NovelToon NovelToon
Kanvas Hati

Kanvas Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Romantis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ramadhan

Berawal dari seorang Pelukis jalanan yang mengagumi diam-diam objek lukisannya, adalah seorang perempuan cantik yang ternyata memiliki kisah cinta yang rumit, dan pernah dinodai oleh mantan tunangannya hingga dia depresi dan nyaris bunuh diri.
Takdir mendekatkan keduanya, hingga Fandy Radistra memutuskan menikahi Cyra Ramanda.
Akankah pernikahan kilat mereka menumbuhkan benih cinta di antara keduanya? Ikuti kelanjutan cerita dua pribadi yang saling bertolak belakang ini!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23.

Pemandangan pagi kala itu langit sangat cerah seakan menyambut pagi dengan indahnya. BMW merah melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalan raya membawa si cantik Cyra menuju kantor.

Pagi yang indah dan langit yang cerah saat itu seolah memberi dorongan semangat bagi siapa saja untuk menjalani hari dengan lebih baik. Tapi tidak bagi Cyra, hati dan tubuhnya seperti berat menjalani hari itu.

Belum satu jam berlalu dirinya sudah dilanda galau. Cyra berusaha mengendarai mobil dengan fokus, tapi pikirannya sungguh kacau seolah melayang-layang entah ke mana. 

Untuk menetralkan suasana hati dan pikirannya lalu dia memilih menu pemutar musik di mobilnya.

Lagu favorit Cyra mengalun dengan indahnya. “Mendengarkan lagu ini sedikit membuatku sedikit lebih baik,” batinnya.

Beberapa lagu yang diputar berikutnya menemani Cyra hingga tiba di kantor nanti. Ada satu lagu yang diputar yang dinyanyikan oleh Budi Doremi dengan judul ingat dirimu lagi, saat bait liriknya mengalun… 

Menari-nari… langit terbelah, kau menari-nari.

Sampai malam kumelewati pagi… ingat dirimu lagi.

“Ahh… aku jadi rindu kamu bang Fandy,” katanya saat mendengar lirik terakhir lagu tersebut.

Setidaknya hati dan pikirannya sudah lebih tenang dibandingkan sebelum berangkat tadi. Tekadnya sudah bulat. “Aku harus menyusul suamiku ke Bandung jumat ini.”

***

Cyra sudah tiba di ruangannya, lalu duduk di kursi kerjanya dan bersiap dengan semua pekerjaannya hari itu. Laptop sudah dinyalakan. Banyak notifikasi email masuk dan dia langsung mengeceknya satu persatu.

“Tok… tok, Mbak Cyra boleh saya masuk?” Dina yang mengetuk pintu dan izin menemuinya.

“Iya. Masuk saja Dina,” sahutnya.

Dina lalu masuk dan duduk di hadapan Cyra. “Mbak… satu jam lagi saya dan tim akan pergi ke lokasi syuting iklan terbaru, apa Mbak mau ikut?”

Cyra terdiam, berpikir dulu sambil mengecek sebentar di laptopnya apa ada pekerjaan atau berkas yang mendesak yang harus dikerjakan saat ini. “Hmm… boleh Dina. Satu jam lagi, kan?”

“Iya benar Mbak,” sahut Dina cepat.

“Oke enggak masalah. Aku selesaikan beberapa berkas yang penting dulu. Nanti kamu whatsapp aku kalau sudah siap.”

“Kita semuanya pakai mobilku saja biar mudah, nanti kamu pilih saja siapa yang mau mengemudikannya,” tambahnya.

“Baik Mbak kalau begitu, nanti saya kabari jika kami sudah siap. Permisi… saya pamit dulu,” kata Dina sambil menganggukkan kepalanya.

“Oke Dina. Iya silahkan,” balas Cyra dengan senyum tipis.

Cyra kembali melanjutkan pekerjaannya. Membalas satu persatu email dari beberapa klien yang mengajukan kerjasama proyek iklan komersial.

Dia begitu larut dalam kesibukan pekerjaannya hingga tak terasa satu jam berlalu, aĥda notifikasi pesan whatsapp dari Dina. 

Dina: Mbak Cyra… kami sudah siap.

Cyra: Oke, lima menit lagi aku turun. Kalian tunggu di lobi saja dulu.

