Nikah Muda

Malam itu harusnya Nayla bertemu dengan Arena dan Widia namun entah kenapa tiba - tiba dia merasakan pusing di kepalanya, tubuhnya menggigil dan tangan nya gemetar sampai akhirnya Ia kehilangan kesadaran nya dan jatuh pingsan.

Namun sebelum jatuh pingsan, Nayla sudah lebih dulu membatalkan janjinya pada Arena lewat telfon dengan alasan tubuh nya tidak enak badan.

Beruntung saat itu Ia pingsan di ruang tamu dan Rara masih menonton TV, Rara terkejut dan berteriak memanggil kepala pelayan juga kepala keamanan di rumah nya, mereka membantu Nayla dan membopong nya ke kamar.

Rara yang panik akhirnya menghubungi Al dan memberitahunya tentang keadaan Nayla.

" Kenapa Ar? "

" Nayla gak bisa dateng katanya! "

" Kenapa lagi tuh anak? "

" Biasa, katanya badan nya gak enak gitu! "

Keduanya sama - sama menghela nafas, kondisi tubuh Nayla memang lemah dan jika banyak pikiran maka Nayla pasti akan jatuh sakit. Padahal niat Arena ingin mengajak nya untuk menginap di rumah Widia sekalian nonton film horor yang selalu mereka lakukan.

Tapi karena Nayla gak bisa dateng, akhirnya hanya Arena dan Widia.

Keesokan harinya, Arena dan Widia memang kebiasaan bangun pagi sekitar jam 04.00 - 05.00 untuk persiapan jogging pagi di hari libur nya.

" Ar, coba deh Lo hubungi Nayla! tanya keadaan nya, kok perasaan Gue gak enak ya! " titah Widia yang sebenarnya sejak tadi sangat ingin menghubungi Nayla.

" Oke Gue telfon! " Arena mengambil ponsel yang ada di tas nya dan menghubungi Nayla.

Sekitar beberapa detik, telfon pun terhubung tapi belum juga Arena bicara, suara seorang pria terdengar dari seberang telfon.

" Halo! "

Arena terkejut dan langsung menjauhkan ponsel nya karena itu bukan suara Nayla dan ekspresi Arena memberikan tanda tanya bagi Widia.

" Kenapa Ar? "

" Suara cowok! "

" Haa?! serius Lo, coba pake speaker! " Arena langsung memasang speaker agar Widia bisa mendengar.

" Wait, Lo siapa? Nayla Gue mana? "

" Gue Al.. Lagi bobo nih di samping Gue! "

Mulut Arena dan Widia sama - sama menganga tak percaya mendengar nama itu pagi - pagi buta seperti ini. Dan tidur di samping? maksud nya apa?

" WHAT! Al. Al. Al. Alvarez Narendra Erlangga? "

" Yes.. "

" Naylaaaaa... Aaaaaaal, Lo apain My Princess? kenapa bisa ada sama Lo jam segini? "

Tapi setelah beberapa menit, hubungan terputus dan itu membuat Arena juga Widia penuh tanda tanya. Mereka saling tatap penuh curiga pada Nayla, pasti ada sesuatu yang sahabat nya itu sembunyikan.

*

*

Di seberang telfon, Al terdengar panik dan merutuki kebodohan nya sendiri, Ia pun menggoyang - goyang kan tubuh Nayla.

" Nay bangun Nay, ayo please bangun dulu! " Nayla yang merasa terganggu perlahan mengerjapkan matanya dan melihat Al seperti orang kebakaran jenggot.

Nayla duduk di atas ranjang sambil mengucek - ngucek matanya untuk mengumpulkan kesadaran. " Apaan sih Al? Ini masih jam 05.30 loh, lagian ini kan hari minggu! " suara Nayla lirih dengan khas bangun tidur. Saat Ia melihat jam dinding memang masih terlalu pagi, apa lagi Nayla yang notabene nya malas jika hari libur, berbeda dengan dua sahabat nya.

" Nay, kayanya Gue ngelakuin kesalahan fatal deh! "

Nayla langsung mengerutkan kening nya, memang terlihat dari raut wajahnya Al bahwa saat ini dia sedang panik. " Kesalahan fatal? apaan? "

Al menyerahkan ponsel milik Nayla dan di terima oleh Nayla dengan wajah bingung. Kenapa pula Al memegang ponsel nya?

