NovelToon NovelToon
Cursed Cancer

Cursed Cancer

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: lizbethsusanti

Baron sudah muak dan mual menjadi asisten ayah kandungnya sendiri yang seorang psikopat. Baron berhasil menjatuhkan ayahnya di sebuah tebing dan berhasil melarikan diri. Di tengah jalan Baron tertabrak mobil dan bangun di rumah baru yang bersih dan wangi. Baron mendapatkan nama keluarga baru. Dari Baron Lewis menjadi Baron Smith. Sepuluh tahun kemudian, Baron yang sudah menjadi mahasiswa hukum kembali dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yg dulu sering dilakukan oleh ayah kandungnya. Membunuh gadis-gadis berzodiak Cancer. Benarkah pelaku pembunuhan berantai itu adalah ayah kandungnya Baron? Sementara itu Jenar Ayu tengah kalang kabut mencari pembunuh putrinya yang bernama Kalia dan putri Jenar Ayu yang satunya lagi yang bernama Kama, nekat bertindak sendiri mencari siapa pembunuh saudari kembarnya. Lalu apa yang terjadi kala Baron dipertemukan dengan si kembar cantik itu, Kama dan Kalia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hal Mistis

Nggak! Aku nggak boleh berdebar-debar seperti ini! Aku nggak boleh mencintai Baron atau siapa pun cowok yang ada di sini karena aku akan balik ke Indonesia dan kemungkinan besar nggak akan balik lagi ke sini. Itu feelingku dan biasanya feeling Cancer selalu tepat. Kama memalingkan wajahnya ke pantai dan Baron menatap tangannya yang tiba-tiba kosong karena cubitannya di dagu Kama terlepas.

"Ka....kamu marah, Kam?" Tanya Baron gugup.

Kama menoleh ke Baron dan menggelengkan kepala lalu tersenyum, "Aku nggak marah, kok. Aku cuma ingin fokus ke Kalia. Aku ke sini mau berpamitan dengan Kalia dan saat ini aku ingin mencari dan merasakan keberadaannya Kalia"

"Kalau kamu nggak marah karena sentuhanku yang lancang tadi, itu, emm, apakah aku masih boleh mengejar kamu, Kam?"

Kama menelisik bola mata Baron. Sial dia serius ingin mengejarku dan sialnya lagi, kenapa jantungku kembali berdebar-debar aneh begini?

"Kama?"

Suara Baron membuat Kama terkesiap dan sontak berucap, "Ah! Itu, emm, aku, aku....."

"Aku apa, Kam?"

Jantung Kama berdegup semakin kencang.

"A...aku akan balik ke Indonesia, Ron. Aku ingin fokus ke Kalia" Kama mengarahkan pandangannya ke pantai dengan cepat sambil berkata, "Dan kamu bukan tipeku. Jadi berhentilah mengejarku!"

Sorot mata Baron meredup dan pemuda tampan itu berkata dengan nada sedih, "Katakan padaku tipe kamu yang seperti apa, Kam? Aku akan penuhi"

Kama menoleh ke Baron saat dia sudah berhasil mengendalikan degup jantungnya. "Kamu teman yang sangat baik, Ron. Aku bilang kalau kamu itu bukan tipe aku bukan untuk merendahkan kamu. Kamu nggak usah memenuhi apapun. Aku hanya ingin kamu menjauh dariku"

"Kenapa kamu ingin aku menjauh darimu?"

"Karena aku ini aneh"

"Kamu tidak aneh, Kam. Kamu tangguh, unik, dan cantik" Baron ingin menyentuh bahu Kama, tapi dia urungkan. Dia mengepalkan tangannya erat agar tangannya itu tidak berbuat lancang lagi menyentuh Kama tanpa ijin.

"Terima kasih. Aku ke sini selain ingin berpamitan dengan Kalia, aku juga ingin berpamitan dengan kamu. Aku akan balik ke Indonesia dan entah sampai kapan aku ada di Indonesia. Jadi, lupakan aku! Anggap pertemuan kita hanya sekadar pertemuan tak sengaja. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik selama beberapa hari ini meskipun kamu itu nyebelin juga" Kama menepuk pundak Baron dengan menaikkan satu alisnya dan tersenyum.

Baron terkekeh geli lalu menghela napas sedih dan bergegas mengarahkan pandangannya ke pantai sambil berkata, "Tapi, aku tidak mau menganggap pertemuan kita hanya sekadar pertemuan yang biasa dan akh rasa aku tidak bisa berhenti mengejarmu, Kam karena aku........."

Ucapan Baron terhenti saat Kama berteriak kencang ke arah ombak besar, "Kalia! Aku pamit mau pulang ke Indonesia, ya! Papa dalam bahaya!"

