NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 18.

Sudah diputuskan oleh para sahabatnya, jika Fio untuk sementara waktu lebih baik istirahat dulu dari tugas akhirnya. Menunggu keputusan apa yang akan dilakukan para sahabatnya selanjutnya, mereka tidak ingin jika diantara mereka kesusahan.

Melupakan sedikit kesedihannya, Fio mengunjungi sang adik. Dalam keadaan yang masih sama dengan awal ia masuk ke rumah sakit, membuat air mata itu tidak dapat tertahankan. Walaupun dengan bantuan kebaikan dari sang dokter, tidak membuat Fio harus bersantai.

Setelah puas menemani sang adik, Fio segera pulang dan memejamkan kedua matanya yang begitu lelah. Hingga sang fajar menyingsing, tidak ada gangguan apapun dalam istirahat nya. Ponsel miliknya ia non aktifkan, mencegah sang dosen menghubunginya.

Bersiap untuk berangkat bekerja, Fio tetap harus melakukan kewajibannya. Dalam kondisi yang masih trauma, Fio menyapa para teman dan bibi nya disana.

"Nak, kamu kenapa?" Bi Rosi melihat kedatangan Fio, dengan wajah yang pucat dan lelah.

"Tidak ada apa-apa kok bi, hanya sedikit lelah mengerjakan tugas akhir. Oh iya, apa tuan muda sudah bangun?" Fio mengalihkan pembicaraannya, gina untuk mengalihkan kecurigaan sang bibi.

"Tetap perhatikan jam istirahat mu nak, sepertinya tuan muda belum bangun. Coba kamu langsung kesana saja, dan jangan lupa sarapannya langsung dibawa saja." Rosi mencegah Fio agar tidak bolak balik setelah bertemu tuan muda mereka.

"Ia bi, kalau begitu. Aku ke atas dulu ya." Fio yang sudah menggunakan seragamnya, langsung membawa sarapan itu menuju kamar Elio.

Belum saja kaki itu sampai ditujuannya, tiba-tiba saja ada yang memanggil namanya.

"Fio, tunggu." Terlihat Angelina menghampiri Fio.

"Nyonya." Fio menunduk memberi hormat.

"Kamu mau ke kamar, Elio?" Tanya Angelina dengan sedikit nada rendah.

"Iya, nyonya. Ada apa ya nyonya, apa ada yang bisa saya bantu?" Fio pun merasa heran dengan majikannya itu.

"Ah, tidak. Kamu yang betah ya kerjanya, saya harap Elio bisa ada kemajuan dari sebelumnya. Lanjut saja." Angelina mempersilahkan Fio untuk pergi.

Dengan sikap hormatnya, Fio menuju kamar Elio. Entah ada angin apa hari ini, tiba-tiba saja disaat Fio masuk ke dalam kamar itu. Elio seperti sudah menunggu kedatangan Fio, pria itu berada di atas kursi rodanya dan dalam keadaan yang sudah bersih (mandi).

Nampak berisikan sarapan itu di letakkan di meja balkon, lali Fio mendorong kursi roda itu kesana. Mempersilahkan Elio untuk menikmati sarapannya, Fio berlalu untuk membereskan kamarnya.

"Tuan, apa anda mau berjalan-jalan di taman mansion? Udara dan sinar mentari pagi, sangat bagus untuk kesehatan." Fio menawarkan hal tersebut, setelah pekerjaan beres-beres nya selesai.

"Lakukan saja."

Sontak saja, kedua bola mata Fio melebar. Ia kaget dengan sikap Elio yang saat ini begitu berbeda, tanpa menunggu lama. Ia langsung membawa Elio menuju taman mansion, sedikit berkeliling disana dan berjemur. Tak lupa, Fio masih memberikan terapi pijatan kecil pada kedua kaki pria itu. Dan tanpa sepengetahuan keduanya, kedua kaki itu memberikan respon dengan caranya.

"Argh!" Elio berteriak disaat Fio memijat kakinya.

"Eh, tuan. Ah, maafkan saya tuan." Fio kebingungan, karena teriakan itu.

"Tanganmu kuat sekali, apa yang kamu lakukan." Elio meringis.

Dalam diamnya, Fio menatap Elio dengan perasaan yang aneh. Isi kepalanya mulai mencerna atas apa yang terjadi, seakan ingin memastikan. Tangan itu mencoba untuk memijat Kemabli kaki yang semula ia tekan, dan benar saja. Elio lagi-lagi meringis seperti merasakan sakit, dan hal itu membuat Fio seketika tersenyum dan berteriak.

