NovelToon NovelToon
Bahagia Untuk Kanaya

Bahagia Untuk Kanaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Jeju Oranye

Kisah seorang gadis bernama Kanaya, yang baru mengetahui jika dirinya bukanlah anak kandung di keluarga nya saat umurnya yang ke- 13 tahun, kehadiran Aria-- sang anak kandung telah memporak-porandakan segalanya yang ia anggap rumah. Bisakah ia mendapatkan kebahagiaannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUK- 15 : Maafkan aku

Kanaya yang semula memandang ke arah lain, seketika menoleh menatap ke arah Winda dengan mata membelalak, berserta rasa terkejut sekaligus marah. Suasana di kelas menjadi hening seketika, semua mata tertuju padanya dan Winda. Kanaya merasa nyalinya terpukul oleh pertanyaan itu. Seketika ingatan saat Javier dan Jendra menegur nya waktu itu kembali menghantui.

Ya, sebelum ia masuk ke sekolah ini, Jendra dan Javier sudah memberikan peringatan padanya, waktu itu Kanaya hendak masuk ke dalam kamar nya saat Javier menarik tangannya dengan kasar.

"Hei, Kanaya. Kami peringkat kan padamu. Jika nanti tiba waktu nya sekolah, jangan pernah mengaku kalau kau adalah anggota keluarga arkatama, " kata Javier waktu itu, begitu ketus dan tega.

"Benar. Jangan sampai orang-orang tahu kalau lo adik kita. Gue sama sekali gak sudi! " Jendra menambahkan tak kalah ketus nya.

Sakit, sakit sekali hatinya saat kedua kakak yang dulu begitu sangat menyayanginya dengan tega mengatakan hal itu. Tapi itu sebelum dia akhirnya sadar jika sia- sia dia tetap menghormati mereka sebagai keluarga, dia tak akan mudah lagi untuk di tindas sekarang. Tapi sekarang masalahnya hanya kepala sekolah dan baru bu jessy yang mengetahui dirinya berasal dari keluarga arkatama bahkan mereka berdua tak tahu jika dirinya adalah anak angkat. Lalu siapa yang mengatakan nya?

Seketika matanya menoleh kepada Aria yang duduk di bangku paling depan. Gurat wajah gadis itu seolah- olah sedang mengejek ke arahnya. Sontak saja membuat telapak tangannya mengepal dengan erat. Tak salah lagi Aria lah yang memberitahu fakta jika dirinya anak pungut pada murid yang bertanya itu. Winda adalah temannya.

Kanaya tanpa sadar menatap mereka satu persatu, semua seolah sedang menunggu jawaban dari nya, Aria mungkin berpikir dia akan panik saat di todong dengan pertanyaan itu, tapi Aria salah besar. Jadi dia memilih untuk tetap tenang.

"Kalau memang benar, apa salahnya? " suara Kanaya pelan tapi penuh ketegasan, menantang. "Aku tidak peduli, dan aku yakin menurut kalian aku juga tak sepenting itu untuk mempersalahkan asal usul ku. Asalkan aku bisa belajar dengan tenang di sekolah ini dan menjalani hidup ku dengan baik, status keluarga ku tak sepenting itu untuk di permasalahkan. "

Winda tersenyum sinis, lalu mengangkat bahu. "Hanya ingin tahu saja. Apalagi aku dengar dari Aria, kamu dulu pernah bermasalah di sekolah lama. "

Aria yang duduk di tempat nya sendiri, tersenyum puas melihat reaksi Kanaya, ia merasa kemenangan kecil ada di pihak nya. Sementara itu, Kanaya tetap berdiri teguh, menatap Winda dengan santai namun penuh strategi kata di dalam otaknya untuk membalas ucapan gadis itu. Ia tahu sekarang, Aria berusaha menghancurkan reputasinya di sekolah barunya ini.

Bu Jessy yang menyadari ketegangan di kelas segera menyela saat Kanaya baru hendak membuka suaranya kembali. "Baik, sepertinya ibu rasa sudah cukup sampai di sini. " Kemudian guru dengan mata teduh itu menatap Kanaya. "Kanaya, silahkan kamu memilih tempat duduk mu. Dan Winda, jangan membuat suasana tidak nyaman di kelas ini."

Winda mengangguk dengan wajah penuh arti, sambil menatap sinis ke arah Kanaya. "Maaf Bu, aku hanya ingin tahu. "

Setelah itu suasana kembali normal, meski sisa- sisa ketegangan masih terasa di udara. Kanaya pun memilih untuk tak mengungkit nya lagi, dan memilih untuk menyimpan energinya untuk protes kepada ayahnya nanti. Dia masih tetap tak bisa menerima keputusan sebelah pihak ini.