Baron kemudian menoleh cepat ke Kama dan pemuda tampan itu membeliak kaget saat dia melihat Kama melambaikan tangan ke arah ombak besar dengan tawa riang dan hanya dalam hitungan detik setelah itu, Kama melompat ke air begitu saja. Sandalnya Kama terlempar ke sembarang arah.

Baron mengangkat kedua alisnya ke atas lalu mengarahkan pandangannya dengan cepat ke pantai. Saat ia melihat Kama mulai berenang menuju ke ombak besar yang bergulung-gulung, Baron bergegas melepas sepatunya lalu terjun ke air menyusul Kama.

Kama ingin mengejar ombak besar yang sedang mengangkat sosok Kalia. Kama tersenyum ke sosok Kalia yang masih nampak tersenyum dan melambaikan tangan ke Kama membawa serta aroma garam dan seolah, bisikan-bisikan tak kasat mata, "Kama aku butuh teman, Kama kemarilah cepat!" Langit di atas Pantai, tepatnya di sekitar Kama mendadak gelap gulita.

Baron berhasil menarik bahu Kama dan memeluk gadis itu erat sambil berkata, "Kam, bahaya! Kita harus balik ke tepian!"

"Ron, kamu lihat nggak sih?" bisik Kama, matanya menyapu kegelapan ombak yang berada di jarak dua meteran. "Kalia memanggilku, Ron. Dia butuh teman"

Baron mengangguk dan berkata, "Iya, kita bisa melambaikan tangan kita ke Kalia dari bibir pantai, Kam. Ayo kita balik!" Ombak terdengar lebih menderu, seolah ada kemarahan tersembunyi di baliknya. Dan entah kenapa, bulu kuduk Baron mendadak meremang kala dia menatap intens ombak besar dan gelap itu.

"Itu, Ron!" Kama tiba-tiba menunjuk ke arah ombak yang semakin besar dan gelap itu. "Lihat!"

Baron menyipitkan mata, mencoba menembus kegelapan. Samar-samar, di antara gulungan ombak yang menggelap, Baron melihat bayangan hitam bergerak cepat. Bukan bayangan perahu nelayan, bukan pula bongkahan kayu. Bentuknya terlalu luwes, terlalu cepat, dan entah mengapa, terasa dingin menusuk.

"Apa itu?" Tanya Baron. Suara Baron tercekat dan kedua alisnya terangkat ke atas.

"Makhluk halus," jawab Baron untuk pertanyaannya sendiri. Atau penunggu pantai?"

"Mana ada penunggu pantai?! Itu Kalia, Ron! Kalia!" Bentak Kama di depan telinga Baron.

Baron tidak memercayai hal mistis sebelumnya. Baron lebih skeptis untuk hal-hal semacam itu karena dunianya yang nyata di masa lalu lebih mengerikan daripada hal-hal mistis itu, tapi pemandangan di depan matanya membuat Baron ragu. Apakah makhluk halus penunggu pantai ini benar-benar ada? Bayangan itu muncul lagi, lebih dekat kali ini, seolah menari di puncak ombak sebelum kembali lenyap ditelan kegelapan.

"Aku harus lihat lebih dekat, Ron! Itu Kalia!" kata Kama sambil menggoyangkan bahunya agar pelukan Baron terlepas.

"Itu gila, Kam! Dia bukan Kalia! Dia makhluk jahat yang ingin menarik kamu ke dunianya! Lihat baik-baik, Kam!" Cegah Baron sambil mempererat pelukannya.

Dinginnya air laut mencengkeram erat kaki Baron, dan suara deburan ombak terasa makin memekakkan telinga. Bayangan hitam itu muncul lagi, kali ini sedikit lebih jelas. Bentuknya seperti wanita dengan rambut panjang terurai, menari di antara buih ombak, seolah memanggil Baron dan Kama juga mendengar panggilan itu, "Dia… dia memanggil kita," bisik Kama, suaranya Kama terdengar terhipnotis. Tangan Kama terulur ingin menyentuh ombak gelap itu.

Tiba-tiba terdengar teriakan perempuan yang melengking kencang, "Kama, jangan! Itu berbahaya!"

Lalu Baron merasakan ada tangan kecil berusaha menarik tangannya dan Baron melihat tangan kecil itu juga menarik tangan Kama. Tapi, Kama seperti tak merasakan apa-apa. Mata Kama kosong, hanya terpaku pada sosok di kejauhan. Sosok itu kini terlihat lebih jelas, wajahnya pucat pasi, matanya memancarkan cahaya kebiruan yang aneh. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, dan tangannya terulur ke arah Kama, seolah ingin meraihnya.

Tiba-tiba, ombak besar berwarna putih datang, menyambar lalu menggulung Kama dan Baron. Ombak besar dan putih itu berhasil membawa Baron dan Kama ke tepian.

Jantung Baron berdebar kencang, napasnya tersengal.

