NovelToon NovelToon
Nikah Kontrak

Nikah Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

assalamualikum bunda

Amira dibawa ke sebuah mobil patroli jenis pikap. Seorang polwan menemaninya, sementara dua orang polisi duduk di depan.

Polwan itu bernama Andini. Ia duduk di samping Amira.

Amira merasa gatal pada punggungnya. Dengan enteng, ia mengeluarkan penitih lalu membuka borgol dengan cepat.

“Ah, gatal sekali,” ucapnya sambil menggaruk punggung.

Sementara itu, Andini mengantuk. Setelah dua hari dua malam bekerja, sore ini seharusnya ia libur.

Amira menaikkan kakinya ke kursi—kebiasaannya saat duduk. Ia memang tipe manusia aktif, tidak bisa diam. Ia lalu merentangkan tangannya.

“Citttt!” suara ban berdecit ketika pengemudi mengerem mendadak.

Andini yang sedang tertidur kaget, hampir saja jatuh dari bak mobil.

Amira tak kuasa menahan tawa.

Reno keluar dari mobil.

“Andini, kenapa kamu buka borgol?” Reno kaget melihat Amira sudah terlepas, sementara Andini tampak celingukan.

“Loh, kok bisa lepas?” Andini kaget sampai mengucek mata.

“Kenapa kamu lepaskan borgolnya?” tanya Reno.

“Kuncinya ada di Bapak. Gimana saya bisa lepasin?” jawab Andini bingung.

Reno refleks memeriksa ikat pinggangnya. Benar saja, kunci borgol masih ada di situ.

“Ha? Terus kenapa dia bisa membuka borgol?” Reno kaget sekaligus panik.

“Aku gatal, Pak. Bajuku baru dibeli, kayaknya belum dicuci,” jelas Amira dengan enteng.

“Cepat, pasang lagi borgolnya!” perintah Reno.

“Enggak usahlah, Pak. Aku ini warga negara yang baik, enggak akan lari,” sahut Amira sambil tersenyum.

“Ah, masa warga negara baik melakukan tindakan penganiayaan?” Reno geleng-geleng kepala. Orang sudah diborgol masih saja mengaku warga negara yang baik.

Akhirnya Amira dipindahkan ke depan. Polisi tidak mau ambil risiko, takutnya Amira meloncat dan kabur.

Setibanya di polres, Amira langsung dimasukkan ke lapas perempuan.

Di dalam sel penjara terdengar bisik-bisik.

“Katanya ada penghuni baru,” ucap Lia, wanita kurus tapi licik, pekerjaannya memprovokasi orang.

“Iya,” sahut Heni, wanita pendek dan lincah, anak buah jagoan lapas.

“Kita hajar dia nanti,” kata Lia dengan suara pelan.

“Tanya dulu bos,” bisik Heni sambil melirik ke arah Lusi—wanita besar, otot kekar, perut melendung, wajahnya dingin.

“Gimana, Bos?” tanya Lia.

“Hajar,” ucap Lusi singkat, jelas, padat—cukup untuk menunjukkan bahwa dialah penguasa lapa

Amira dikawal dua orang polwan. Tidak ada rasa panik sedikit pun, apalagi takut. Amira selalu merasa dirinya warga negara yang baik selama ia menurut pada polisi.

Lia sudah membayangkan wajah cantik Amira akan babak belur oleh Heni, sang algojo.

Pintu sel terbuka. Amira sedikit didorong masuk ke dalam. Ia melihat sekeliling, lalu pandangannya tertuju pada Lusi.

Bodoh! Kenapa menatap ke arah Lusi? Maka hancurlah kau, penghuni baru, gumam Lia dalam hati, membayangkan Amira dihajar habis-habisan.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Amira melangkah mendekati Lusi.

“Assalamualaikum, Bunda,” ucap Amira sambil mencium tangan Lusi.

Wanita berwajah seram itu mendadak berubah. Raut kerasnya luluh seketika, berganti wajah penuh keibuan. Air matanya menetes, lalu ia membelai rambut Amira.

