menceritakan kisah cinta antara seorang santriwati dengan seorang Gus yang berawal dari permusuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riyaya Ntaap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rahasia yang mulai terbongkar
**
" Diva, ayo ikut saya "
" Kemane? "
" Pulang "
" Pulang? Rumah mane? "
Kayla, sisi dan Dila, menatap diva dan Gus zindan dengan sorot mata yang begitu sulit di jelaskan. Ada beribu-ribu pertanyaan yang ingin mereka layangkan pada diva, namun terpaksa mereka tahan karena menurut mereka ini belum saatnya.
" Ada hal penting yang mau saya bahas, diva. "
" Ya apa? Bilang aja disini. "
Gus zindan menghela nafasnya panjang, matanya langsung mengedar, melihat ketiga teman diva yang masih betah menatap ke arahnya dan juga diva.
Salah siapa Gus zindan menghampiri diva di asrama, jadilah mereka di kepoi oleh teman teman diva yang masih belum tau apa apa mengenai hubungan keduanya.
" Kamu bawel banget ya, tinggal nurut apa susahnya sih. "
" Ya Gus juga! Tinggal bilang aja, pake harus ikut pulang ke rumah Gus lagi. Ribet amat " balas diva.
Entah kenapa, mood diva sangat tidak baik hari ini. Tepatnya, setelah kemarin malam ia melihat Gus zindan berduaan dengan syla, entah melakukan apa. Namun mereka berdua kelihatan begitu romantis, tertawa bersama, saling menatap layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai.
Sebenarnya diva juga tidak tau kenapa dengan dirinya sendiri, namun setelah pertemuannya dengan syla kemarin, ia jadi merasa bimbang ragu dengan perasaannya sendiri dan itupun di selingi dengan rasa bersalah pada syla.
" Mama tadi telfon, katanya ada yang mau di bicarain sama kamu. "
" Mama? "
" Heum " Gus zindan melirik sekilas pada ketiga teman diva, ketika dirinya memanggil mama diva dengan panggilan mama juga. Padahal biasanya ia cukup mengatakan 'orang tua kamu menelfon' saja.
" Bicara apa ya kira kira " diva mulai menebak nebak.
Tiba tiba semangatnya kembali, Tampa sadar ia menarik tangan Gus zindan dan membawa pria itu pergi begitu saja.
" Eh itu.... Itu divaa! " Sisi tampak histeris, melihat diva yang dengan entengnya menarik tangan Gus zindan, terlebih lagi Gus zindan seperti biasa saja, tidak menegur diva sama sekali.
Kayla menatap Dila, begitupun sebaliknya. Mereka merasa bahwa diva dan Gus zindan pasti memang memiliki rahasia besar yang di sembunyikan dari mereka.
Sementara itu, diva masih tidak sadar bahwa ia menarik tangan Gus zindan, bahkan menggenggamnya dengan erat. Sakingkan tidak sabarnya berbicara dengan sang mama dan abangnya, diva bahkan sampai tidak menghiraukan tatapan tatapan heran dari para santri yang melihat isteraksi di antara dirinya dan Gus zindan.
" Assalamualaikum zindan "
Gus zindan menahan tangan diva, agar tidak terus berjalan di saat dirinya sedang di sapa oleh seorang tamu. Akibat perbuatan Gus zindan, diva jadi terpendal mundur dua langkah dan menabrak dada bidangnya sedikit.
Mata diva langsung berbinar melihat sosok pria tampan di depannya, tepatnya di depan Gus zindan.
" Wih, apanih? Kok ganteng? " Celetuk diva dengan kesadaran penuh.
Pria yang tadinya menyapa Gus zindan, malah beralih menatap diva. Keningnya tampak berkerut bingung melihat diva, karena ia tidak kenal pada diva, sementara ia hanya kenal dengan zindan.
" Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh. Apa kabar Rafi? " Gus zindan melepaskan tangannya dari genggaman diva secara perlahan, untuk berjabat tangan dengan pria yang bernama lengkap Muhammad Rafi itu.
" Alhamdulillah, baik. Anta sendiri bagaimana? "
" Alhamdulillah baik juga. "
Rafi menganggukkan kepalanya singkat, ia kembali beralih menatap diva. Diva sudah mengembangkan senyum manisnya sedari tadi, maklum lah namanya juga diva. Melihat ada yang tampan sedikit, matanya akan langsung segar dan senyumnya akan langsung mengembang sempurna di wajahnya.
