Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Kos
Mereka tiba didusun yang sesuai dengan petunjuk dari sang dosen. Mereka membayar jasa ojek, dan kini berdiri termangu menatap sekelilingnya.
"Kok perasaanku gak enak, ya?" Kiky merasa sangat tak nyaman dengan kondisi dusun. Ada banyak rerumputan yang tumbuh dihalaman rumah.
"Iya, apalagi sungainya. Liatnya kok serem banget, takut buaya," sahut Emy, sembari menatap sungai yang berair jernih kehijauan. Hal itu disebabkan oleh musim kemarau, jika musim penghujan, ia akan keruh.
Rumah-rumah panggung milik penduduk berhadapan langsung dengan sungai. Bahkan ada yang berada tepat dipinggir sungai. Terlihat sangat mengerikan, sebab airnya memiliki kedalaman yang tidak terukur.
Yuli menggunakan rok plisket berwarna coklat tua, dengan sepatu snakers berwarna putih. Ia mengira akan berada didesa yang penuh dengan keindahan, namun bayangan itu sirna sekejap.
Sementara Mahasiswi yang lainnya menggunakan setelan celana, sebab lebih praktis dan sesuai kondisi alamnya.
Gadis itu merasa gatal dibagian betisnya. Lalu mencoba menggaruknya, dan Yayuk melihat, jika rok tersebut penuh bercak darah
"Yul, kenapa rok-mu ada darah?" tanya Yayuk dengan rasa penasaran.
Gadis itu melihat kearah bawah, dan ternyata ada seekor binatang melatah jatuh diatas tanah rerumputan, bertubuh licin, dengan perutnya yang kembung.
Yuli membeliakkan kedua matanya, lalu mengangkat sedikit rok-nya, dan terlihat beberapa hewan pacat hinggap dikakinya.
Sontak saja hal itu membuat ia berteriak ketakutan dan juga geli. Hal itu membuat para gadis lainnya ikut menyingkap celana mereka, dan ternyata ada beberapa pacat disana.
"Aaaaaaa...," pekik mereka secara bersamaan. Lalu berlarian menubruk Yudi dan juga Darmadi, yang menjadi sasaran mereka, sembari berlompatan.
"Stop!" teriak Darmadi. Hingga membuat para gadis berhenti berteriak.
Pria itu menghampiri Emy, lalu menatapnya dengan dingin. "Berikan tas mu." ia mengulurkan tangannya.
"Buat apa?" tanyanya ditengah rasa takutnya.
Darmadi menghela nafasnya. Lalu menarik tas sandang berisi perlengkapan sembako. Ia mengambil garam halus, lalu mengambil isinya, dan memberikan kepada para gadis. "Taburkan pada hewan tersebut, nanti terlepas sendiri," titahnya.
Para gadis yang tadi memucat karena ketakutan, akhirnya menuruti sang Ketua Tim. Lalu menaburkan garam pada binatang menggelikan tersebut.
Benar saja, hewan menjijikkan itu terjatuh, dan tubuhnya terpecah, dengan cairan darah pekat.
"Sudah. Hari semakin sore, kita harus cari rumah kos, sebelum gelap." Darmadi memberikan tas berisi bahan keperluan dapur itu kepada Emy.
Keenam Mahasiswi itu masih sangat trauma dengan binatang licin tersebut. Berharap kejadian itu tidak lagi terulang.
Akhirnya mereka menuju rumah salah satu warga, untuk bertanya, apakah ada rumah kosong yang dapat mereka sewa.
Terlihat deretan rumah warga cukup ramai. Diperkirakan ada sekitar dua ratus Kepala Keluarga, namun tampaknya, kehidupan mereka masih terbilang cukup sederhana.
Rumah mereka terbuat dari bilah papan pohon kelapa, sebab itu yang sangat murah, namun ada tempat untuk berlindung.
"Assalammualaikum," ucap Darmadi dengan sesopan mungkin. Mereka semua mengenakan almamater yang berlogo kampus sebagai pengenal, jika mereka adalah Mahasiswa yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata sebagai program yang harus dijalani, sebelum mereka mendapatkan gelar sarjana.
"Waalaikum salam." Seorang pria berpakaian kaos oblong berwarna putih, dengan kain sarung yang bermotif kotak-kotak, datang menyambutnya.
"Permisi, Pak. Maaf jika mengganggu. Kami Mahasiswa yang sedang melakukan KKN dari kampus 'A'. Kami ingin bertanya, apakah ada rumah kosong yang dapat kami sewa?"
Pria itu terdiam sejenak. Memandangi kedelapan para mahasiswa yang sedang menunggu diujung halaman.
