Dua wanita kembar yang menjalani takdir masing masing. Inha dengan karakter pendiam dan terpaksa menikah dengan seorang duda beranak satu dan Inka yang selalu ceria dan mencintai seorang pria yang terlihat tidak menyukainya .Namun, ternyata ia salah karena pria itu selalu menyukai dalam diam.
Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja? Mampukah Inha menerima status sebagai ibu sambung di usia muda nya?
Bisakah Inka keluar dari situasi tersulit di hidupnya?
Selamat membaca.... 🥰😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Han_hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Lusa, pernikahan akan dilangsungkan di hotel mewah. Perasaan bahagia begitu terlihat dari orangtua calon mempelai perempuan. Namun, tidak dengan Inha yang kini masih bergelung di selimut tebalnya. Ia menatap langit- langit kamar sembari menitihkah airmata.
"Apa keputusan yang aku ambil sudah benar? " Tanyanya bermonolog
" Aku tidak mencintanya... "Ujarnya lagi
" Aku tidak ingin menikah dengan nya. "Lirihnya lagi.
Inha mengingat kejadian tadi saat Ia pulang ke rumah, ia mendapati ibunya sedang di ruang keluarga bersama Inka. Ibunya selalu memeluk Inka dan gadis itu pun bermanja serta bercanda tawa. Trauma kejadian saat itu mulai memudar, Inka sudah tersenyum kembali dan mulai sedikit ceria. Dan dalam lubuk hati yang terdalam Inha merasa cemburu, ia seperti tersisih kembali. Hatinya sakit karena sang ibu seolah pilih kasih dan lebih menyayangi kembaran nya.
"Aku.... Tidak bisa seperti ini terus... " Ia mengusap sisa airmata dan pergi ke lantai bawah. Namun tak menemukan keluarga nya.
"Bi, dimana Inka? " Tanya nya
"Non Inka pergi ke apartemen, katanya mau ambil beberapa bahan dan desain baju yang tertinggal disana Non. "
Inha tanpa ragu pergi menyusul gadis itu.
****
Dekorasi terlihat mewah dengan kombinasi gold dan putih. Navysah begitu mempercayakan wedding organizer untuk mengurus semuanya. Dan tentu saja mereka akan melakukan yang terbaik untuk pernikahan mewah ini.
Keluarga Rico tentu sudah datang dan menginap sejak kemarin, begitu juga dengan keluarga Davian. Mereka mempersiapkan segalanya dengan matang. Disisi lain, Richi terlihat gugup. Walaupun ini pernikahan keduanya namun sudah lama ia menduda. Bahkan teks ijab kabul pun sengaja ia tulis agar mudah diingat.
"Papah, semoga dimudahkan segala urusannya. " Cherry memeluk ayahnya dengan erat. Gadis sembilan tahun itu seolah tahu bahwa sang ayah sedang gelisah.
"Terimakasih sayang, papah bahagia. Apa Cherry bahagia? "
"Kalau papah bahagia tentu saja Cherry pun akan bahagia. " Ungkapnya sembari tersenyum
" Anak manis, kesayangan papah. " Richi mencium anaknya dengan lembut.
" Tante Inha pasti akan sayang sama Cherry seperti anaknya sendiri, Cherry jangan takut ya. " Richi akan berusaha sebisa mungkin agar Cherry dan Inha bisa saling mengasihi dan menerima satu sama lain. Sebenarnya bukan Cherry yang ia takut kan justru Inha yang ia takutkan belum bisa menerima keadaan ini. Memang tidak mudah seorang gadis menerima anak yang bukan darah dagingnya. Tapi richi akan terus mencoba nya.
"Cherry yakin tante Inha sayang sama Cherry bahkan rasa sayang nya melebihi bunda. " Entah darimana anak itu bisa meyakinkan diri bahwa ibu sambungnya lebih baik dari ibu kandung nya. Sebenarnya Cherry ragu jika Inha akan menyukainya karena beberapa kali bertemu calon ibunya itu Inha masih saja bersikap masa bodo dan tidak tertarik dengan anak-anak. Berbeda dengan tante Inka, wanita itu masih mau mengobrol santai dan bercanda dengan nya.
