampur sesak, memaksa agar kata katanya terucap meski berat.

Bayu Wirata menarik napas panjang, wajahnya redup.

"Aku tidak tahu siapa mereka. Tapi sebelum meninggal, dia menitipkan pesan yang harus aku sampaikan padamu." Kata Bayu Wirata.

Ki Kurawa menatap tajam, menuntut kepastian.

"Pesan apa yang dia katakan?" Suasana seketika menjadi sunyi, hanya suara napas berat yang mengisi ruangan.

"Perguruan Matahari sudah di hancurkan oleh Perguruan Badai Neraka. Kemungkinan besar jika putrimu juga dibunuh oleh orang orang dari perguruan tersebut" jawab Bayu Wirata dengan jelas.

Ki Kurama mengangkat kepalanya setelah mendengar jawaban dari pemuda di depannya.

"Perguruan Badai Neraka" desis Ki Kurawa. Seketika matanya melirik ke arah kotak yang penuh misteri itu.

"Aku rasa mereka menginginkan kotak ini" kata Ki Kurawa sembari mengambil kotak tersebut.

Bayu Wirata menatap kotak yang ada di tangan Ki Kurawa dengan mata penuh rasa penasaran, seolah olah benda kecil itu menyimpan rahasia besar.

"Ada apa dengan kotak ini?" tanyanya pelan, suaranya bergetar sedikit karena ingin tahu.

Ki Kurawa mengerutkan dahi, tangannya sudah mengepalkan tenaga dalam untuk mencoba membuka kotak itu. Namun, tidak peduli seberapa keras ia mencoba, kotak itu tetap terkunci rapat tanpa lecet sedikit pun.

"Kotak ini bukan kotak biasa," ujar Ki Kurawa dengan suara berat, nafasnya sedikit memburu.

"Misteri yang ada di dalam kotak ini belum terpecahkan sampai sekarang. Bahkan para pendekar dengan kemampuan tingkat tinggi sekalipun tidak ada yang mampu membukanya." Katanya, Matanya menatap tajam ke arah Bayu.

"Dari cerita yang beredar, di dalamnya tersimpan sebuah pusaka tingkat dewa, pusaka dengan pamor yang luar biasa kuat. Aku yakin, kalau saat ini mereka sedang berusaha mengambilnya, Ketua Perguruan Badai Neraka, Ki Saganda." Nada suaranya membara, kemarahan tersembunyi di balik kata katanya, seolah amarah itu ikut menguatkan aura mistis kotak tersebut.

Bayu Wirata bisa merasakan ketegangan itu, seolah udara di sekitar mereka turut berat menekan.

Bayu Wirata penasaran dengan kotak tersebut karena tingkat kesulitan dalam membukanya. tanpa sadar ia mengambil kotak itu dari tangan Ki Kurawa.

Bayu Wirata sedikit membolak balikan kotak tersebut. Hingga tanpa sengaja ia membukanya dengan begitu mudahnya. Bahkan ia tidak menggunakan tenaga dalam sama sekali.

"Sekarang kotaknya sudah terbuka Ki, kenapa aku tidak kesulitan membukanya" kata Bayu Wirata yang sudah membuka kotak tersebut.

Ki Kurawa melihat bagaimana kotak itu terbuka begitu mudah di tangan pemuda di depannya.

"Bagaimana mungkin" desia Ki Kurawa. Lalu matanya memandang ke arah dalam kotak tersebut.

Satu bilah belati kecil berwarna putih bersinar, tersimpan rapi di dalaam kotak tersebut. Belati itu sesaat mercikan kilatan petir biru yang cukup indah.

"Pusakanya sebuah belati yang sangat mungil" kata Ki Kurawa sembari mengelengkan kepalanya.

Ki Kurawa berjalan dan  meletakkan bayi mungil di atas tempat tidurnya. Lalu ia kembali lagi ke hadapan Bayu Wirata untuk mencoba mengambil belati dari dalam kotak. Akan tetapi satu keanehan terjadi lagi. Seberapa besar ia berusaha. Tetap saja Belati itu sama sekali tidak bisa di ambilnya.

Bayu Wirata melihat hal tersebut. Dan ia sedikit keheranan dengan apa yang terjadi.

"Apakah kau juga kesulitan mengambilnya Ki?" Tanya Bayu Wirata.

"Benar. Aku sama sekali tidak bisa mengambilnya" jawab Ki Kurawa  yang di buat keheranan.

Pada saat itu, Bayu Wirata berinisiatip mengambil belati tersebut. Lagi lagi pemuda itu berhasil mengambil belati itu dengan begitu mudahnya tanpa kesulitan dan tanpa ada kendala sama sekali. Sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada Ki Kurawa.

"Mengapa aku bisa mengambilnya" tanya Bayu Wirata heran

Ki Kurawa juga di buat heran atas apaxyang terjadi. Hingga ia menyimpulkan sesuatu yang berhubungan dengan pusaka tersebut

"Aku rasa kau adalah pemilik pusaka ini, pusaka itu sudah memilihmu, karena hanya kau yang bisa membuka kotak dan mengambil belati itu" kata Ki Kurawa.

"Benarkah?" Tanya Bayu Wirata. Sembari melihat seluruh belati tersebut di tangannya.

Akan tetapi, tiba tiba Ki Kurawa meminta untuk melihat benda pusaka itu karena rasa penasaran yang begitu tinggi.

"Bisakah aku melihatnya?" Tanya Ki Kurawa sembari memajukan tangannya dengan telapak terlentang.

Bayu Wirata menganggukkan kepalanya. Ia tidak keberatan sama sekali. Setelah itu ia meletakan belati itu di atas telapak tangan Ki Kurawa lalu melepaskannya.

