Cinta Untuk Elena

Kata kata Leo memang terdengar seperti mertua yang sangat pengertian pada menantu nya. Namun Luke tahu dalam hati pria tua itu pasti sedang mengumpat habis diri nya.

"maaf pah, sayang sekali aku harus segera pergi karena sudah di tunggu dan maaf aku belum bisa membantu, semoga saja masalah mu cepat selesai."

Terlihat sekali jika Leo sedang menahan emosi dengan ucapan permintaan maaf Luke yang menolak membantu nya. "iya, semoga saja."

"kalau sudah tidak ada lagi yang ingin papa mertua bicarakan, maaf aku pamit dulu karena klien ku sudah menunggu.."

"oh silahkan, maaf sedikit menyita waktu mu."

"Tidak masalah, papa."

Luke langsung masuk kedalam mobil nya selesai pamit pada Leo, dan bergegas menyuruh Romi untuk segera pergi meninggalkan parkiran. Menghadapi Leo sama saja menghadapi putri nya dan bagi Luke kedua nya sangat memuakan.

Leo yang melihat mobil menantu nya berlalu dari hadapannya mengepalkan tangan erat. Sedari tadi dia menahan emosi nya bisa saja tadi dia melayangkan bogem mentah ke arah wajah Luke, jika saja menantu nya bukan orang berpengaruh di kota ini.

Namun diri nya harus menahan diri setidaknya sampai dia bisa memanfaatkan statusnya sebagai mertua Luke Avaaskha dengan diri nya terus memperluas usaha nya.

Di kediaman keluarga Avaaskha.

"Yang benar? Tanya seseorang sambil berbisik dan teman di sebelah nya mengangguk yakin.

"Kau tahu dari mana?

"Aku yang di minta Tuan untuk membeli nya di mall dan sekalian aku belanja keperluan Nyonya.."

Si wanita yang tadi bertanya menutup mulut dengan telapak tangan nya.."Kok bisa seperti itu ya?

"Tentu saja bisa dan memang tujuan nya bukan untuk memberikan nya hadiah, tidak mungkin Tuan seroyal itu. Jangan berharap."

"Kasihan sekali pasti saat ini, dia sedang berbunga bunga tanpa tahu kejadian yang sebenar nya, ah kalau dia tahu pasti sangat menyedihkan.."

Lalu si pemberitahu langsung terkekeh geli sambil mengangguk setuju.

"Kau pasti iri dengan nya?

"Tidak, untuk apa? Menyedihkan seperti itu, untuk apa aku iri?

Tanpa kedua pelayan itu sadari jika ada sepasang mata yang mendengarkan obrolan mereka tadi. Walau pun setengah berbisik namun diri nya masih bisa jelas mendengarkan nya, apa lagi suara tawa yang mengejek diri nya sangat jelas kalau mereka tengah mentertawakan nasib sial dan betapa menyedihkan diri nya.

"Tidak, aku pasti salah dengar dan tidak mungkin.. Apa yang di katakan mereka pasti bohong."Elena mencoba menepis omongan itu dan berusaha tidak mempercayai nya.

Sambil melangkah dia terus berjalan dan bergumam dalam hati, jika yang di dengarkan nya tadi pasti salah bukan diri nya," apa Luke setega itu? Dia ngga mungkin benar benar brengsek kan?

"Iya aku harus bertanya pada nya, harus itu."

Elena terus melangkah sambil mengafirmasikan diri nya dengan kalimat positif, sampai diri nya tidak menyadari kalau dari lawan arah ada seseorang yang sengaja berjalan ke arah nya dengan senyum licik. Seseorang itu menubrukkan diri nya dengan sengaja ke arah Elena. Hingga membuat secangkir kopi panas yang di pegang nya tumpah dan mengenai kulit lengan Elena. "aw awww..."

"ups maaf, sengaja sih."

Elena menatap tajam ke arah gadis itu yang dengan tanpa rasa bersalah malah tersenyum mengejek nya.." kau.."

"maaf aku sedang minum kopi dan kebetulan kau lewat jadi dengan sengaja. Aku menyenggol bahu mu dan malah kopi ku sendiri tumpah mengenai lengan mu itu, panas ya?