Baron merasakan hawa dingin menyelimutinya saat dia melihat perempuan yang wajahnya mirip sekali dengan Kama tengah membaringkan kepala Kama di atas pasir penuh kelembutan dan kehati-hatian. Sosok yang memiliki wajah mirip sekali dengan Kama itu kini berada tepat di depan Baron.

"Jaga Kama dengan baik dan terima kasih" Sosok yang mirip sekali dengan Kama itu tersenyum ke Baron.

Baron sontak menelan air liurnya dan memberanikan diri untuk mengerjapkan mata dan… tidak ada apa-apa. Sosok yang wajahnya mirip sekali dengan Kama itu sudah menghilang. Hanya terdengar suara ombak yang terus-menerus memecah.

"Kama! Kama!" Teriak Baron kalut sambil merangkak mendekati Kama, suara Baron parau.

Mendengar teriakannya Baron, Kama membuka mata dengan cepat lalu bergegas bangun dan terbatuk-batuk.

Baron tanpa sadar menarik Kama ke dalam pelukannya, "Syukurlah kamu selamat" Baron menepuk-nepuk punggung Kama dengan rasa syukur yang luar biasa.

"Terima kasih sudah menyelamatkan aku, Ron" Kama berucap sambil mendorong pelan dada Baron.

Baron melepaskan pelukannya dan berkata, "Kalia yang menyelamatkan kita, Kam"

"Kamu bisa melihat Kalia?"

"Iya, dia nitip pesan ke aku untuk menjaga kamu"

Kama mengarahkan pandangannya ke pantai dengan tetes airmata, "Terima kasih sudah menolong aku dan Baron, Kalia"

Kama kemudian menunduk dan terisak menangis sambil bergumam lirih, "Aku sangat merindukan kamu, Kalia. Aku sangat merindukan kamu"

Baron ikut meneteskan airmata.

Terima kasih sudah menolong kami, Kalia. Maaf kalau dulu aku tidak menolong kamu dan membiarkan kamu pergi begitu saja. Andai saja waktu itu aku mengejar kamu, Kalia. Baron tertunduk dan semakin kencang isak tangisnya.

Kama menoleh ke Baron, dia menggeser pantatnya lalu dia memeluk bahu Baron. Keduanya menangis terisak bersamaan.

Setelah puas menangis, Kama mengajak Baron berdiri, "Kita beli baju ganti dan harus segera mengganti baju kita yang basah ini agar tidak masuk angin"

Baron menganggukkan kepala tanda setuju.

Saat Kama mengajak Baron ke kios baju, pandangan Baron mengarah ke Damian dan dia bertanya-tanya kenapa Damian tetap duduk tenang di atas kap mobilnya? Damian tidak berlari menolong dirinya dan Kama.

Pertanyaan Baron akhirnya bisa terjawab. Dia mendekati Damian dan menemukan tatapan Damian kosong. Baron lalu menanyakan semua tanya yang ada di benaknya ke Damian saat dia menunggu Kama berganti baju di bilik salah satu kios baju. Ternyata Damian terkena hipnotis makhluk halus penunggu pantai karena Damian hanya bisa melihat Baron dan Kama terus mengobrol asyik di bibir pantai. Damian tidak melihat Kama dan Baron terjun ke air. Damian juga tidak melihat momen-momen super menegangkan ketika Kama dan Baron hampir direnggut ombak pantai yang gelap.

Mendengar penjelasannya Damian, bulu kuduk Baron kembali meremang dan dia bergumam lirih, "Kenapa sekarang aku bisa melihat dan merasakan hal-hal mistis?"

1
Osmond Silalahi
aq nitip jejak ya
Blue Angel
hadir kak
Blue Angel
hadiiiir kak
Osmond Silalahi
kasihan sih sebenarnya, tapi anak itu yg merasakan semua saat umurnya segitu
SONIYA SIANIPAR
yahhh dadadaa kamaa
Agasya
top banget
Osmond Silalahi
setuju aku
R 💤
hmm gombal
R 💤
wkwkwk kicep dia sama Kama
Osmond Silalahi
aq mampir
anggita
bunga iklan... 🌹👆
Osmond Silalahi
keren kawan.
Osmond Silalahi
aq mampir
anggita
iklan like👆👍
Osmond Silalahi
wuih ... sedap romansanya
Osmond Silalahi
setuju aq
Osmond Silalahi
mama pasti percaya anaknya
Elisabeth Ratna Susanti: iya bener banget 😍
total 1 replies
R 💤
like komen iklan Thor.. smngttt
R 💤
weeehhh siapa nihhhh
SONIYA SIANIPAR
kalau sempat ceritanya ada di dunia nyata, gila. Betapa malangnya yg lahir cancer
Elisabeth Ratna Susanti: terima kasih untuk supportnya 🥰
Elisabeth Ratna Susanti: iya bener banget, kak dan kebetulan aku cancer 😁
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!