NovelToon NovelToon
Sopirku Mantan Dosaku

Sopirku Mantan Dosaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Cinta Terlarang / Mantan / Romansa / Cintapertama / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Laila_Anta

Pernikahan seharusnya membuka lembaran yang manis. Tapi tidak bagi Nayara, dia menyimpan rahasia kelam yang akhirnya merenggut kebahagiaannya.

Suaminya membencinya, rumah tangganya hampa, dan hatinya terus terjerat rasa bersalah.

Hingga suatu hari sumber masalahnya sendiri datang dan berdiri dihadapannya, laki-laki yang kini memperkenalkannya sebagai sopir pribadi.

“Sudah aku katakan bukan. Kamu milikku! Aku tidak akan segan mengejarmu jika kau berani meninggalkanku.”

Apakah Nayara akan mempertahankan rumah tangganya yang hampa atau kembali pada seseorang dimasa lalu meski luka yang ia torehkan masih menganga dihatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laila_Anta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Di lobby perusahaan.

Bian berpapasan dengan Mona. Wanita itu menundukkan kepalanya seolah mereka benar-benar seorang atasan dan bawahan. Tapi saat keduanya masuk ke dalam lift, Mona bergerak begitu agresif.

"Hentikan, Mon. Ini kantor. Bagaimana kalau mereka melihat kita," sergah Bian berusaha menarik wanita itu yang kini menempel di tubuhnya seperti seekor bunglon.

"Ini lift khusus. Apa kamu lupa, hah?" Suara Mona dibuat sensual. Tangan lentiknya merayap di dada bidang Bian yang kini sedang memejamkan matanya.

Sedikit saja Mona memancing, laki-laki itu tidak bisa mengendalikan hasratnya.

Dengan gerakan kasar biar meraup bibir wanita yang kini meladeninya dengan sepenuh hati. "Padahal semalam kita sudah menghabiskan banyak waktu. Tapi sepertinya kau memang tidak pernah ada puasnya." Seringai tipis muncul disela-sela pagutan bibir mereka.

"Aku memang tidak pernah puas dengan dirimu, Tuan. Karena kau benar-benar menakjubkan," desis Mona tepat di bawah leher Bian hingga membuat aliran darahnya memanas.

Ting

Pintu lift siap terbuka. Keduanya buru-buru melepaskan pagutan dan membenahi penampilan. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa, keduanya begitu lihai menunjukkan akting mereka. Bian mendapatkan sambutan hormat dari para bawahannya.

Mona ikut masuk ke dalam ruangan Bian. Dan terjadilah sesuatu yang sejak tadi ingin meledak diantara mereka. Pagi hari yang begitu membara diantara keduanya.

* * *

"Seperti yang Nyonya katakan, masakan bibi memang enak. Saya sampai lahap begini, hehe. Mirip sekali sama masakan ibu saya di kampung," kata Dafa yang baru saja selesai menghabiskan makanannya.

"Kamu bisa saja nak Dafa. Mungkin karena kamu benar-benar lapar, makanya lahap. Iya kan?" sahut bi Yati.

"Iya nih. Bukannya tadi kamu bilang melewatkan jam sarapan. Makanya tadi kamu makan terburu-buru," timpal Nayara.

Dafa menggaruk kepalanya tidak gatal. "Huuu. . . Dasar!" sorak Nay dan Bi Yati bersamaan. Keduanya tertawa tanpa diberi komando.

Tanpa Dafa sadari sudut bibirnya mengulas senyum melihat Nay tertawa begitu lepas. Detak jantungnya memburu begitu cepat, sama seperti dulu.

Ya. Dia adalah Radeva Mahendra. Pemuda itu masuk ke dalam rumah Bian untuk melihat seseorang yang begitu ia rindukan dari jarak yang begitu dekat.

'Nay, senyummu masih seperti dulu begitu indah dan mampu membuatku tidak pernah ingin berpaling darimu.'

Saat Nay menoleh, Dafa masih menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Kini tatapan merekapun bertemu. Gadis itu yakin, ada yang tidak beres dengan hatinya saat ini.

Ia menyadari ada yang ia rasakan saat melihat pemuda itu. Tapi siapa dia? Laki-laki yang bahkan suaminya sendiripun belum mampu menggetarkan hati seorang Nayara. Kecuali. . .

Gadis itu buru-buru menggeleng. Berusaha membuang sekelebat bayangan masalalu yang baru saja hinggap tanpa tahu malu.

"Ada apa Non?" tanya bi Yati cemas.

"Eum, anu. Enggak papa bi. Aku mau istirahat dulu ke kamar. Maaf bi. Sepertinya kepalaku agak pusing."

"Apa perlu bibi ambilkan obat?"

Nay menggeleng. "Gak usah bi. Aku hanya perlu istirahat. Mungkin karena semalam kurang tidur."

"Ya sudah. Istirahat saja Non. Atau nanti bibi buatkan teh hangat dicampur madu biar tubuh Non lebih enakan."

Nay tertegun. "Eum, boleh bi."