" Tadi Arena telfon tapi Gue yang angkat setengah sadar. Dia tanya Lo dan Gue jawab lagi tidur di samping Gue, " mata Nayla membelalak sempurna kala Al memberitahunya.

" Apa?"

" Ya ampun Al, kok Lo bisa ceroboh banget sih. " Nayla yang sekarang mulai ketar - ketir, panik dan takut jika kedua sahabat nya itu akan berpikir yang aneh - aneh. Bagaimana jika pernikahan nya dengan Al di ketahui. Bukan karena Nayla tak percaya pada kedua sahabat nya, tapi Ia takut mereka akan mentertawakan nya jika tau bahwa dirinya menikahi musuh abadinya.

" Sorry, Gue pikir yang bunyi Hp Gue! " Al menunduk karena memang Ia salah.

Nayla mengacak - acak rambut nya karena kesal dan beberapa saat kemudian ponsel nya kembali berbunyi, menandakan jika bahaya belum berakhir namun baru saja di mulai.

" Arggg, Arena balik nelfon lagi, kalo gak di jawab pasti dia akan tambah curiga nih. " dengan hati berdebar Nayla mengangkat panggilan telfon tersebut.

" Halo My Little.. tumben pagi - pagi nelfon! " Nayla mencoba menyembunyikan kegugupan nya dengan berkata semanis mungkin.

" Naylaaaa! " teriakan Arena di seberang telfon membuat Nayla menjauhkan ponsel dari gendang telinga nya sesaat. Beberapa detik kemudian dia menempelkan nya kembali.

" Tadi kenapa sih Al bisa angkat telfon Lo terus maksud dia ngomong Lo tidur di samping nya apa. Pokok nya Lo harus kasih penjelasan sama kita.. "

" Kita?"

" Gue juga ada disini Nayla, Arena nginep di rumah Gue dan sebenarnya kita juga pengen ngajak Lo tapi Lo nya bilang kalo Lo lagi sakit. Dan pas kita pengen tau keadaan Lo pagi ini kenapa Lo malah kasih kejutan sama kita. Itu sih Al Al Al Alvarez Narendra Erlangga kenapa bisa ada sama Lo? " Bukan Arena tapi Widia yang kembali bertanya.

" Nayla Lo harus kasih penjelasan serinci dan sedetail mungkin , gak boleh ada yang terlewat sedikit pun, kita ketemuan di tempat biasa, awas Aja Lo kalo gak dateng! " ancam Arena.

Nayla mendengus sebal, begini nih kalo punya bestie yang kepo nya tingkat sejagad, pasti gak bisa nunggu malah langsung menghujani seribu pertanyaan.

" Iya, iya. Nanti pasti Gue jelasin ke kalian berdua, sekarang Gue mau mandi dulu. Bye My Little , My sweetie.. " Nayla mematikan telfon nya dan langsung Menghembus nafas kasar.

My little adalah panggilan untuk Arena .

Sementara My Sweetie adalah panggilan untuk Widia.

Nayla menatap Al dengan sorotan pembunuh dan Al hanya menyengir kuda tanpa rasa bersalah sedikit pun.

" Sorry Nay.. " Al memelas dan itu membuat Nayla menghela nafas panjang. Masih kesal tapi tidak bisa marah, apa lagi saat melihat wajah Al yang sedikit babak belur, entahlah Nayla pun bingung dengan siapa Al bertengkar.

" Ya udah gak papa, Gue mau mandi dulu! " Nayla beranjak pergi mengambil pakaian dan masuk ke kamar mandi.

Sementara Al masih merasa bersalah, Nayla pasti sangat bingung untuk menjelaskan pada dua sahabatnya itu. Astaga! Bagaimana Ia bisa melakukan kesalahan fatal tersebut? Mungkin pernikahan bukanlah hal yang memalukan tapi untuk Al dan Nayla yang terkenal sebagai musuh abadi adalah sesuatu yang tidak bisa di bayangkan.

Al pun memikirkan cara untuk membuat Nayla tidak terlalu marah dan kesal padanya. Ia pun memutuskan untuk masak pagi ini dan Ia ingat dengan jelas kalo sejak kecil Nayla sangat suka dengan Ayam rendang.

Al akan memasak itu untuk nya, lagi pula Al juga sangat pandai memasak. Dia turun ke bawah untuk menyiapkan makanan kesukaan Nayla.