NovelToon NovelToon
TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Penyelamat
Popularitas:925
Nilai: 5
Nama Author:

Alea, seorang wanita muda dan cantik, terpaksa menikahi Rian melalui perjodohan. Namun, kebahagiaan yang diharapkan pupus ketika Rian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan Gina. Patah hati, Alea memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Rian. Takdir berkata lain, bis yang ditumpangi Alea mengalami kecelakaan tragis. Di tengah kekacauan, Alea diselamatkan oleh Ben, seorang pria berkarisma dan berstatus sebagai bos besar yang dikenal dingin dan misterius. Setelah sadar, Alea mendapati dirinya berada di rumah mewah Ben. Ia memutuskan untuk berpura-pura hilang ingatan, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru. Ben, yang ternyata diam-diam mencintai Alea sejak lama, memanfaatkan situasi ini. Ia memanipulasi keadaan, meyakinkan Alea bahwa ia adalah kekasihnya. Alea, yang berpura-pura hilang ingatan tentang masa lalunya, mengikuti alur permainan Ben. Ia berusaha menjadi wanita yang diinginkan Ben, tanpa menyadari bahwa ia sedang terperangkap dalam jaring-jaring cinta dan kebohongan. Lalu, apa yang akan terjadi ketika ingatan Alea kembali? Apakah ia akan menerima cinta Ben, atau justru membenci pria yang telah memanipulasinya? Dan bagaimana dengan Rian, apakah ia akan menyesali perbuatannya dan berusaha merebut Alea kembali?

BARANG PENINGGALAN IBU

Di ruang kerjanya yang mewah, Ben duduk dengan tatapan dingin. Ia sedang menunggu kedatangan asistennya, David. Beberapa menit kemudian, David masuk dengan wajah serius.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Ben tanpa basa-basi.

David mengangguk. "Baik, Tuan. Rian datang ke kota ini untuk menghadiri acara lelang barang antik yang akan digelar di galeri dua hari lagi."

Ben mengerutkan kening. "Lelang barang antik? Apa urusannya dengan itu?"

"Saya belum tahu pasti, Tuan. Tapi yang jelas, saya sudah menghadang dia dan mengatakan dengan tegas untuk tidak mengganggu Nyonya Alea lagi."

Ben tersenyum sinis. "Bagus. Pastikan dia tidak mendekati Alea. Aku tidak ingin masa lalunya menghantuinya lagi."

"Siap, Tuan. Saya akan terus memantau gerak-geriknya."

Ben terdiam sejenak, berpikir keras. "Cari tahu apa yang dia inginkan dari lelang itu. Mungkin ada hubungannya dengan Alea."

David mengangguk. "Akan saya lakukan, Tuan."

"Dan satu lagi," kata Ben dengan nada mengancam. "Jika dia berani macam-macam, jangan ragu untuk mengambil tindakan."

David menelan ludah. Ia tahu betul apa yang dimaksud dengan "tindakan" itu. Ben tidak akan segan-segan untuk menghabisi siapa pun yang berani mengusik kehidupannya dan Alea.

Setelah David pergi, Ben berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati jendela. Ia menatap pemandangan kota yang terbentang di hadapannya. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran.

Ia tahu bahwa Rian adalah ancaman bagi kebahagiaannya. Rian adalah masa lalu Alea, dan ia tidak ingin masa lalu itu kembali menghantuinya. Ia akan melakukan apa pun untuk melindungi Alea dari Rian, bahkan jika itu berarti ia harus melakukan tindakan kekerasan.

Ben mengepalkan tangannya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun merebut Alea darinya. Alea adalah miliknya, dan ia akan mempertahankannya dengan segala cara.

Ben menggerutu kesal. Ia baru menyadari bahwa ia lupa memberikan perintah penting kepada David. Ia seharusnya meminta David untuk membelikan ponsel baru untuk Alea, memasang penyadap, dan memblokir semua nomor lain kecuali nomornya sendiri. Ia juga ingin membatasi akses internet Alea dan melarangnya menggunakan media sosial.

Ben segera meraih ponselnya dan menghubungi David. "David, kembali ke ruanganku sekarang!" perintah Ben dengan nada mendesak.

David yang sedang dalam perjalanan keluar gedung terkejut mendengar nada bicara Ben. Ia segera berbalik arah dan kembali menuju ruang kerja Ben.

Beberapa menit kemudian, David tiba di ruang kerja Ben dengan napas terengah-engah. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya dengan gugup.

"Aku lupa memberikan perintah penting," kata Ben dengan wajah serius. "Aku ingin kau membelikan ponsel baru untuk Alea. Pilihkan yang paling canggih, tapi pastikan kau memasang penyadap di dalamnya."

David mengangguk mengerti. "Baik, Tuan. Ada lagi?"

"Blokir semua nomor lain kecuali nomorku. Alea hanya boleh menghubungi aku. Dan batasi akses internetnya. Aku tidak ingin dia menggunakan media sosial atau berkomunikasi dengan orang lain tanpa sepengetahuanku."

David terdiam sejenak. Ia merasa kasihan pada Alea. Ia tahu bahwa Ben terlalu berlebihan dalam melindungi Alea. Namun, ia tidak berani membantah perintah Ben.