Kanaya pun berjalan menuju bangku yang kosong yang berada di pojok kelas dekat dengan sebuah jendela yang menampilkan langsung keindahan taman di belakang sekolah. Sengaja dia memilih meja itu karena selain pemandangan yang di suguhkan bagus juga karena kosong, tak ada murid lain yang duduk di sana. Karena terkadang Kanaya juga memang lebih suka menyendiri.

Jam pelajaran pun di mulai, semua murid mulai fokus pada apa yang di ajarkan guru di depan papan tulis. Hingga tanpa terasa bel istirahat pun berbunyi. Setelah guru mata pelajaran terakhir keluar, semua murid langsung berhamburan ke luar kelas entah itu kantin atupun pergi untuk urusan lain. Aria dan gengnya yang terdiri dari tiga temannya pun juga beranjak dari kelas, tapi ia menyempatkan diri untuk melewati meja Kanaya dengan mendengus sinis seolah merendahkan, lalu melangkah dengan angkuh seakan dia sudah meraih kemenangan kali ini.

Namun Kanaya tidak peduli, dia berbalik menatap ke arah luar jendela yang terbuka dengan menopang dagu. Lalu dia bisa merasakan jika ada yang menghampiri ke arah mejanya. Tanpa menengok pun Kanaya bisa menebak siapa mereka.

"Kanaya... " Adelia memanggil pelan. Dari nadanya, menunjukkan sebuah kekhawatiran.

Tapi Kanaya sama sekali tak berminat untuk menoleh. Pikirannya benar-benar sedang berkecamuk saat ini, apalagi kekecewaan pada ayahnya dan kejadian tadi membuat emosinya tak stabil. Ia sama sekali tak ingin di ganggu.

"Pergilah.Kalian sudah tahu kan tentang asal- usul ku? mengapa kalian masih nyamperin aku? "

"Kanaya, kami tidak menilai seseorang dari asal- usul nya, " kata Rena padanya dengan maju selangkah.

Tapi Kanaya mengernyit. Bu*llshit, tidak ada orang yang seperti itu. Bahkan keluarga nya sendiri berubah setelah tahu dirinya bukan anak kandung, title "anak pungut" pun sering dia dengar dari kakak- kakaknya dan dia mendapatkan perundungan dari sekolah lamanya pun karena hal itu. Baginya tak ada ketulusan semacam itu di dunia ini.

"Bohong. Buktinya wajah kalian pun sama saja seperti anak- anak lain, saat aku mengakui jika aku adalah anak pungut. " sarkas Kanaya.

Adelia dan Rena saling pandang, wajah mereka pias. Tapi mereka tetap ingin berusaha untuk berteman dengan Kanaya.

Lalu Rena pun berucap lagi untuk mengalihkan topik yang ada. "Kanaya kami ingin pergi ke kantin, ayo kita pergi ke kantin bersama, " ucapnya berharap Kanaya luluh kali ini.

Namun Kanaya yang perasaannya sedang tak baik- baik saja malah tanpa sengaja membentak mereka. "Pergilah, aku tak butuh belas kasihan kalian! "

Ugh! Setelah mengatakan itu tiba-tiba kepalanya terasa nyeri. Seketika ia malah teringat perkataan yang sama yang ia berikan padanya. Dan tanpa sengaja emosinya malah ia lampiaskan kepada dua orang yang tak bersalah.

Adelia dan Rena sontak terkesiap mendengar bentakan Kanaya. Mereka saling memandang lalu Rena maju satu langkah.

"Kanaya kamu benar-benar keterlaluan, kami tulus ingin berteman dengan mu, tapi ini balasan mu? " Rena jadi kehilangan kesabaran, jadi emosinya ikut meledak.

Untungnya ada Adelia yang langsung melerai. "Sudah Rena, Kanaya sedang ingin sendiri dulu saat ini. Ayo kita pergi saja. "

Keduanya menatap Kanaya untuk beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan pergi meninggalkan nya sendiri.

Dan di saat itulah Kanaya menutup wajahnya dengan tangan, merasa penyesalan menghampiri nya.

"Maafkan aku... "

****

1
Keyraaleyababy Keyraaleya
lanjut dong thoor bagus ceritanya
Aiyaa writer
Keren
Dancingpoem
❤❤❤❤❤
nonoyy
astaga keluar dari mulut singa, masuk ke mulut buaya sunguh malang nasibmu naya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!