Sandra, gadis yang terbangun dari tidur panjangnya selama 2 tahun dan kini terbebas dari pengasingan selama 5 tahun.
Baru saja kemarin ia bertemu dengan teman teman kuliahnya, namun sekarang ia bahkan tidak mengenali tempat yang ia tinggali selama ini. Dunia seakan telah berubah, Alat-alat canggih yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari, anak kecil yang kini sudah memiliki smartphone masing-masing, dan cahaya gemerlap malam dari lampu-lampu yang memenuhi jalan ditengah kota serta Gedung-gedung yang menjulang tinggi dihadapannya.
Seberapa jauh ia tertinggal selama ini? dari sahabat-sahabat bodohnya, dan dari orang-orang yang selalu ada di keseharian Sandra saat itu. Apakah sandra masih dapat bertemu dengan mereka, apakah mereka masih menerima sandra setelah semua yang sandra lakukan kepada mereka.
Pikirannya berkecamuk memikirkan hal-hal yang telah ia lewati begitu saja.
‘Biarlah semua berlalu, kini ia harus memulai lembaran yang baru, orang-orang baru dan dunia ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adsetian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 - Dilema
Sandra sudah sampai dikantor terlebih dahulu, ia pun mengintip ke ruangan Nathan melalui kaca dan diketahui bahwa nathan belum sampai dikantor. Sandra pun duduk dan termenung di depan komputernya, hingga suara pintu terbuka membuyarkan lamunannya dan berdiri dari kursinya.
“selamat pagi pak nathan” sapa sandra sopan dan menundukkan kepalanya sedikit hormat.
“ya, selamat pagi” jawab nathan singkat. Kini nathan sudah kembali dengan sifatnya yang sedingin es batu.
Melihat nathan yang kembali dengan sifat profesionalnya, sandra pun melakukan yang sama.
Tak berselang lama setelah nathan memasuki ruangannya, Sandra pun memasuki ruangan nathan dengan membawa berkas-berkas untuk di tanda tangani oleh nathan. Hanya itu tidak lebih, selepas meminta tanda tangan sandra langsung kembali ke mejanya dan mulai bekerja lagi dan mengirimkan email jadwal meeting dan kegiatan lain yang harus nathan hadiri.
Waktu tak terasa telah berlalu dengan cepat tepat saat sandra sedang beristirahat dan nathan yang masih berkutik dengan pekerjaannya, seorang wanita cantik datang hendak memasuki ruangan nathan.
“maaf bu? Ada yang bisa saya bantu?” tanya sandra sopan.
“saya mau bertemu nathan, nathannya ada?” balas wanita itu sopan
“maaf, tapi apakah ibu sudah buat janji sebelumnya?” tanya sandra lagi mengenai janji temu.
“belum sih, em... bilang saja daniar datang ingin membicarakan sesuatu” ucap wanita tersebut yang bernama daniar.
“baik bu, mohon tunggu sebentar ya” ucap sandra lalu menelfon nathan dan menjelaskan semuanya.
“maaf ibu, silahkan masuk” ucap sandra lalu membukakan pintu untuk daniar dan mempersilahkan daniar memasuki ruangan nathan.
‘daniar? Kayaknya pernah denger deh, tapi kapan ya? Mukanya pun nggak asing juga. Hem….’ Sandra pun berpikir dan mengingat-ingat namun tetap saja tak mengingat apapun mengenai wanita terseut.
‘ah udah lah, nggak penting juga’ tambahnya dan kembali duduk dikursinya menanti jam istirahat makan siang.
Namun dalam penantiannya menunggu waktu, sandra teringat pembicaraan yang di lakukannya dengan boni pagi tadi. Jujur saja sandra tidak ingin menjauh, namun ia cukup sadar diri akan dirinya dan semua kesalahannya.
Ponsel sandra bergetar membuatnya terbangun dari pikirannya, dengan segera ia melihat notif wa dari willo
Willo : makan kuy, udah jam makan nih.
Sandra : bentar gue izin dulu sama pak nathan.
Willo: okey mamiiii, aku tunggu di restauran bawah ya... :3
Sandra : apaan sih lu -_-
Tok tok tok Sandra mengetuk pintu ruangan nathan,
“masuk” suara dingin pria itu.
“permisi pak, sudah jam istirahat. saya izin untuk pergi istirahat dahulu” izin sandra,
“ya” jawab nathan singkat tanpa ekspresi.
“terimakasih pak” jawab sandra lalu keluar dari ruangan tersebut.
Ada gejolak aneh saat sandra melihat nathan bersana daniar, terlihat bahwa mereka sedang berbicara santai bahkan sesekali daniar di buat tertawa oleh nathan. Tak ingin terhanyut dalam pikiran bodohnya, sandra segera pergi menemui willo yang sudah menunggunya.
