Mereka melihatnya sebagai Upik Abu. Mereka salah besar. Regina adalah CEO muda yang menyimpan rahasia besar. Di rumah mertua, ia menghadapi musuh yang tak terlihat dan cinta yang diuji. Mampukah ia mengungkap kebenaran sebelum terlambat? Ataukan ia akan kehilangan segalanya? Kisah tentang cinta, keluarga, dan rahasia yang bisa mengubah takdir seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Upik Abu Eps 26
Tepuk tangan riuh menggema di kediaman Ahmed, mengiringi ucapan selamat dari keluarga, saudara, dan para sepupu Dio untuk Meghan.
Kini, Meghan telah resmi menjadi mualaf. Ia baru saja mengikrarkan dua kalimat syahadat di hadapan ustadz dan tokoh masyarakat di Arab.
Wanita yang baru memeluk Islam itu digiring Aisyah menuju teras belakang untuk melaksanakan mandi wajib.
Ada beberapa hal yang menuntunnya pada keputusan menjadi bagian dari umat Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah adab bersalaman, di mana pria yang bukan mahram tidak diperkenankan menyentuh.
Lagu-lagu dan sholawat yang didengarnya mampu menentramkan hati. Hadis-hadis serta kisah-kisah yang dituturkan Aisyah, sang ibu mertua, tanpa lelah menjawab setiap pertanyaan Meghan. Hingga suatu malam, ia bermimpi berada di tengah lahan tandus, diterpa angin kencang yang dahsyat.
Bahkan pohon-pohon besar pun beterbangan mengikuti arah angin. Meghan merasa dirinya tertarik oleh kekuatan itu, namun tiba-tiba seorang pria dengan wajah bercahaya muncul, mengangguk seolah memintanya untuk mundur. Meghan menurut. Pria itu kemudian menghunus pedangnya, seorang diri menantang amukan angin.
Seketika, angin itu lenyap. Setelahnya, pria itu memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung yang terikat di pinggangnya. Dengan isyarat, pria bercahaya itu menunjukkan jalan dan membimbing Meghan, namun anehnya, Meghan yang diminta berjalan lebih dulu.
Meghan menceritakan mimpinya pada Aisyah. "Nak, Islam selalu mengutamakan wanita. Jika ia belum menikah, semua kebutuhannya ditanggung orang tuanya. Jika sudah menikah, tanggung jawab itu beralih pada suaminya. Islam begitu memuliakan wanita, sampai pada pakaian pun ada aturannya," ucap Aisyah seraya menyerahkan potongan semangka pada Meghan.
Meghan melahap buah itu. Entah mengapa, di saat usia kandungannya semakin membesar, ia lebih menyukai buah-buahan, terutama semangka.
"Hai, Kakak, sedang apa?" tanya Hasan, salah satu keponakan Dio.
"Sedang mandi," jawab Meghan sambil mengulum bibirnya, berusaha menahan tawa.
"Kakak, aku serius! Kamu selalu saja bercanda saat aku bertanya," ucap Hasan merajuk, melipat kedua tangannya di atas perut.
"Hahaha, ah..." Meghan tak kuasa menahan tawa, geli melihat tingkah anak kecil di depannya.
"Iya, iya, maaf. Kakak sedang makan buah semangka yang sudah dipotong oleh Nenek Ais," ucap Meghan sambil menyodorkan seiris semangka pada Hasan, yang langsung dilahapnya.
"Kakak suka buah semangka?" tanya Hasan.
Meghan mengangguk, terus menikmati semangka itu, sesekali menyuapi Hasan.
"Apakah Kakak tahu jika buah semangka adalah salah satu buah kesukaan Rasulullah?" tanya Hasan.
Kening Meghan berkerut, ia menggeleng pelan.
Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW sering makan semangka bersama kurma muda (ruthab). Aisyah RA meriwayatkan, "Sesungguhnya Nabi SAW sering makan semangka disertai ruthab (kurma muda)." Beliau mengatakan bahwa semangka adalah buah yang menyejukkan dan segar.
"Beliau mengatakan bahwa semangka adalah buah yang menyejukkan dan segar," ulang Hasan.
"Wah... kamu benar Hasan! Pantas saja dari sekian banyak buah, semangka inilah yang paling aku sukai. Juga, saat sudah masuk ke dalam perut, rasanya dingin," ucap Meghan tersenyum.
Hasan menaiki kursi, meraih piring yang tadi berisi semangka. Dilihatnya, buah itu telah habis. "Nenek Ais, apa semangkanya masih ada?" Hasan berteriak memanggil Aisyah.