“Waalaikum salam, Nak,” jawab Lusi dengan suara bergetar, air mata terus berurai.

Semua penghuni lapas berdiri menyaksikan kejadian itu. Adegan macam ini jelas tidak biasa. Bukankah Lusi adalah algojo tanpa ampun, apalagi terhadap penghuni baru? Namun kali ini, ia menangis hanya karena tangannya dicium oleh Amira.

Amira lalu mencium tangan semua penghuni sel, satu per satu.

“Nak, sini kau dekat Bunda,” ujar Lusi penuh kelembutan. Padahal selama ini nadanya selalu penuh tekanan—irit bicara, sekali bicara langsung bernada perintah: Ambilkan! Hajar! Bereskan! Tapi kini, suaranya teduh dan hangat.

“Duduklah kalian, jangan berdiri terus,” perintah Lusi.

Serempak semua penghuni sel duduk. Amira pun berada di tengah, tepat di samping Lusi.

“Ceritakan pada Bunda, kenapa kamu bisa masuk ke sini?” tanya Lusi lembut.

Amira mulai bercerita tentang penyebab dirinya dipenjara. Anehnya, hampir semua penghuni sel justru mendukung tindakan Amira, seakan-akan ia pahlawan di mata mereka

“Benar, jangan menangis. Kalau pacar selingkuh, mending hajar saja,” ucap salah satu penghuni.

“Betul, pelakor hajar saja!” sahut yang lain.

“Amira.”

Suara seorang petugas memotong pembicaraan Amira dengan para penghuni lapas.

Amira bangkit dan mendekat ke arah petugas.

“Anda diminta ke ruang interogasi,” kata petugas dengan nada biasa.

“Siap, Pak.”

Amira lalu dikawal dua polisi keluar dari sel tahanan. Karena sebelumnya polisi sudah melaporkan bahwa Amira dengan mudah membuka borgol, pengawalan terhadapnya kini diperketat.

“Ih, cuma hajar pelakor saja, perlakuannya sudah kayak ke teroris,” komentar Heni.

“Mungkin yang dihajar Amira bukan orang biasa,” ucap Lia pelan.

,,

Amira masuk ke ruang interogasi.

Seorang lelaki bersama seorang perempuan sudah duduk menunggunya.

Amira duduk di depan lelaki itu.

“Mbak Amira, apakah ada keluarga yang bisa Anda hubungi?” tanya Zaky.

Amira termenung.

Kan tidak mungkin aku harus menghubungi Ibu, apalagi Bapak. Bapak lagi sakit, pasti syok kalau tahu aku masuk penjara, pikirnya bingung.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Aku kan punya suami. Walaupun kontrak… dia pasti bisa menyelamatkanku dari sini.

“Kenapa melamun, Mbak?” tanya Zaky memecah lamunannya.

“Hubungi suami saya, Pak. Dia pasti bisa melepaskan saya,” jawab Amira penuh percaya diri.

“Oh, siapa suami Anda?” tanya Zaky.

“Ferdi Baskara.”

“Ferdi Baskara…” gumam polisi itu, matanya langsung saling berpandangan dengan rekannya.

“Ferdi Baskara, CEO Baskara Corp?” tanya Zaky memastikan.

“Ya, tepat sekali,” jawab Amira mantap. Padahal, ia sendiri sebenarnya tidak tahu pekerjaan Ferdi. Tapi bukankah berbohong harus terdengar meyakinkan?

“Tapi setahu kami, Pak Ferdi punya pacar namanya Laras…” Zaky mulai curiga, menduga Amira hanya mengaku-ngaku saja.

“Bapak telepon saja kantor suami saya. Bahaya loh kalau nanti suami saya tahu dari orang lain. Bapak tahulah bagaimana keluarga Baskara,” ucap Amira sambil berimprovisasi, mencoba memberi ancaman halus.

“Dia pasti bohong. Mana mungkin Pak Ferdi punya istri seperti ini? Lagi pula, Pak Ferdi sudah ramai hubungannya dengan Laras,” sela Mili, seorang polwan yang ikut mengawasi.