"Jelas panas, masih berani bertanya?

Ingin rasa nya Elena menampar gadis itu tapi dia menahan sekuat tenaga, dia harus menahan emosi dan bersikap elegan. Lalu dia tersenyum tipis dan dengan sangat terpaksa.."oh ini tidak begitu panas malah terasa hangat.."

"Baju mu malah jadi berubah warna begini, sayang sekali.." Nathalie memasang muka sedih saat menatap dress berwarna putih gading terkena tumpahan kopi milik nya bahkan dress tersebut berubah warna menjadi cokelat.

Elena mengibaskan tangan nya yang lengket akibat kopi, dan dia tidak mau membuat Nathalie menang dengan menunjukan kekesalan nya. "oh ini tidak masalah, aku akan membuang nya di tempat sampah dan mengganti nya dengan yang baru.. Simple kan? Punya uang banyak untuk apa repot.."

"ini masih bisa di cuci dan kau hanya perlu menyikat nya saja dengan bersih.."

"kenapa harus di cuci? Aku tinggal minta Luke untuk membelikan nya lagi dan aku bisa membeli lebih dari satu."

Elena sengaja mengejek balik adik ipar nya yang sudah kurang ajar dengan nya.

Nathalie hendak menjawab namun Elena lebih dulu menyela.."oh iya aku lupa, tadi pagi Luke sudah membelikan aku baju dengan model terbaru dari Lynell jadi lumayan bisa untuk stok ganti baju. Lagi pula dress ku ini sudah ketinggalan zaman, tenang saja aku akan meminta Luke untuk membeli semua koleksi Lynell yang terbaru."

Setelah mengoceh di depan adik iparnya, Elena melenggang pergi ke lantai 3 menuju kamar nya, jangan di tanya wajah Nathalie sudah merah padam menahan amarah. walau pun kulit Elena terasa panas akibat ketumpahan kopi tapi dia puas melihat Nathalie kehilangan kata kata ketika adu mulut dengan nya.

"Sialan, "umpat Nathalie dan kekesalan nya semakin memuncak, niatnya ingin membuat Elena marah justru berbalik pada nya.

"Apa benar kak Luke membelikan nya baju baru? Rasa nya ngga akan mungkin.." Nathalie tidak mempercayai itu semua karena dia sangat tahu bagaimana sifat kakak laki laki nya itu.

Di dalam kamar, Elena segera mengobati lengan nya tadi. Bukan kali pertama dia di perlakukan seperti ini, jauh sebelum nya dia pernah merasakan nya jadi untuk kali ini Elena tidak akan berdiam diri saja. Sudah pasti dia akan membalas dengan cara elegan pada orang orang yang berani menindas nya.

Jam makan malam, Elena berdandan saat ini dia berada di depan cermin. Sesekali dia memastikan penampilan nya itu sebelum keluar kamar, Elena sengaja membuat penampilan nya sangat spesial malam ini. Hanya untuk memperlihatkan nya pada Luke, walau pun Elena tahu reaksi suami nya nanti akan dingin namun dia hanya perlu memastikan saja soal tadi sore pembicaraan kedua pelayan yang menjadi pikiran nya.

"so perfect, lets go Elena tunjukan pesona mu.."

Ketukan suara heels dari kaki Elena bunyi nya sangat beraturan, dan wanita itu malam ini sangat anggun. Gaya keanggunan, serta kesopanan hingga tutur kata lembut namun tidak merendah sudah Elena telan mentah mentah sedari kecil. Bukan karena dia bagian dari keluarga Alba tapi karena dia ingin menaikkan nilai nya di mata masyarakat agar tidak terus menerus menghina nya.

Saat melewati pintu kamar Luke, dia hanya menggedikan bahu nya acuh. Entah jam berapa suami nya pulang dari kantor karena dia tidak di beritahu dan dia juga enggan mencari tahu.

Elena mulai membentengi hati nya walau pun ada sedikit rasa cinta untuk Luke tapi sebisa mungkin wanita ini melawan rasa itu.