" Ustadz pasti ustadz baru ya? " Celetuk diva begitu saja dengan penuh semangat dan Tampa rasa malu.
Rafi menganggukkan kepalanya pelan. " Nama saya Muhammad Rafi, biasanya di panggil Rafi. " Balas ustadz Rafi memperkenalkan dirinya.
" Kalo di panggil ya Habibi, bolehkan? " Goda diva, dengan menggerlingkan matanya.
Gus zindan tampak merinding melihat istrinya begitu genit, apalagi menggoda sahabat lamanya.
" Emm.... " Ustadz Rafi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, ia merasa sedikit bingung, harus menanggapi gadis di depannya dengan bagaimana.
" Ustadz, tau ga? Kenapa di bahasa inggris tuh ada perfect tense? "
" Karena bahasa inggris butuh cara khusus untuk menunjukkan hubungan antara waktu suatu peristiwa dan waktu sekarang. "
" Salah! "
Kening ustadz Rafi semakin berkerut bingung, karena mendengar pengakuan dari gadis di hadapannya, bahwa ia salah menjawab, padahal setahunya memang seperti itu.
" Jadi yang benar? "
" Karena kalau perfect person itu kamu cihuyyyyy " diva sedikit mencolek punggung tangan ustadz Rafi, membuat pria itu sedikit memundurkan langkahnya, usai di colek oleh diva.
Gus zindan mengusap wajahnya dengan kasar, ia jadi merasa malu pada sahabatnya sendiri, karena ulah genit istrinya.
Gus zindan langsung menarik baju gamis sang istri, ia memeluk istrinya dan mendekap kedua tangan diva, agar tidak asal mencoleh Rafi.
" Maafkan istri saya, raf. Dia memang liar, satwa liar pun kalah. " Gus zindan tersenyum paksa, sementara itu, diva langsung mendongak melihat Gus zindan dengan tatapan tajamnya.
Jujur saja, diva merasa begitu jantungan, ia tidak menyangka Gus zindan akan bertindak seperti itu terhadapnya. Memeluknya di depan umum. Barulah diva sadar, bahwa ada banyak santri yang saat ini tengah memusatkan perhatian pada mereka bertiga.
Diva meneguk ludahnya dengan susah payah, tenggorokannya seperti ada penghalang membuatnya sulit menelan.
" Mati lah diva! " Batinnya, mencaci dirinya sendiri.
" Gus lepasin, banyak orang yang liatin kita. " Cicit diva, tak di perdulikan nya lagi ustadz Rafi, karena perhatiannya masih berfokus pada beberapa santri yang menatap ke arah mereka.
" Biarin! Kamu liar kalau di lepas. Nanti kamu colek colek Rafi lagi. Kecil kecil mesum! " Ketus Gus zindan
Bukan cemburu! Bukan! Tapi ia hanya merasa malu karena Rafi itu sahabat lamanya sekaligus tamunya di pondok pesantren ini. Masa iya, baru datang tapi sudah di goda oleh titisan seekor diva.
" Kecil apaan? Kecil kecil gini udah bisa memproduksi anak kecil. Iyakan ustadz ganteng? " Diva kembali menatap ustadz Rafi, matanya berkedip berkali-kali menggoda ustadz Rafi.
Diam diam ustadz Rafi mengulum senyumnya, ia merasa geli sendiri melihat tingkah laku istri sahabatnya.
" Yaudah nanti malam kita mulai produksi. "
" Oke " balas diva tak sadar, mengiyakan perkataan Gus zindan, karena tatapannya masih berfokus pada ustadz Rafi hingga telinga nya pun jadi bermasalah.
" Oke, deal. "
" Eh bentar bentar, apa tadi? " Mendengar kata deal dari Gus zindan, diva tiba tiba merasa loading. Ia kembali mendongak, menatap Gus zindan yang cukup tinggi.
" Ada deh, nanti malam aja saya kasih tau. "
" Idih, main rahasia rahasiaan. Alay "
" Iya, alay, alayfyuu "
Diva merasa merinding sendiri, mendengar perkataan asbun Gus zindan, dengan kasar ia menginjak kaki Gus zindan, hingga melepaskannya dari pelukan pria itu.