"Siap, Tuan. Akan saya laksanakan," jawab David dengan nada pasrah.

"Bagus. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Aku tidak ingin ada kesalahan sekecil apa pun," kata Ben dengan tatapan mengancam.

David mengangguk dan segera keluar dari ruangan. 

Sementara itu, Ben tersenyum puas. Ia merasa bahwa ia telah mengambil langkah yang tepat untuk melindungi Alea. Ia yakin bahwa dengan mengendalikan komunikasi dan akses informasi Alea, ia bisa menjauhkannya dari segala macam bahaya dan pengaruh buruk.

Setelah David pergi, Ben kembali melamun. Ia menatap kosong ke arah jendela, pikirannya berkecamuk. Ia bergumam sendiri, "Mungkin aku terlihat jahat di matamu, Alea. Mungkin kau membenciku karena semua ini."

"Tapi aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Aku ingin kau bersamaku selamanya. Aku tidak ingin ada orang lain yang menyakitimu lagi. Aku tidak ingin kau mengalami penderitaan seperti dulu," lanjutnya dengan nada lirih.

Ben teringat akan masa lalu Alea yang penuh dengan kesedihan dan kekecewaan. Ia tahu bahwa Alea telah terluka berkali-kali, dan ia tidak ingin hal itu terjadi lagi. Ia ingin menjadi pelindung Alea, menjadi perisai yang melindunginya dari segala macam bahaya.

"Berusahalah untuk menerimaku, Alea. Berusahalah untuk mencintaiku seperti aku mencintaimu. Aku tahu ini sulit bagimu, tapi aku yakin kita bisa melewati semua ini bersama," gumam Ben dengan penuh harap.

Namun, di balik harapan itu, terselip ketakutan yang mendalam. Ben takut Alea akan terus menolaknya. Ia takut Alea akan meninggalkannya dan bahkan kembali pada masa lalunya.

"Aku benci penolakan," bisik Ben dengan nada dingin. "Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpamu, Alea. Kau adalah segalanya bagiku."

Ben menyadari bahwa obsesinya terhadap Alea mungkin tidak sehat. Ia tahu bahwa ia terlalu berlebihan dalam melindungi Alea, dan mungkin tindakannya justru membuat Alea merasa tertekan.

Namun, ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Ia terlalu takut kehilangan Alea, sehingga ia melakukan apa pun untuk mempertahankannya. Ia rela melakukan apa saja, bahkan jika itu berarti ia harus menjadi jahat di mata Alea.

Ben menghela napas panjang. Ia berharap Alea bisa memahami perasaannya. Ia berharap Alea bisa melihat bahwa semua yang ia lakukan adalah demi cintanya.

Ben menghela napas panjang dan mencoba mengalihkan perhatiannya pada pekerjaannya. Ia duduk kembali di kursinya dan mulai memeriksa berkas-berkas yang menumpuk di mejanya. Ada beberapa berkas yang harus segera ditandatangani, laporan keuangan yang harus dianalisis, dan proposal proyek yang harus dievaluasi.

Ben berusaha sekuat tenaga untuk fokus, tetapi pikirannya terus melayang pada Alea. Ia memikirkan apakah Alea baik-baik saja, apakah ia merasa bahagia, dan apakah ia merindukannya. Ia juga memikirkan tentang Rian dan apa yang direncanakannya.

Ben merasa frustrasi. Ia tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk menemui Alea. Ia ingin memastikan bahwa Alea aman dan bahagia.

Namun, ia tahu bahwa ia tidak boleh menyerah. Ia harus tetap profesional dan menyelesaikan semua pekerjaannya dengan baik. Ia tidak bisa membiarkan masalah pribadinya mengganggu pekerjaannya.

Ben menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk lebih fokus. Ia membaca setiap kalimat dengan seksama, menganalisis setiap angka dengan teliti, dan mengevaluasi setiap proposal dengan cermat. Ia berusaha untuk tidak memikirkan apa pun selain pekerjaannya.

Inilah mengapa Ben dikenal sebagai pengusaha yang tidak berperasaan. Ia selalu bisa memisahkan antara urusan pribadi dan urusan bisnis. Ia tidak pernah membiarkan emosinya memengaruhi keputusannya. Ia selalu bertindak rasional dan profesional.

Namun, di balik ketegasan dan profesionalismenya itu, tersembunyi hati yang rapuh dan penuh dengan kekhawatiran. Ben sangat mencintai Alea, dan ia rela melakukan apa pun untuk melindunginya.

Ben terus bekerja hingga larut malam. Ia baru berhenti ketika semua berkas sudah selesai diperiksa dan ditandatangani. Ia merasa lelah, tetapi juga puas. Ia telah berhasil menyelesaikan semua pekerjaannya dengan baik, meskipun pikirannya terbagi.

Ben berdiri dari kursinya dan meregangkan tubuhnya. Ia kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Bi Ani untuk dihubungkan ke Alea. Ia ingin mendengar suaranya dan memastikan bahwa ia baik-baik saja.

1
Vash the Stampede
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Ceritanya menghibur sekali.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!