"Anak baik papah, kamu yang terbaik sayang. "
****
Disisi lain, Inha begitu gelisah. Malam ini masih menunjukkan pukul delapan malam . Ia ingin sekali keluar hotel namun mama Navysah melarangnya.
"Kalau butuh apa-apa bilang mama pasti mama belikan. "
"Jangan pergi keluar, mama takut kamu kenapa-napa. "
"Calon pengantin jangan banyak melamun, tidak baik. "
"Tidurlah yang cukup, besok acara pernikahanmu sayang. "
Kalimat itu terlontar dari bibir ibunya, bahkan beberapa kali Navysah memeluk Inha dengan erat. "Ternyata begini rasanya akan menikahkan anak perempuan kami, mama sedikit sedih karena jauh darimu." Ujarnya
Lagi-lagi Navysah memeluk anaknya dengan erat dan Inha merasakan kehangatan tubuh ibunya. Pelukan yang jarang ibunya berikan.
"Jadilah istri soleha, patuh dengan suami. "
"Mama tidak memberi banyak nasehat untuk mu karena mama yakin kamu anak soleha mama yang terbaik. " Lagi-lagi Navysah mengulas senyum.
"Bukankah Inka yang terbaik? " Tanya Inha,baru kali ini ia mendengar ibunya memuji bahwa ia yang terbaik.
"Setiap anak istimewa dan berharga, Inha berharga begitu juga dengan Inka. Kamu anak mama yang terbaik juga. "
Inha hanya menghela nafas panjang nya. Ia mengira ibunya akan memuji dia lagi yang lebih baik dari Inka.
Navysah pun berlalu ke kamar hotel nya sendiri.
"Tok.. Tok.. Tok... " Suara pintu diketuk dari luar. Inha tersadar sedari tadi hanya mengingat kejadian bersama ibunya.
"Mami... " Inha memeluk mami Imel dengan erat seolah tak ingin terpisahkan.
Dengan cepat mami mengunci pintu. "Apa kau sudah gila?! " Ucapnya dengan tegas.
" Inha, mami tidak suka dengan caramu itu!"
"Mami, kumohon maafkan aku. Ini keputusan ku dan jalan terakhir untukku mih. " Inha memeluk mami Imel dengan erat dan menangis untuk kesekian kalinya.
"Inha, kau begitu kejam Nak! "
"Mih, kumohon kali ini saja. Maafkan aku. " Inha kembali menangis lagi.
*****
Seorang gadis memasuki ballroom yang besok akan digunakan untuk acara pernikahan Inha. Ia menatap keseluruh ruangan dengan mata berkaca -kaca. Hembusan nafas panjang mengisyaratkan bahwa dirinya sedang menanggung beban yang begitu berat dan rumit. Bahkan berkali-kali ia menatap ke langit -langit gedung yang bermandikan cahaya lampu.
"Cahaya lampu itu begitu bersinar namun tidak mampu menerangi pikiranku yang kusut ini. " Lirihnya
"Aku merasa sangat lelah dengan semuanya. "
" Ya ampun kenapa hidupku seperti ini, ingin rasanya aku bunuh diri. " Ucapnya lagi
"Siapa yang mau bunuh diri? " Tanya seorang pria yang tak sengaja mendengar perkataan Inka. Ia menghampiri gadis itu.
"Kak Antoni, kau disini" Inka tidak menyangka bisa bertemu dengan dia lagi.
"Aku diminta tuan Raffa untuk bertugas mengamankan pernikahan ini. " Ujarnya
Inka tergelak tawa, hatinya kian tercabik dengan ucapan pria itu. "Ya ampun, kenapa hidup ini begitu lucu. " Ujarnya dengan wajah berubah sedih.