"Ada, tapi sudah lama terbengkalai, dan itu milik anak saya," ucap sang pria, yang bernama Atok Adi.
"Oh, tidak apa-apa, Pak. Kami akan membersihkannya, dan kalau boleh tau, berapa biayanya? Kami hanya dua bulan saja," Darmadi mencoba menjelaskan, jika mereka tidak lama tinggal.
"Kalau lima ratus ribu, Bagaimana?" tanyanya dengan nada hati-hati.
Sontak saja Darmadi terkejut. Sebab harganya terlalu murah. Tapi mungkin karena berada didusun, jadi wajar segitu.
"Baiklah, Pak. Kami terima. Boleh kami lihat tempatnya?"
"Sebentar," ucap pria itu, lalu menuju ke dalam rumah, mengambil sesuatu, dan kembali dengan sebuah sapu.
"Ayo, nanti keburu malam." pria tua itu keluar dengan membenahi sarungnya, lalu berjalan menuju rumah yang dimaksudnya.
Terlihat bebrapa warga memperhatikan mereka, maklum saja, baru kali ini, dusun mereka dimasuki oleh para remaja yang berpendidikan.
Menit berikutnya. Sebuah rumah dengan bangunan yang terbuat dari batu, dengan cat berwarna putih menjadi perhatian mereka. Terlihat sangat asing, sebab yang lainnya terbuat dari palan. Namun, bangunan ini yang paling bagus, dengan dinding batu dan arsitek yang cukup modern.
"Ini dahulunya tempat anak saya praktik Bidan. Tapi karena gak mau tinggal didesa, dia memilih pergi ke kota. Meniti karir disana." pria itu membuka pintu, dan menjelaskan tentang bangunan tersebut.
Kedelapan Mahasiswa itu hanya menganggukkan kepalanya. Mendapatkan rumah kos yang bagus ditengah kondisi yang sangat mengerikan ini, tentu saja membuat mereka bersyukur.
Darmadi membayar uang kos. Kemudian pria tua itu berpamitan pergi.
Para Mahasiswa memasuki rumah. Ada aliran listrik, dan mereka membersihkan rumah tersebut.
"Aku kebelet pipis." Fitri nyelonong ke kamar mandi. Namun niatnya diurungkan, sebab tidak ada air disana. "Gila, sumurnya kering." omelnya dengan ketus. Lalu menenteng timba yang ada dikamar mandi, dan terpaksa pergi ke sungai.
"Aku ikut," Kiky mengekori dari arah belakang, sebab ia juga kebelet pipis.
Sedangkan mahasiswa yang lainnya, sedang sibuk membersihkan rumah yang tampak berdebu.
Hari terlihat mulai menggelap. Fitri menenteng ember, dia tidak membayangkan jika malam hari kebelet, maka habislah ia.
"Sengsara bener. Kenapa kita dikirim kemari, sih?" omel Kiky dengan kesal.
"Sudah nasib dan ujian."sahut Fitri, lalu mulai menimba dari pinggir kali.
Kemudian keduanya kembali ke kos. Namun seorang wanita berkerudung menghampiri keduanya. "Darimana, Dik?" tanyanya dengan ramah, namun terlihat wajahnya sangat datar.
"Dati Kampus 'A', jawab Fitri ramah.
Wanita itu menatap intens. "Oh, dari kota, ya?"
"Iya," jawab keduanya serentak.
"Jangan sembarangan makan, ya. Baca doa sebelum makan, dan berhati-hati dengan hidangan terbuka," pesannya, lalu pergi meninggalkan keduanya.
Sontak saja, hal itu membuat Fitri dan Kiky merasa heran.
"Apa, Maksudnya?"
"Mungkin dihinggapi lalat," sahut Fitri, lalu kembali ke kos, dan diikuti oleh Kiky.
Dibagian hulu Sungai Asahan berarus deras, hingga menjadi daya tarik wisata asing dari berbagai belahan dunia untuk berarung jeram. Hulu sungai Asahan yang berada di air Terjun Ponot, juga menjadi pemutar turbin, sebagai pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Air.
Hilir sungai Asahan berarus tenang, tetapi menghanyutkan, banyak korban jiwa didalamnya. Ia memperlihatkan keindahannya, lalu menarik korbannya hingga terlena, Tentunya hal itu dengan sejuta pesona, hingga menenggelamkan siapa saja yang tergoda dan menjadi targetnya.
Sedangkan lokasi KKN bagi kedelapan mahasiswa, berada dibagian hilir, yang bermuara di kota Tanjungbalai.
Sekilas promosi tentang wilayah Sumut ya Guys.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...