"Ya sudah kalau begitu nanti bibi antar ke kamar non Nay."

Setelah kepergian Nay, Dafa menyunggingkan senyumnya. 'Aku tau Nay. Kamu pasti bingung dengan perasaan yang kamu rasakan saat ini. Ternyata kamu juga masih merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan.'

Lima belas menit kemudian.

"Mau kemana, bi?"

Dafa yang melihat bi Yati hendak keluar dari dapur dengan nampan berisi minuman di tangannya.

"Mau mengantar teh hangat untuk Non Nay," jawab Bi Yati yang hendak kembali melangkah.

"Bi, biar saya yang antarkan," cegah Dafa secara spontan.

Bi Yati nampak tertegun. "Anu, bi. Saya ingin menghafal setiap sudut rumah ini. Walau bagaimanapun saya kan menjadi bagian dari rumah ini. Kalau nanti saya kesasar gimana. Rumah ini kan begitu besar," alibi Dafa berharap tidak pernah menimbulkan kecurigaan.

"Kebetulan, bibi juga mau angkat jemuran di luar. Takut keburu hujan. Ya sudah kalau kamu mau membantu bibi membawakan teh ini ke kamar non Nay."

Dafa menerima nampan dari tangan bi Yati dengan senang hati. Sepanjang kakinya melangkah, bibirnya tidak berhenti mengulas senyum.

Ketukan pintu membuyarkan lamunan Nay yang kini terduduk di sisi tempat tidur. "Masuk saja, bi."

Sudah barang pasti itu bi Yati. Tapi, saat melihat siapa yang kini muncul dibalik pintu, Nay terlihat sekali terkejut.

"Nyonya, ini minuman yang anda minta," ucap Dafa belum berani masuk.

"Bibi kemana?" Nay nampak tidak terlalu senang dengan kemunculan pemuda itu di depan kamarnya.

"Beliau sedang mengangkat jemuran. Takut keburu hujan katanya. Apa saya boleh masuk?" Dafa sedikit mengangkat nampan tersebut. Seolah bilang, tangan saya sudah pegal.

"Eum, masuklah. Taruh saja di atas nakas," jawabnya cepat. Nay ingin pemuda itu cepat pergi dari hadapannya, ia merasa risih jika berdekatan dengannya.

Tapi tubuhnya bergerak spontan saat mendengar suara yang begitu menggelegar dari luar.

"Aaaaa. . ." Nay memekik menabrakkan tubuhnya saat suara petir mengagetkan nya. Atau mungkin gadis itu benar-benar ketakutan saat ini.

Sekujur tubuhnya bergetar bahkan ia tidak menyadari bahwa saat ini ia sedang berlindung di dada orang lain.

"Nyonya, ada apa? Itu hanya suara petir." Dafa terlihat begitu khawatir dengan reaksi Nay yang menurutnya berlebihan.

"A-aku takut suara itu. Bahkan aku tidak pernah mau mendengarnya lagi. Aku benci suara itu," lirih Nay dengan suara terbata.

Deg

'Sejak kapan Nay membenci suara petir?'

"Tenanglah, Non." Pemuda itu bingung harus menenangkannya seperti apa. Kondisi Dafa saat ini tidak memungkinkan untuk merengkuh dan memeluk Nay.

Beberapa menit Dafa membiarkannya begitu saja. Tangan kanannya hampir saja menyentuh punggung Nay jika gadis itu tidak buru-buru menarik diri.

"M-maaf. Aku tadi berlebihan. Maafkan aku. Kumohon jangan salah paham," ujarnya sesaat dirinya tersadar.

"Tidak papa, Non. Saya bisa maklum. Banyak kok yang mempunyai fobia petir seperti Nyonya saat ini. Bahkan memang itu bawaan dari lahir."

Nay menggeleng. "Kamu salah. Dulu saya begitu menyukai hujan. Bahkan petir pun seperti backsound indah yang hanya terdengar saat hujan akan tiba. Tapi sejak hari itu. . . Saya begitu membenci hal yang berkaitan dengan hujan," lirihnya. Mulutnya berbicara begitu saja. Seolah seseorang itu harus tahu alasan dibalik semua ini.

Hati Dafa seolah diremas begitu kuatnya. Perkataan Nayara seolah membuat luka yang sengaja di hunuskan untuknya.

Tatapan Dafa berubah sendu. Bahkan jika Nay menyadari, kedua matanya mulai mengembun.

"Sekali lagi maaf. Saya malah berbicara hal yang tidak masuk akal," ujarnya merasa tidak enak. "Kalau begitu, kamu boleh keluar. Saya mau lanjut istirahat. Terimakasih untuk teh nya."

Dafa membenturkan punggung di dinding setelah keluar dan menutup pintu kamar Nay. Tangan kirinya meremas dada yang kini merasakan sakit yang luar biasa. Ujung matanya mengeluarkan air mata yang buru-buru ia usap sebelum orang lain menyadarinya.

"Maafkan aku, Nay."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!