" Apanya yang lucu? " Antoni tak mengerti
"Sudahlah tak usah dibahas. " Inka lagi-lagi menghela nafasnya. Ia tak ingin berlama-lama memandang pria itu hingga akhirnya Inka membuang wajahnya kearah lain. Sesak di dada.
" Apa kau baik-baik saja? " Tanya Antoni pada gadis itu. "Kenapa tak menjawab telepon ku. "
" Aku baik-baik saja, hanya ingin melupakan apa yang harus aku lupakan. " Ucapnya tanpa melihat kearah pria itu.
"Aku mengkhawatirkanmu. "
"Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku, dan Terima kasih sudah menyelamatkan ku saat itu, maaf untuk segalanya. " Inka berkata dengan tulus, jika Antoni tidak datang tepat waktu pasti ia sudah menjadi korban pelecehan.
" Inka..... "Antoni menatap lekat gadis itu bahkan matanya mulai berembun.
" Ya... "Tanpa sadar Inka pun menatap mata pria itu, kedua manik mereka saling bertemu satu sama lain. Mereka menatap dengan perasaan masing-masing. Jika Antoni menatap nya dengan penuh cinta namun ia belum berani untuk mengungkapkan nya sedangkan Inka menatap nya dengan perasaan yang tidak menentu. Ingin rasanya ia menangis dan bercerita pada pria itu namun tidak mungkin ia katakan, Inka hanya bisa diam.
"Maukah kak Antoni berteman denganku, aku janji tidak akan menyukaimu lagi, tidak akan menganggumu,tidak akan datang ke rumahmu dengan seenaknya, tidak akan lagi menganggu tidurmu lagi. Kita hanya berteman. " Inka menahan airmata nya agar tidak menetes, bagaimana pun ia harus kuat dengan keadaan ini. Gadis itu hanya mengulurkan tangan tanpa disambut balik.
Antoni tidak merespon ucapan gadis itu bahkan terkesan marah dari sorot matanya.
"Yasudah jika tak mau berteman denganku, maaf. " Inka menarik tangan nya, ia merasa kotor karena pria itu tak mau menyambut uluran tangan nya.
"Mungkin dia jijik dengan ku. " Ucapnya dalam hati. Ingin rasanya ia menangis saat itu juga namun ia harus pura-pura kuat. Ia menundukkan kepala nya
" Jangan menjauh dariku, tetaplah menjadi Inka si gadis usil yang ceria dan mengangguku." Pinta Antoni
"Telepon aku jika kau butuh sesuatu. " Antoni kali ini seolah memberikan sinyal agar Inka paham dengan perasaan nya.
Inka mendongak, menatap mata pria itu yang masih berembun. " Itu tidak mungkin. "Ujarnya
" Kenapa? "
Inka hanya mengulas senyum tanpa menjawab pertanyaan pria itu.
" Bolehkah aku memelukmu sebagai ucapan terimakasih? "Tanya gadis itu , namun belum menjawab pertanyaan Inka, gadis itu langsung memeluk Antoni dengan erat.
" Ah, nyaman nya dipeluk kakak. "Ucap Inka, tanpa terasa airmata nya jatuh dengan cepat. Beberapa orang yang hilir mudik tidak ia hiraukan, bisa jadi jika keluarga nya melihat pasti Inka akan dimarahi.
" Andai bisa seperti ini terus, rasanya aku ingin melarikan diri dengan mu. "Gumamnya dalam hati
Antoni pun tidak peduli dengan orang sekitar, jika pun sang tuan melihat kejadian ini, ia rela dipukul beberapa kali sebagai gantinya.
" Terimakasih sudah menolongku, aku janji tidak akan menganggumu lagi,maafkan aku. "Inka mengurai pelukan nya sembari mengulas senyum. Airmata nya masih menetes, dengan cepat ia mengusapnya.
" Aku pergi.... "Inka berlalu begitu saja dengan tanda tanya besar bagi Antoni. Tidak seperti biasanya ,gadis itu meminta maaf berkali-kali.
"Aneh."
wkwkkwkw
🤭🤭