"Yeh! Tuan, anda merasakan sakit di kaki anda kan. Benarkah itu, itu tandanya kaki tuan merespon." Senyuman bahagia itu terlihat, Fio memeluk lututnya dihadapan Elio.

Raut wajah yang masih menahan rasa sakit secara tiba-tiba itu terdiam, mencoba mencerna setiap kalimat yang diucapkan padanya.

"Kakiku, sakit." Elio menatap kakinya dengan begitu dalam.

Karena ingin memastikan kembali jika dugaan itu benar, Fio terus menekan kedua kaki tuannya seperti sebelumnya. Dan benar saja, Elio semakin meringis ketika kedua kakinya mendapatkan tekanan.

"Tuan, apa sebaiknya kita kerumah sakit saja. Biar dokter dapat memeriksa keadaan kaki tuan, bagaimana?" Fio memberikan pendapatnya.

"Akh! Sakit, sakit tuan." Secara tiba-tiba, Elio mencengkram pergelangan tangan Fio dengan sangat kuat.

"Ini semuanya karena ulahmu, sialan!"

"Kamu memijat kedua kakiku tanpa pengetahuan apapun, itu menyebabkan kakiku menjadi semakin parah." Elio nampak begitu marah.

"Tapi tuan."

"Diam!

Tangan kekar itu menghempaskan pergelangan tangan Fio dengan sangat kasar, hingga membuat tubuh kecil itu terbentuk keras pada pembatas balkon. Dimana dalam benak Elio saat itu adalah, rasa sakit yang muncul pada kedua kakinya itu diakibatkan oleh pijatan yang dilakukan oleh Fio.

"Ada apa ini, Elio?" Angelina yang muncul saat terjadi perdebatan diantara keduanya.

Fio segera berdiri, karena ia sempat terjatuh. Memberikan hormat kepada Angelina pada saat ini, wajah dan kepala Fio hanya bisa tertunduk.

"Pelayan ini tidak becus, ma. Dasar sialan!" Maki Elio yang masih begitu emosi.

"Apa maksudmu, Elio? Jangan sembarang bicara, cukup sudah sikap keras kepala kamu itu." Tegas Angelina yang sudah tidak dapat menahan kekesalannya.

Mendapati sesuatu yang mengalir dari lutut kaki Fio, Angelina menghela nafas beratnya. Cara apa lagi yang harus ia lakukan untuk putranya itu, jika terus mengorbankan orang lain seperti ini. Maka, ia harus merelakan semuanya semua harapannya atas kesembuhan putranya.

"Fio, tinggalkan saja dia. Obati lukamu, biar saya yang menghadapi anak keras kepala ini." Ujar Angelina yang bertolak pinggang dihadapan Elio.

"Baik nyonya, permisi."

Sebelum pergi dari sana, Fio membereskan kekacauan yang terjadi. Membawa benda-benda yang telah berantakan serta makanan yang belum sempat dinikmati itu.

Meringis menahan sakit pada kakinya, Fio berjalan meninggalkan ibu dan anak itu disana. Air matanya mengalir begitu saja, entah itu rasa sakit atau apapun.

"Begini amat cari duit, huh." Tangan itu mengusap wajahnya yang basah karena air mata.

Terlepas dari itu, Angelina menatap tajam kepada Elio. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan putranya itu, hingga harus mengorbankan orang lain. Berbagai cara ia lakukan agar putranya itu bisa bersosialisasi lagi dengan banyak orang, bukan hanya berdiam diri didalam kamar seperti saat ini.

"Kenapa Fio tidak becus mengurus kamu, hah?! Jangan-jangan, kamu sendiri yang mencari penyakit Elio." Ucapan itu sangat tegas, menyatakan jika Angelina sedang emosi.

Elio diam, ia tidak bisa Mengatakan sepatah kata pun dihadapan wanita yang telah melahirkannya itu. Isi kepalanya sedang berperang sendiri dengan apa yang ia alami sebelumnya, seakan membenarkan ucapan Fio padanya. Namun, sifat egois itu masih tetap menjadi hal utama.

"Aih, anak ini. Terserah kamulah Elio, mama sudah pusing. Mulai saat ini, kamu bebas mau melakukan apa saja dan mama sama papa tidak akan ikut campur lagi. Dan ingat, Fio juga tidak akan mengurus kamu lagi."

Meninggalkan Elio seorang diri, membuat Angelina harus tegas dan tega dengan anaknya yang keras kepala itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!