Cyra lalu bergegas meraih tasnya dan tablet kantor untuk menyimpan catatan dan merekam informasi saat di lokasi nanti. Kini dia sudah menaiki lift untuk turun ke lobi.

Sekilas dia melirik jam tangannya. “Bagus juga mereka memilih jam syuting di pagi hari, masih ada waktu jika ada yang perlu improvisasi,” batinnya.

Setelah di lobi, Cyra menyerahkan kunci mobilnya ke Dina. “Jadi, siapa yang bawa mobilku?” tanya Cyra.

“Mas Budi yang mau bawa Mbak,” jawab Dina.

Cyra mengangguk dan berjalan bersama tiga orang timnya menuju mobilnya. Dia dan Dina duduk di belakang. Rudi dan Ali duduk di depannya. 

Suasana hening tercipta seiring mobil melaju di jalan raya. “Dina, iklan yang syuting hari ini atas nama klien siapa?” tanya Cyra memecah keheningan.

“PT. Maxwell Mbak.”

“Oh… yang ini ya? Salah satu distributor konsol game dan perangkat penyimpanan digital,” tunjuk Cyra di tablet saat membuka dokumen kerjasama mereka.

“Iya benar. Mereka sangat detail dan teliti sekali. Makanya kita pilih syuting di pagi hari, jadi kalau ada masalah atau tidak sesuai permintaan mereka kami bisa revisi secepatnya,” jelas Dina seraya menunjukkan dokumen minute of meeting dengan klien tersebut.

“Aku sudah menduga tadi saat di lift, maksud kalian pilih syutingnya di pagi hari,” ujar Cyra.

“Maaf ya Mbak. Kami jadi ganggu atau menunda pekerjaan Mbak Cyra jadinya.”

“Tidak masalah kok. Tadi ada beberapa yang sudah aku kerjakan, bagus malah sekali-kali kita keluar kantor biar tidak jenuh,” kata Cyra sambil senyum tipis. 

Suasana dalam mobil kembali hening. Cyra memilih sibuk dengan tablet, sesekali merespon jika Dina atau Budi bertanya padanya.

Tak lama kemudian mereka telah tiba di lokasi. Set perlengkapan syuting sudah tersedia dan siap dimulai. Klien mereka PT. Maxwell sudah hadir, salah satu perwakilannya lalu datang menghampiri Cyra dan timnya.

“Selamat pagi, saya Andri perwakilan dari PT. Maxwell,” sapanya ramah seraya bersalaman dengan Cyra dan lainnya.

“Selamat pagi juga, saya Cyra dan ini Dina, Rudi dan Ali mewakili PT. Gilvy Indonesia mengawasi syuting iklan hari ini,” ungkap Cyra setelah mengenalkan dirinya juga timnya.

Setelah perkenalan itu, tak lama syuting iklan pun dimulai. Cyra dan semuanya mengamati proses syuting tersebut. Disela-sela syuting tersebut Cyra merasa pak Andri memperhatikannya dengan intens.

“Apa ada masalah Pak Andri? Ada yang perlu saya jelaskan?” tegur Cyra yang membuat pak Andri gugup.

“Dia tampan dan berkarisma sih dengan kacamata dan jas mahal melengkapi penampilannya, tapi lebih tampan Fandy kemana-mana,” gumam Cyra seraya menatap sekilas pak Andri.

Pak Andri yang sempat gugup tadi berusaha bersikap wajar di depan Cyra. Alasan dia memperhatikan Cyra karena merasa kagum dengan kecantikannya. 

“Bu Cyra terlihat cantik dan anggun sekali,” ucapnya lirih agar yang lain tidak ikut mendengarnya.

Cyra terkejut dan tertegun sesaat. “Terima kasih pujiannya Pak Andri, tapi maaf saya sudah menikah.” Cyra menunjukkan cincin pernikahan di jari manis kanannya.

“Oh ya? Saya pikir anda masih lajang. Tadi ada niat ingin mengenal Bu Cyra lebih dekat, tapi sayang suaminya sudah mendahului,” ujar pak Andri sambil senyum tipis.