"Masih, tunggu sebentar, biar dipotongkan oleh Bibi Sofia," jawab Aisyah sambil mengaduk masakannya di dalam panci.
Meghan beranjak mendekati Aisyah, matanya membulat ke arah panci yang sedang diaduk Aisyah, hidungnya mengendus seperti kucing. "Awas, itu panas! Apa yang kamu inginkan?" tanya Aisyah sambil memegangi lengan Meghan.
"Umi masak apa? Kenapa baunya sangat lezat? Aku.... emh... lapar," ucap Meghan ragu, sambil mengelus perutnya yang sudah berusia enam bulan.
Aisyah tersenyum. Sejak Meghan berada di rumah, hatinya selalu dipenuhi kebahagiaan dan ketenangan. Aisyah menangkup wajah menantunya, mengecup kening Meghan.
"Sabar ya, tunggu sebentar. Umi masak kari kambing. Kamu mau makan dengan apa?" tanya Aisyah pada Meghan.
Entah mengapa, Meghan merasa mertuanya ini adalah bidadari yang Allah turunkan ke bumi untuk menjadi mertuanya. Tutur katanya lembut menentramkan hati, bahkan saat beliau marah pun tak seperti orang marah.
"Memangnya bisa dimakan dengan apa, Umi?" tanya Meghan heran. Selama ini, Meghan hanya mengenal makanan Eropa, seperti steak atau roti.
"Makan denganku," ucap Dio, menyela ucapan sang Umi. Dio menghampiri keduanya, berjongkok, mengelus lembut perut Meghan, sesekali menciumnya. "Sedang apa dia di sana?" tanya Dio.
"Akh...." Meghan melenguh merasakan tendangan kuat dari bayinya. "Kamu kenapa?" tanya Dio panik. Meghan menggeleng pelan.
Dio menuntun Meghan duduk di kursi. "Hei, boyy... jangan nakal di perut ibumu ya," ucap Dio sambil mengelus perut buncit itu. Ia merasakan gerakan seperti gelombang, tersenyum, lalu jari telunjuknya mengikuti gelombang tersebut, dan dihadiahi tendangan kuat hingga Meghan kembali melenguh, "Akh..."
Keduanya tertawa. Aisyah datang dengan nampan besar berisi semangkuk kari kambing, sepiring nasi, beberapa iris roti Maryam, juga susu dan potongan semangka. Ia meletakkannya di atas meja. Saat Dio hendak menyomot seiris roti Maryam, tangannya dipukul dengan sendok kayu.
"Tak... Aduh, sakit Umi!" ucap Dio meringis sambil mengelus punggung tangannya.
"Ambil sendiri! Ini pertama kalinya menantuku meminta makan, jadi jangan rusak acara makannya," ucap Aisyah.
Bibir Dio maju sepanjang lima sentimeter, membuat Meghan dan Hasan tertawa terbahak-bahak. "Kakak, ada apa dengan bibirmu? Sudah seperti bebek! Hahahaha..." celetuk Hasan sambil mengunyah semangka.
"Apa Kakak seperti bebek? Kwek, kwek, kwek..." sahut Dio, menirukan suara bebek dengan gaya kocaknya.
Ahmed datang ke dapur karena mendengar riuhnya tawa. Ia merangkul Aisyah, hendak menciumnya. "Heh, mau apa? Lihat, ada menantuku di sana, apa kamu tidak malu?" tegur Aisyah. Ahmed tak kehilangan akal. "Apa itu?" ucapnya sambil menunjuk ke arah luar.
Pandangan Aisyah pun mengikuti arah telunjuknya, dan... cup! Akhirnya, Ahmed mendapatkan apa yang ia mau. Setelah berhasil mencuri ciuman, Ahmed berlari meninggalkan istrinya yang terus mengomel karena ulahnya.
Sementara itu, Meghan, Dio, dan Hasan kembali menertawakan tingkah konyol kedua orang yang sudah berumur itu. Mereka memang sudah senja, namun masih bisa berlaku selayaknya anak muda, hanya untuk menghibur anggota keluarga yang lain.
Di tempat lain
"Tuan, saya baru saja mendapatkan kabar jika Meghan telah memeluk agama Islam."
Pranggg! Pecahan gelas kaca berhamburan, menyebar ke seluruh ruangan, suaranya memekakkan telinga, menggema di setiap sudut.
Bukan Upik Abu
Mohon tinggalkan kritik dan saran Terimakasih ❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Jangan lupa subscribe dan like ya...