“Anda tidak berbohong, kan?” Zaky menatap Amira lekat, mencoba memastikan lagi.

“Bapak telepon saja kantor suami saya. Anda pasti akan kaget. Dan sebaiknya, Anda antarkan saya pulang sekarang juga… nanti berabe urusannya,” jawab Amira penuh percaya diri.

“Jangan, Pak. Wanita ini bisa membuka borgol dengan mudah. Bahaya kalau dilepaskan begitu saja,” timpal Mili, memberikan pandangannya.

“Pak, telepon saja kantor suami saya… buat membuktikan kalau saya istri Ferdi Baskara,” ucap Amira penuh percaya diri.

Berurusan dengan keluarga Baskara memang harus hati-hati. Wanita di depannya sudah menggunakan nama besar itu—salah bertindak bisa berbahaya. Untuk memastikan, Zaky akhirnya memutuskan menghubungi Baskara Corporation.

“Tunggu sebentar,” kata Zaky.

Ia lalu menelepon kantor Baskara Corporation.

Hendrik, asisten pribadi Ferdi, terburu-buru menghampiri bosnya.

“Bos, ada telepon dari polisi,” ucapnya sambil menyerahkan ponsel.

Ferdi mengernyitkan dahi. Sebenarnya ia ingin beristirahat di kantornya, baru saja hendak memejamkan mata, tapi selalu ada urusan yang mengganggu. Namun karena takut penting, ia akhirnya menerima telepon itu.

“Maaf, Pak Ferdi. Saya ingin bertanya, apa benar wanita atas nama Amira adalah istri Anda, Pak?” tanya Zaky hati-hati.

“Ya, benar, Pak. Ada apa, ya?” jawab Ferdi tenang.

Deg! Jantung Zaky seakan berhenti berdetak. Ternyata Amira tidak berbohong—Ferdi memang suaminya.

1
Dewi Anggraeni
anjirrrrr pemanas an yg aduhai
partini
bulu bulu salah pilih lawan wkwkkw
fer kecintaan buangttt ma Kunti
3C
keren Amira...
Dea Wibowo
suka aja, bahasa nya natural, konplik ringan, cerita nya jg gak ribet .. enak buat d baca sambil rebahan /Facepalm//Good/
Mami Pihri An Nur
Ya Allah bab pertama sj sudah bikin aku ngakak,, smngat kak, aku kasi bunga deh
Dewi Anggraeni
sepertinya amora dan amira kembar an yaa
SOPYAN KAMALGrab
makasih Lo ka
partini
ao seperti itu
partini
sehhhh mantap sekali ini Oma
partini
dari sinopsis bikin curiga lah pas baca 👍👍👍👍
3C
Amira kereen...anak serigala gitu loh
3C
cerita nay bagus....unik beda dari yg lain. nyesel lho klo ga baca
3C
wah, makin seru ceritanya nih...
Heny
Kucing di kasi ikan mn nolak kwkw
y_res
boleh getok palax Ferdy e teflon gk sich bego banget jdi org,nenekx diselamatin eh malah gk sadar diri,ap dulu wkt sekolah cman ampe pagar 🙏🙏🙏
y_res
ntah si Ferdy in polos atw bodoh level dewa,ditinggalin di hari pernikahan msh cinta,,,gk ad harga dirix🙏🙏🙏
y_res
judul e berkaryalah....ta kirain suruh kerja a gitu eh ternyata suruh nglukis pake bibir 😅
y_res
biasax dlm nikah kontrak yg sadis tuh suami istri cman bsa manut trus mewek diam2,,,lah disini suamix malah frustasi gk bsa ngelawan😅
y_res
bru bab 1 dah ngakak🤣🤣🤣,tpi ta simpen dulu thor biar banyak soale aq tim maraton 😅🙏
Rian Moontero: mampiiirr/Bye-Bye/
total 2 replies
3C
wkwkwk...lucu bgt dah Amira. biasanya tokoh wanita itu cengeng, ini mah keren....
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka @
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!