Gita seorang istri yang tidak begitu di anggap keberadaanya oleh sang suami, tapi karena cinta membutakan Gita, hingga akhir di saat ulang tahun pernikahan yang ke satu tahun Gita yang ingin memberikan kejutan pada sang suami justru ia yang terkejut karena.
tanpa sengaja Gita melihat perselingkuhan sang suami dengan ibu kandungnya sendiri. hari itu ia mendapatkan kado penghianat ganda.
karena shock Gita pergi keluar dan mengalami kecelakaan, disaat itulah ia di nyatakan meninggal tapi tiba tiba tetak jantungnya kembali.
tapi itu bukan Gita yang dulu karena tubuh Gita sudah di masuki oleh seorang ratu penguasa jaman kuno yang mati karena penghianat. dan kini berada di tubuh Gita.
ingin tau kelanjutannya yuk mulai baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Acara gala amal tahunan Yayasan Citra Bahari malam itu dipenuhi para tokoh ternama. Gaun-gaun gemerlap, jas-jas mewah, dan musik klasik mengalun lembut di udara. Namun, di tengah keramaian, suasana menjadi senyap saat dua wanita berjalan saling mendekat dari sisi yang berseberangan.
Keira mengenakan gaun hitam sederhana berhias mutiara, rambut disanggul rapi, tatapannya lembut namun penuh kendali. Clarissa tampil mencolok dengan gaun merah menyala, senyumnya setajam belati.
Mereka bertemu di dekat meja sampanye. Clarissa tersenyum sinis, menyentuh gelas kristalnya.
"Keira… akhirnya kita bisa bicara tanpa perantara," ucapnya pelan, seolah-olah menyapa teman lama.
Keira membalas senyum itu, anggun. "Aku tak pernah suka bicara lewat orang ketiga. Selalu lebih efektif bila langsung."
Clarissa mendekat, berbisik, “Kau pikir bisa menyusup ke dunia ini begitu saja? Dunia yang dulu kau tinggalkan dengan malu?”
Keira menatap lurus ke matanya. “Aku tidak menyusup. Aku membangun jalanku sendiri. Tanpa menjatuhkan siapa pun.”
“Tapi kau tetap bermain di belakang. Lewat Rafael. Lewat saham. Lewat proyek sosial.” ujar Keira lagi
Clarissa meneguk minuman dengan gemetar samar. “Kau berpikir semua itu akan membuatmu dihormati?”
Keira tersenyum. Tapi senyum itu menusuk. “Aku tidak butuh dihormati oleh orang-orang yang tak mengerti nilai kerja keras. Aku hanya ingin satu hal…”
Clarissa menatap tajam. “Apa?”
Keira mendekat, membisikkan dengan tenang di telinganya, “Menyaksikanmu tumbang… bukan karena aku yang mendorongmu, tapi karena kesombonganmu sendiri.”
Clarissa tercekat.
Keira melangkah mundur, masih tersenyum. “Oh ya. Aku dengar beberapa investor-mu mulai mempertanyakan asal usul dana proyek barumu di Batam. Dan beberapa kontraktor sedang diaudit. Aku yakin… tidak ada yang perlu kau khawatirkan, bukan?”
Tatapan Clarissa membeku.
“Selamat malam, Clarissa.” Keira membalikkan badan anggun dan berjalan menjauh, meninggalkan aroma kemenangan yang samar namun tajam.
---
Di hari-hari berikutnya…
Dua kontraktor yang bekerja sama dengan perusahaan Clarissa tiba-tiba dipanggil oleh pihak berwenang karena dugaan manipulasi laporan dana.
Seorang auditor senior mengundurkan diri dari perusahaan Clarissa dan pindah ke perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Rafael.
Media sosial mulai ramai memperbincangkan ketidakjelasan asal dana proyek terbaru Clarissa.
Beberapa mitra bisnis yang dulu loyal mulai mengambil jarak.
---
Clarissa duduk sendiri di kantornya.
Tangan gemetar saat membuka email demi email pembatalan kerja sama.
“Kau…” bisiknya lirih, menatap ke arah layar komputer tempat wajah Keira tertangkap dalam foto gala malam.
“Kau bukan pengganggu. Tapi kau juga datang untuk menghapusku.”
---
Sementara itu, Keira duduk di balkon butik Ratu Batu, menatap senja bersama Rafael.
“Berapa banyak lagi langkah yang harus kau ambil?” tanya Rafael sambil mengangkat alis.
Keira tersenyum kecil. “Cukup… sampai mereka belajar bahwa wanita yang mereka hina, bisa berdiri jauh di atas mereka. Tanpa perlu berteriak.”
