Edgar dan Louna dituduh membuang bayi hasil hubungan mereka. Enggan berurusan dengan hukum, akhirnya Edgar memutuskan untuk menikahi Louna dan mengatakan bayi itu benar anak mereka.
Selayaknya mantan kekasih, hubungan mereka tidak selalu akur. Selalu diwarnai dengan pertengkaran oleh hal-hal kecil.
Ditambah mereka harus belajar menjadi orang tua yang baik untuk bayi yang baru mereka temukan.
Akankah pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan itu berubah menjadi pernikahan yang membahagiakan untuk keduanya ?
Atau mereka akan tetap bertahan hanya untuk Cheri, si bayi yang menggemaskan itu.
Yuk ikuti kisahnya...!!
Setiap komen dan dukungan teman-teman sangat berharga untuk Author. Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Max
Karena hati Louna sedang senang, malam ini ia mengajak Edgar tidur di kamar bersama. Edgar bukannya senang ia malah merasa sedih. Pasti tidurnya tidak akan nyenyak. Sedangkan besok ia harus kembali bekerja.
"Kau tau tidak jika tidur tingkahmu itu sangat banyak, Lou ?" Kata Edgar.
Louna terdiam sebentar seolah sedang berpikir. Kemudian ia mengangguk. "Tau, aku bahkan pernah terjatuh dari ranjang padahal tidur sendiri". Tanpa di duga ia mengaku juga.
"Nah itulah. Aku takut tidak bisa tidur jika tidur berdua denganmu. Tadi siang saja kepalaku mendapat tendangan maut darimu". Kata Edgar.
"Haa benarkah ? Berarti tendangan ku yang sudah menyembuhkan kepala mu ya". Louna tertawa menutupi rasa malunya. Jangankan orang lain. Ia sendiri saja merasa jengkel pada dirinya sendiri. Sudah dewasa tapi jika tidur banyak sekali tingkah.
"Aku ada cara, siapa tau saja berhasil". Ucap Edgar dengan serius.
"Apa ?".
...
Akhirnya Louna setuju untuk tidur sambil dipeluk Edgar. Cheri diletakkan di ranjangnya sendiri yang sudah diberi pembatas. Ia diletakkan di sebelah Edgar agar Louna tidak menjajah bayi mungi itu.
"Lou, kalau aku boleh tau kenapa dulu kau memutuskan ku selain kau mengira aku memiliki banyak kekasih ?" Tanya Edgar. Ia memeluk Louna dari belakang. Satu tangannya dijadikan bantalan oleh Louna.
"Aku bukan mengira. Itu kenyataannya. Kau punya banyak sekali wanita. Aku muak melihatnya yang selalu ada disetiap sudut kampus".
"Tapi mereka kan hanya penggemar ku. Bukannya kau tau itu ?"
"Tidak, Ed. Aku bisa membedakan mana penggemar mu. Lagi pula, kau sudah dijodohkan oleh orang tuamu sejak kecil. Jadi untuk apa hubungan itu dilanjutkan jika akhirnya tetap akan berakhir". Kata Louna.
"Siapa yang mengatakan aku dijodohkan ?" Edgar terkejut dengan fakta yang baru diketahuinya ini. Ia bahkan sampai terbangun dari tidur saking terkejutnya.
"Kenapa bertanya padaku. Itu kan kekasihmu". Balas Louna sewot.
Selalu seperti ini. Saat Edgar ingin mencari tau, Louna selalu marah.dan akhirnya mereka tidak bisa melanjutkan obrolan.
"Yasudah tidurlah, Lou". Kata Edgar. Louna hanya mengangguk. Matanya pun sudah terasa berat.
Ingin mencium kening Louna, tapi ia takut Louna marah. Jadi Edgar hanya mengucapkan selamat malam saja.
..
Pagi-pagi sekali Nyonya Elise sudah berada di rumah Louna. Ia membawa banyak sekali masakan buatan nya. Ia tau jika kemarin Edgar sakit. Tapi tidak bisa menjenguk sebab berada diluar kota menemani Adik Louna yang ada pemotretan.
Jolie berjanji ini pemotretannya yang terakhir sebelum membicarakan pernikahan dengan kekasih nya.
"Jadi dia akhirnya akan menikah ?" Tanya Louna sambil makan.
"Iya. Keluarga Louis akan memberikan pesta yang mewah. Sebenarnya Mommy sudah melarang Jolie melakulan pemotretan kemarin. Mommy takut dia minum sampai mabuk. Jadi dia mengajak Mommy bersama". Kata Nyonya Elise bercerita.
"Oh, enak sekali dia". Cibir Louna.
"Apanya yang enak ? Kau iri pada adikmu sendiri ?" Tegur Nyonya Elise.
"Dia bisa menikah dengan kekasihnya. Dan dibuatkan pesta juga. Sedangkan aku harus menerima permintaan kalian yang konyol itu". Louna merajuk.
"Tapi kan kau masih mencintai Edgar". Ucapan Nyonya Elise bertepatan dengan Edga ruang memasuki dapur.
