Ardi, seorang ayah biasa dengan gaji pas-pasan, ditinggalkan istrinya yang tak tahan hidup sederhana.
Yang tersisa hanyalah dirinya dan putri kecil yang sangat ia cintai, Naya.
Saat semua orang memandang rendah dirinya, sebuah suara asing tiba-tiba bergema di kepalanya:
[Ding! Sistem God Chef berhasil diaktifkan!]
[Paket Pemula terbuka Resep tingkat dewa: Bihun Daging Sapi Goreng!]
Sejak hari itu, hidup Ardi berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hamei7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Dia Menambahkan Bubuk Terlarang
Dalam hitungan menit saja, kios Bakpao Saus Ardi sudah penuh sesak oleh pembeli!
Tanpa terkecuali, semuanya datang gara-gara aroma harum bakpao daging saus yang menggoda.
Orang-orang yang sudah mencicipinya langsung memberi pujian setinggi langit. Kabar pun menyebar cepat dari mulut ke mulut. Tak heran kalau para murid SD, orang tua, bahkan orang yang hanya lewat depan sekolah ikut penasaran dan ingin mencoba.
Biasanya, di pintu masuk sekolah itu ada belasan kios makanan. Suasananya selalu ramai: empat sampai lima orang tua dan murid berdiri di depan tiap kios.
Tapi pagi ini berbeda.
Semua kios lain terlihat sepi, bahkan ada yang kosong melompong. Kerumunan justru mengular di depan gerobak Ardi.
Para pedagang lain melongo.
“Eh, apa-apaan ini? Kok semua orang ngantri ke sana?”
Untungnya, sejak subuh Ardi sudah menyiapkan cukup banyak bakpao. Tinggal diangkat dari kukusan, bisa langsung dijual. Prosesnya jauh lebih cepat dibanding saat ia berjualan nasi goreng dulu.
Namun ada masalah lain. Beberapa orang tua membeli bakpao dalam jumlah banyak, bahkan ada yang minta tujuh sampai delapan buah sekaligus.
Ardi sempat menghitung cepat. Kalau begini terus, stoknya bisa habis sebelum jam masuk sekolah!
Akhirnya ia mengangkat suara.
“Maaf ya, Bapak Ibu. Hari ini bakpao yang saya buat jumlahnya terbatas. Jadi maksimal hanya dua buah per orang.”
“...Hah?”
Wajah orang-orang yang sudah di depan antrean jelas kecewa.
Tapi yang berdiri di belakang malah bersorak gembira.
Lagipula, dua bakpao seharga lima ribu rupiah tidaklah mahal. Apalagi ukuran bakpao Ardi lebih besar daripada biasanya, dengan isi daging padat serta kuah melimpah.
Meski cuma dua, tetap bisa bikin kenyang.
Bahkan ada yang bercanda sambil antre.
“Besok jualan lagi ya, Mas. Saya mau ajak istri coba juga.”
“Iya, jangan sampai nggak buka lagi. Enak banget bakpaonya!”
“Boleh dong bocorin resep rahasianya, Mas?”
Ardi hanya tersenyum tipis.
“Hehe, itu rahasia dapur. Nggak bisa dibocorin, Pak.”
Dalam waktu kurang dari setengah jam, semua bakpao ludes terjual habis!
Ardi sampai bengong.
Bukannya ekonomi lagi susah ya? Kok dagangan gampang banget habis begini?
Sambil membereskan gerobak, ia tetap ramah meladeni orang-orang yang masih mendekat. Ada beberapa yang nekat minta diajarin resep, tapi tentu saja Ardi hanya tersenyum tanpa menjawab jelas.
Karena jam masuk sekolah sudah dekat, para orang tua buru-buru pamit. Mereka harus mengantar anak masuk kelas, lalu lanjut ke kantor atau pulang.
Pedagang lain juga mulai berkemas. Tapi dari tatapan mereka, jelas terlihat rasa iri.
Biasanya kios kami juga laku. Tapi hari ini? Sepi total!
Bahan-bahan mereka nyaris tidak tersentuh. Mau tak mau, mereka harus geser lokasi dan mencoba peruntungan di dekat SMP atau kampus siang nanti.
Saking kesalnya, ada yang sampai curiga.
Apa jangan-jangan Ardi pakai bahan aneh-aneh? Supaya orang-orang ketagihan?
Mereka teringat pernah ada warung nakal yang menambahkan bubuk terlarang ke dalam kuah agar pelanggan ketagihan.
Tapi melihat Ardi yang bersih, rapi, wajah polos tanpa curiga, prasangka itu perlahan hilang sendiri.
“Ya ampun, jangan-jangan dia emang jago masak? Makanya bakpaonya bisa seenak itu?” gumam salah satu pedagang.
Pada akhirnya, mereka hanya bisa berharap: semoga besok Ardi tidak datang lagi berjualan di sana.
Ardi sendiri sama sekali tidak tahu kalau para pedagang lain iri kepadanya.
Setelah selesai mengelap gerobak dengan kain basah, ia menaruh ember kecil di sudut untuk kebersihan. Hatinya terasa lega. Gerobak mungilnya tampak bersih berkilau, memantulkan cahaya matahari pagi yang baru muncul.
“Hari ini laku semua… mantap,” gumam Ardi kecil sambil tersenyum puas.
Dengan hati riang, ia mendorong sepeda listriknya pulang. Rencananya, setelah menaruh kukusan dan perlengkapan di rumah, ia mau lanjut ke pasar sayur untuk belanja bahan persiapan jualan malam nanti.
Namun begitu sampai di depan halaman rumah, ia terkejut mendengar suara riuh.
Beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu tetangga berdiri bergerombol di depan pagar. Dan yang berada paling depan adalah Paman Joko, tetangga yang pagi-pagi sempat menunjukkan arah pasar sayur.
“Eh, itu kan Paman Joko sama Bu Yati?” Ardi refleks melotot kaget.
Melihat Ardi muncul, wajah mereka langsung berbinar.
“Nah, bener kan! Aku udah bilang, Ardi ada di sini. Baunya aja kecium sampai ujung gang!” seru Paman Joko sambil tertawa lebar.
“Kami dengar kamu jualan bakpao saus di sekolah tadi pagi. Wah, semua orang ngomongin! Jadinya kami penasaran pengin nyobain juga!”
Ardi tertegun. Jadi mereka datang bergerombol gara-gara itu?
Masalahnya… bakpao yang ia buat sudah habis semua.
tapi untuk menu yang lain sejauh ini selalu sama kecuali MIE GORENG DAGING SAPInya yang sering berubah nama.
Itu saja dari saya thor sebagai pembaca ✌
Apakah memang dirubah?
Penggunaan kata-katanya bagus tidak terlalu formal mudah dipahami pembaca keren thor,
SEMAGAT TERUS BERKARYA.