Brakkk..

Saat belati itu di lepaskan oleh Bayu Wirata. Tiba tiba Ki Kurawa merasakan satu beban yang begitu berat dari belati tersebut. Tangannya terjatuh ke atas meja. Lalu menghancukan meja tersebut.

Bammm...

Tidak berhenti sampai di situ. Tangan Ki Kurama terus turun hinga menyentuh lantai ruangan tersebut yang membuat lantai ruangan langsung retak dalam diameter satu tubuh orang dewasa.

Arkkk...

Ki Kurawa menjerit sejadi jadinya menahan sakit pada tangannynya yang di timpa belati kecil. Namun memiliki berat yang bukan main main.

Bayu Wirata yang melihat hal tersebut. Langung terkejut. Dengan langkah cepat ia langsung berjongkok sembari melemparkan serpihan kayu meja yang sudah hancur. Agar dirinya dapat sedikit mendekat ke arah Ki Kurawa.

Setelah berada dalam jangkauannya. Bayu Wirata langsung mengambil belati tersebut dari tangan Ki Kurawa. Sehingga membuat lelaki tua itu terbebas dari beban berat yang menimpa tangannya.

Ki Kurawa langsung menarik tangannya cepat, lalu menggenggamnya erat erat. Wajahnya berkerut, bibirnya bergetar menahan nyeri yang menjalar dari telapak tangannya.

Pada saat ini, tulang telapak tangannya retak. Akibat tertimpa belati kecil, namun memiliki berat yang bukan main, hal membuat hari itu sial bagi Ki Kurawa.

“Jauhkan pusaka itu dariku...” suaranya parau, nyaris tergagap karena menahan sakit.

Bayu Wirata menatap panik, tangannya yang memegang belati bergerak cepat menyelipkannya ke balik bajunya.

“Maaf, Ki, aku... aku nggak tahu,” kata Bayu Wirata, wajahnya penuh penyesalan.

Ki Kurawa menggeleng perlahan.

“Tidak... kau tidak bersalah. Pusaka ini hanya bisa di kendalikan olehmu. Orang lain tidak akan dapat menyentuhnya.” Matanya sedikit redup, tapi napasnya masih berat menahan rasa sakit.

Bayu Wiraya, yang juga seorang tabib, menatap tangan Ki Kurawa penuh kekhawatiran. Dengan cepat, ia menggerakkan tangan, melafalkan jurus pemanggil.

Dalam sekejap, bungkusan ramuan obat yang pernah dibuatnya bersama kakeknya sudah berada dalam genggamannya. Sudah pasti jika ia menggunakan jurus pemanggil tanpa di ketahui oleh Ki Kurawa.

Tidak menunggu lama, Bayu Wirata langsung membuka bungkusan itu, harap harap cemas menyembuhkan luka memar yang mengakibatkan tulang retak di dalamnya.

Terlihat isi ramuan itu berwarna hitam dengan sedikit basah. Bayu Wirata langsung mengambil beberapa colek ramuan obat tersebut.

"Maaf Ki. Ini ada ramuan obat. Semoga bisa meredakan rasa sakitnya" kata Bayu Wirata sembari memegang tangan Ki Kurawa Lalu mengoleskannya dengan lembut.

Setelah semuanya selesai. Bayu Wirata mengikat tangan ki Kurawa dengan beberapa kain tipis. Agar ramuan obat itu tidak berjatuhan kemana mana.

"Terima kasih" kata Ki Kurawa ketika ia merasakan aliran hangarmt yang merambat di telapak tanganya itu. Sebagai pertanda jika ramuan itu sudah menunjukkan reaksinya.

"Sama sama" sahut Bayu Wirata.

Pada saat ini, Ki Kurawa dan Bayu Wirata sudah duduk kembaki di atas kursi tanpa meja. Keduanya kembali melanjutkan pembicaraan yang masih berhubungan dengan kotak yang berisi pusaka belati itu

"Aku rasa Ki Saganda, akan menyerang perguruan ini, ia pasti akan memburunya" kata Ki Kurawa.

Mata Ki Kurawa menatap Bayu Wirata dengan tatapan kasihan.

"Sebaiknya kau pergi dari sini. Saat ini, kau akan di incar oleh Ki Saganda karena pusaka itu berada di tanganmu" lanjut Ki Kurawa yang menyarankan pemuda di depannya untuk menjauh dari masalah.

Bayu Wirata membetulkan posisi duduknya agar lebih nyaman dalam bicara.

"Aku tidak akan pergi atau pun meniggalkan perguruan ini, jika memang dia memburuku maka aku akan menghadapinya." Sahut Bayu Wirata..

"Jangan bertindak gegabah anak muda. Ki Saganda adalah orang yang kejam ia akan membunuh siapapun yang menghalangi rencananya" kata Ki Kurawa memperingati.

Bayu Wirata mendengar peringatan dari Ki Kurawa.

Namun ia sama sekali tidak memperdulikannya.

"Masalah sudah menghampiriku. Maka aku akan menyelesaikan masalah itu sendiri. Kau tenang saja. Aku dapat menjaga diriku sendiri" kata Bayu Wirata dengan tersenyum. Terlihat rasa percaya diri pada pemuda tersebut.

KI Kurawa menggelengkan kepalanya. Melihat keras kepala dari pemuda tersebut. Namun ia tidak dapat berbuat apa apa. Untuk memaksa pemuda di depannya untuk menjauh dari bahaya.

"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Kau akan tingal disini dalam beberapa hari. Kita akan menyambut serangan dari Perguruan Badai Nereka" kata Ki Kurawa yang siap melawan Ki Saganda jika mereka menyerang.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!