Louna memeloto matanya agar Mommy nya berhenti mengatakan itu. Dan Nyonya Elise mengerti.
"Selamat pagi, Ed. Kau sudah baikan ? Maafkan Mommy ya kemarin tidak bisa menjenguk mu". Kata Nyonya Elise basa-basi.
"Iya, Mom tidak apa-apa. Hanya demam biasa tidak ada yang perlu di khawatirkan". Kata Edgar.
"Kemarilah, duduk di samping Louna. Ayo sarapan. Mommy sudah memasak makanan untuk kalian. Habiskan semuanya. Mommy sudah membaginya dengan pelayan kalian". Nyonya Elise menyuruh Edgar duduk disamping Louna yang masih asik makan.
Entah asik atau karena mencari pelarian. Belum habis dimulut nya, ia memasukkan makanan lagi.
"Kalau begitu Mommy langsung kembali saja. Mommy harus segera pergi ke restoran. Setelah itu menemani Jolie fitting baju pengantin". Kata Nyonya Elise kemudian mengambil tasnya dan mencium kening Louna.
Setelah kepergian Mommy nya Louna menusukkan garpu dengan keras kearah daging yang tinggal sedikit. Edgar sampai terlonjak kaget
"Lou, kau kenapa ? Dagingnya keras ?". Tanya Edgar. Louna masih diam tapi nafasnya terdengar tidak beraturan sudah seperti lari maraton saja.
"Mommyyyy... Apa aku ini bukan anak kandung Mommy". Teriak Louna yang bisa di dengar pula oleh pelayan.
"Hei kenapa ?". Edgar melihat Louna yang mengeluarkan air mata dengan mulut yang masih mengunyah.
"Mommy lebih perhatian pada Jolie. Apa aku ini bukan anaknya juga". Adu Louna pada Edgar.
"Memangnya apa yang dilakukan oleh Mommy ? Apa ia berniat membuang mu ?" Kata Edgar reflek dan kemudian ia menyesali ucapannya itu.
"Edgaarrrrr...."
Edgar menutup telinga nya. Louna, kalau soal berteriak dan mencubit nomor satu. Puji Edgar dalam hati.
Setelah drama Louna yang ngambek, mereka akhirnya berangkat bekerja setelah berpamitan pada Cheri.
Kali ini Louna yang meminta diantar. Dan Edgar menyuruh Louna berjanji untuk tidak meninggalkan nya lagi.
"Jadi sebenarnya kau ingin pesat pernikahan mewah seperti adikmu, Lou ?" Tanya Edgar.
"Iya. Tapi bukan denganmu". Jawab Louna yang membuat wajah Edgar seketika masam.
"Memangnya kau punya kekasih ?" Tanya Edgar.
"Punya". Jawab Louna cepat sambil melihat pemandangan di sisi jalan.
"Yang kutanyakan kekasih betulan. Bukan kekasih khayalanmu yang berada di dalam drama favori mu itu". Kata Edgar. Kali ini wajah Louna yang nampak masam. Rupanya Edgar sudah tau tent kekasihnya.
"Sudahlah jangan bertanya lagi".
"Memang aku tidak ingin bertanya lagi. Karena ini sudah sampai". Kata Edgar.
Louna baru menyadari jika mereka sudah berada di depan lobi. Terlalu asik melihat jalanan membuat ia tidak sadar.
"Jangan pernah tinggalkan mantelmu saat keluar. Cuaca sedang dingin". Edgar merapikan kerah mantel yang Louna gunakan.
Louna hanya bisa menoleh kearah lain. Tidak sanggup menatap wajah Edgar atau jantungnya berdebar keras lagi.
Ia sendiri bingung dengan respon tubuhnya. Semua anggota tubuhnya seolah mengkhianatinya. Mengatakan tidak suka tapi sangat senang bila diperhatikan.
"Masuklah, aku menunggu disini". Kata Edgar.
Akhirnya Louna keluar dari mobil dan melambaikan tangannya pada Edgar. Begitu juga Edgar yang melambaikan tangannya pada Louna yang semakin menjauh.
Tidak lama kemudian sebuah mobil berhenti tepat di depan mobil Edgar. Seorang pria gagah dan tampan turun dari mobil itu.
Edgar tidak mengedipkan matanya saat melihat pria itu. Pria yang begitu dikenalnya itu melayangkan tatapan tajamnya pada Edgar.
Sorot kemarahan masih nampak di matanya. Edgar baru menyadari, jika ternyata Louna bekerja di perusahaan milik Max. Max Technology.
Kaki Edgar rasanya ingin keluar dan menghampiri Max. Tapi pikiran nya menahannya dan membalas dengan tatapan yang sama pula.
"Apa Louna jadi sekretaris Max ?. Sial, kenapa tidak aku cari tau". Ia merasa kesal dengan dirinya sendiri.
"Apa jangan-jangan Bos yang disebut tampan oleh Louna adalah Max ?"
..
lanjut thor