...----------------...
Satu tahun sejak Ratu Batu pertama kali dibuka, kini butik perhiasan itu telah menjadi ikon baru dalam industri batu mulia di Indonesia. Namanya mencuat, kualitasnya tak tertandingi, dan desainnya selalu menjadi buruan para kolektor dan sosialita papan atas.
Namun, yang membuat semua orang penasaran hanyalah satu hal: siapa pemiliknya?
Dan malam itu, pada ulang tahun pertamanya, misteri itu akan terkuak.
---
Gedung perayaan tampak mewah, dibalut lampu kristal dan taburan bunga-bunga putih. Para tamu berdatangan dengan busana terbaik mereka. Sejumlah tokoh penting, artis, investor, hingga pengusaha ternama turut hadir. Undangan terbatas, namun atmosfernya seperti pesta kerajaan.
Di antara para tamu:
Ares dan Tomi, mantan bos Keira, berdiri dekat bar. Wajah mereka penuh penasaran.
Dion, berdiri agak jauh dengan setelan rapi, menatap ruangan dengan gelisah.
Ibu Yulia, yang dulu merebut suami Keira, kini tampak bingung. Ia tak mengerti kenapa wajah Keira ada di undangan.
Bahkan Clarissa, dalam gaun putih mencolok, hadir dengan satu tujuan: mempertahankan eksistensinya setelah bisnisnya mulai terpuruk.
Lalu, panggung utama mulai bersinar.
Musik dihentikan. Pembawa acara naik dan tersenyum. “Saudara-saudara sekalian, malam ini kita akan menyambut pemilik dan pendiri butik Ratu Batu. Wanita di balik desain, kualitas, dan keunikan batu-batu terbaik negeri ini…”
Semua menahan napas.
Lampu sorot menyorot tangga spiral.
Langkah-langkah elegan terdengar dari atas.
Dan kemudian…
Keira muncul.
Mengenakan gaun hitam berpayet batu topaz biru, rambutnya disanggul elegan, senyumnya tenang namun penuh kekuatan. Ia berjalan menuruni tangga seperti seorang ratu yang kembali ke tahtanya.
Semua yang mengenalnya—terbelalak.
Ares tersentak. “Itu… Keira?”
Tomi menggenggam gelasnya kuat. “Mustahil. Dia yang dulu kerja di kantor kita, bukan?”
Dion berdiri terpaku. Matanya membesar. Ibu Yulia menahan napas, wajahnya memucat.
Clarissa mencengkeram kursinya. “Tidak… ini tidak mungkin…”
Keira berdiri di tengah panggung. Di belakangnya, layar LED menampilkan:
"Keira Alisya"
"Pendiri & Pemilik Ratu Batu
Perancang utama
Ketua Yayasan Pelatihan Perempuan Batu Mulia” seru pembawa acara
Tepuk tangan meledak.
Beberapa tamu berdiri, tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka.
Keira mengangkat mikrofon. “Satu tahun lalu, aku membuka butik ini diam-diam. Bukan karena takut… tapi karena aku ingin membuktikan bahwa aku bisa berdiri sendiri tanpa nama siapa pun. Hari ini, aku tidak hanya ingin kalian tahu siapa aku, tapi juga mengajak kalian mengenal perempuan-perempuan luar biasa yang ada di belakang batu-batu ini. Mereka bukan hanya pekerja, tapi seniman kehidupan.”
---
Sementara itu, di sisi lain ruangan…
Ares duduk diam, Tomi menatap kosong.
Ibu Yulia tak sanggup berkata apa-apa. Mulutnya terbuka, tapi tak ada suara yang keluar.
Dion... tertunduk. Ia menyesali semuanya. Dan baru kini sadar, ia kehilangan sesuatu yang tak bisa digantikan dengan apapun.
---
Dan Clarissa?
Di saat orang-orang berbondong ingin bicara dengan Keira, Clarissa ditinggalkan sendirian. Salah satu surat kabar menolak memasang iklannya. Dua klien besar menarik kerja sama. Kantornya disita sebagian karena audit keuangan yang janggal.
Malam itu… ia bukan siapa-siapa.
Sementara Keira… menjadi simbol kebangkitan.
---
Rafael muncul di tengah keramaian, menggenggam tangan Keira. Bersama, mereka berjalan menyapa para tamu, menyebar pesona dan kekuatan.
Dan dunia akhirnya tahu…
Siapa ratu di balik Ratu Batu.
sukses terus thor. . karya mu aku suka👍👍👍👍semangat😇😇💪💪💪