Cyra hanya tersenyum tipis, lalu matanya melirik Dina yang yang sibuk dengan tabletnya. “Bu Dina itu yang masih lajang Pak Andri, barangkali anda berkenan.” Cyra menawarkan.

“Tidak Bu. Saya sangat berkenannya dengan anda. Maaf jika saya lancang,” tolak pak Andri sopan.

“Maaf juga ya Pak. Saya sangat menyayangi suami lebih dari apapun,” kata Cyra dengan yakin.

Tidak ada percakapan lagi diantara keduanya. Syuting iklan terus berjalan hingga pukul 12 siang. Sutradara memutuskan jeda sementara untuk istirahat dan makan siang pastinya.

Cyra mengajak pak Andri, Dina dan lainnya makan siang. Dia meminta Rudi mencari restoran terdekat dari lokasi. Lima belas menit kemudian mereka sampai dengan mobil pak Andri mengikuti di belakang.

Setelah memesan menu yang diinginkan dan menunggu hampir dua puluh menit. Kini sudah terhidang di meja semua yang telah dipesan.

“Silahkan dimakan Pak Andri, Dina, Rudi dan Ali,” kata Cyra mempersilahkan semuanya makan.

“Iya Bu. Terima kasih,” jawab pak Andri dan semuanya kompak.

Saat mereka makan, lagi-lagi pak Andri menatap Cyra intens sambil menyantap makanannya. Lama-lama Cyra merasa risih, ingin rasanya cepat balik ke kantor. 

Untungnya ada panggilan masuk dari Fandy. Dengan cepat dia menekan tombol terima.

Fandy: ”Halo cantik, lagi makan siang ya?” 

Cyra: ”Halo juga Bang, iya... baru aja mulai. Kamu sudah makan? Apa masih sibuk packing buat persiapan?”

Fandy: "Belum… sebentar lagi. Masih rapikan lukisan yang sudah selesai diwarnai terus dibingkai deh. Nanti packing baju dan peralatan lukis setelah makan.”

Cyra: “Berangkat jam berapa memangnya?”

Fandy: “Sekitar jam satu lebih, aku sudah kabari pelangganku itu agak telat sampai sana.”

Fandy: “Kamu lanjut lagi aja makannya, ini mau lanjut lagi merapikan semua lukisan. Aku sayang banget kamu Cyra.”

Cyra: “Aku juga sayang banget kamu. Tolong kabari aku lagi saat sedang dalam perjalanan ke sana.”

Fandy: “Iya istriku… oke siap!”

Panggilan pun terputus. Mendadak selera makan Cyra hilang, dia memutuskan tidak melanjutkan makannya.

“Aku tunggu kalian di mobil ya. Pakai uangku ini untuk membayar tagihannya!” Cyra memberi Dina sejumlah uang dan meminta kunci mobilnya pada Rudi.

Kegelisahan itu datang lagi, perasaannya mendadak tidak enak. Entah kenapa Cyra pun tak tahu. Dia menunggu Dina dan yang lain di mobil. Duduk nyaman bersandar di kursi belakang sambil menutup matanya.

“Abang… seandainya boleh kutahan. Rasanya aku enggak mau kamu pergi ke Bandung hari ini,” resah Cyra.

Sementara itu pak Andri dan yang lainnya tetap melanjutkan makannya hingga selesai. Ada senyum licik terlihat sekilas dari wajah pak Andri. Sepertinya dia ada niat lain saat melihat Cyra menuju mobilnya tadi.

“Sempat kudengar tadi suaminya akan pergi jauh, ini kesempatan emas buatku,” batin pak Andri penuh siasat.

1
Syahril Salman
semangat lanjut kakak 💪😍
Syahril Salman: sama2 kak😍
total 2 replies
Mericy Setyaningrum
Romantis ceritanya ya Kak
Lia Ramadhan 😇😘: makasih banget kak untuk supportnya🙏🤗
total 3 replies
Syahril Salman
jadi tambah bagus kak covernya 😍👍
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Syahril Salman
Ceritanya bagus, simple dan mudah dimengerti. Saya suka karakter Fandy yang berkomitmen, padahal belum mengenal Cyra lebih jauh tetapi berani memutuskan akan menikahinya.
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak untuk ulasan positifnya🙏
total 1 replies
Syahril Salman
lanjutkan kk ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!