“san, sandraaaaaa!” teriak willo tepat di telinga sandra,
“aduhh... apaan sih, bisa congean nih gue” ucap sandra sembari mengusap telinganya.
“ya abis lo ngelamun mulu, kasian tuh sama nasi lo yang udah nggak estetik lagi” ucap willo sambil menujuk nasi sandra yang sedari tadi hanya di aduk-aduk menggunakan sendok. Sandra hanya menyimpulkan senyum tipis kepada willo.
“elo kenapa sih san?” tanya willo lagi.
“gue nggak papa” jawab sandra,
“jangan bohong lu. lu kalo bohong jelek tau nggak?" ucap willo kesal,
“masaa??” balas sandra dengan nada mengejek,
“cerita kek ke gue, gue kan juga temen lu, gue rela kok menanggung beban kegalauan lo itu” ucap willo sembari bercanda berharap temannya ini kembali ceria. “
“apaan sih lu, gaje tau nggak” ucap sandra mulai jengah.
“hehehe, tapi serius san, gue nggak mau liat muka lo di tekuk mulu kaya gini” ucap willo yang sedikit khawatir dan penasaran.
“oke oke” jawab sandra akhirnya.
“gimana perasaan lo kalo lo ngeliat orang yang pernah jadi kekasih lo duduk berdua bercanda ria di depan mata lo?” tanya sandra,
“ya tergantung sih, kalo gue masih punya rasa ya pasti gue bakalan cemburu san. Tapi kalo gue udah berhasil move on, mau dia pacaran sama cewek segudang pun gue nggak perduli” jawan willo santai, namun tidak dengan sandra yang justru berfikir lain
‘move on?’ pikirnya.
Saat di sela makannya sandra melihat nathan berjalan berdampingan dengan daniar menuju keluar kantor,
‘gila, serasi banget mereka’ pikir sandra.
“itu pak nathan kapan juga ngeresmiin mbak daniar?” ucap willo yang membuat sandra terkejut,
“lo kenal sama tuh cewek” tanya sandra.
“ya iya lah... hampir semua orang kantor juga tau siapa tuh cewek” jawan willo gemas, dan di balas dengan wajah penuh tanya oleh sandra.
“hahhhh, jadi perempuan itu namanya daniar, menurut kabar burung yang entah burungnya siapa, dia itu ceweknya pak nathan, bahkan ada yang bilang mereka udah tunangan. Dia juga sering kok ke sini, bahkan biasanya dia pergi bareng dengan pak boni sama pak Tino” jelas willo kepada sandra,
“pak Tino, tino ferdiansya dia itu CEO kita, lu gimana sih udah lebih dari sebulan kerja tapi ngga tau nama CEO di kantor lu sendiri” tambah willo seakan menjawab pertanyaan sandra tentang pria bernama Tino.
‘Tino? Apa tino ferdiansya yang itu?’ pikir sandra yang sesungguhnya mengenali siapa itu Tino. Namun yang paling sandra tidak sangka adalah kabar nathan yang sudah berunangan dengan daniar, meskipun hanya kabar burung tapi sandra tetap saja merasakan sedikit sakit di hatinya.
Setelah makan sandra dan willo kembaki ke ruang kerja mereka masing-masing, sesungguhnya sandra merasa kesepian di sini. Tidak seperti karyawan lain yang bekerja bersama dalam satu ruangan. Tapi di sini sandra hanya sediri, ya walaupun ada nathan tapi tetap saja ia merasa kesepian.
Hari sudah menujukkan pukul 5 sore, saatnya pulang bagi sandra. Selesai berkemas sandra memasuki ruang nathan berniat untuk pamit,
“permisi pak” ucap sandra setelah mengetuk pintu dan memasuki ruangan
“ya” jawab nathan tanpa melihat kearah sandra,
“jam kerja saya sudah selesai, apa masih ada pekerjaan yang harus saya lakukan sekarang?” tanya sandra.
“tidak, kerja kamu bagus hari ini, kamu boleh pulang” ucap nathan tanpa memandang sandra karna asik sengan ipad di tangannya,
“baik pak, permisi” ucap sandra lalu pergi. Sandra memang lebih sering pulang terlebih dahulu tepat saat jam kerjanya usai, berbeda dengan nathan yang akan pulang jika kerjaannya memang sudah selesai.
Di jalan, sandra mendapati sebuat pesan dari nala, sudah cukup lama setelah pertemuan mereka sejak saat di sekolahnya namun baru kali ini sandra mengirimnya pesan
Nala: san, ketemuan yuk
Sandra : boleh, kebetulan gue udah pulang kerja nih
Nala: oke, gue jemput lo ya, di mana kantor lo?
Sandra :gue kerja di MeowC, lo langsung aja. Gue tunggu di depan halte di deket kantor.
Nala : oke.