Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadirnya Bantuan Baru
Langkah Yansya terdengar berat saat ia meninggalkan gudang tua itu, meninggalkan Citra sendirian dengan pikirannya. Bayangan Reno yang terbaring lemah di rumah sakit terus berputar di benaknya, memicu kobaran amarah yang semakin membakar. Fabian, nama itu kini bagai sumbu api, siap meledakkan segala batas kesabarannya.
Ia mengeluarkan ponselnya, mengabaikan panggilan tak terjawab dari Lisa dan panggilan tim lainnya. Saat itu, Yansya hanya ingin satu hal: menemukan Fabian. Tidak ada rencana, tidak ada strategi, hanya naluri murni seorang pemburu yang terluka.
Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan malam yang lengang. Otaknya bekerja super cepat, menganalisis setiap petunjuk, setiap kemungkinan lokasi persembunyian Fabian. Kemarahan pribadi yang mendalam memacunya.
Yansya tahu Fabian cerdik, licin, dan tidak akan mudah ditemukan. Namun, Yansya juga tahu kelemahan Fabian, kesombongannya. Fabian pasti akan melakukan kesalahan, dan Yansya akan ada di sana untuk memanfaatkannya.
Tiba-tiba, sebuah ide melintas di benaknya. Maria. Fabian adalah kaki tangan Maria. Mungkin dengan mencari Maria, Yansya bisa menemukan Fabian. Tapi itu adalah langkah yang berbahaya, berhadapan langsung dengan sosok misterius yang sangat ditakuti.
"Tidak masalah," gumam Yansya, rahangnya mengeras. "Apa pun taruhannya." Rasa pedulinya pada Lisa dan timnya jauh lebih besar daripada rasa takutnya. Ia tidak peduli dengan prosedur atau konsekuensi. Yang penting adalah Fabian membayar perbuatannya.
Yansya mengubah arah mobilnya, menuju sebuah area perkotaan yang padat dengan gedung-gedung tinggi. Ia ingat laporan lama tentang beberapa transaksi mencurigakan yang terkait dengan jaringan Maria di daerah itu. Itu adalah titik awal yang samar, tetapi Yansya harus mencoba.
Di salah satu gedung tua yang tampak tidak terawat, Yansya memarkir mobilnya jauh dari pandangan. Ia mengamati gedung itu dari kejauhan, mengandalkan insting dan pengalamannya sebagai agen khusus. Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan, terlalu sepi untuk sebuah markas penjahat.
Yansya menyelinap masuk melalui pintu belakang yang tidak terkunci, bergerak seperti bayangan. Kegelapan di dalam gedung menyelimutinya, hanya ada suara napasnya sendiri yang terdengar. Setiap langkahnya penuh kehati-hatian, siap menghadapi kejutan apa pun.
Ia menelusuri koridor-koridor sempit, ruangan-uangan kosong, sampai akhirnya ia menemukan sebuah pintu besi dengan gembok besar. "Ini dia," bisik Yansya pada dirinya sendiri. Naluri pemburunya mengatakan bahwa di balik pintu itu, ada sesuatu yang tersembunyi.
Dengan sigap, Yansya mengeluarkan alat pembobol gemboknya. Jemarinya bergerak cepat, dengan presisi dan pengalaman. Beberapa detik kemudian, bunyi 'klik' kecil terdengar, dan gembok itu terbuka.
Yansya mendorong pintu itu perlahan, mengintip ke dalam. Ruangan itu gelap gulita, tetapi ada secercah cahaya redup dari celah di dinding. Yansya masuk, menutup pintu di belakangnya.
Saat matanya mulai terbiasa dengan kegelapan, Yansya melihat bahwa ruangan itu adalah sebuah kantor lama yang sudah tidak terpakai. Debu tebal menyelimuti setiap meja dan kursi, tetapi ada beberapa dokumen yang berserakan di atas meja, terlihat lebih baru.
Yansya mendekat, mengambil salah satu dokumen. Matanya langsung menyapu isinya, mencoba mencari informasi apa pun yang bisa ia gunakan. Dokumen itu berisi catatan keuangan yang rumit, dengan beberapa nama kode yang tidak asing baginya: Maria.
Ia membolak-balik dokumen-dokumen itu dengan cepat, mengumpulkan semua informasi penting. Sebuah peta kota kecil dengan beberapa tanda silang merah menarik perhatiannya. Itu adalah lokasi-lokasi baru yang dicurigai menjadi markas atau tempat transaksi Maria.
Satu lokasi menarik perhatian Yansya. Sebuah gudang penyimpanan di pinggir kota, tidak jauh dari gudang tempat ia bertemu Citra tadi. "Fabian," desis Yansya. Ia yakin Fabian pasti ada di sana.
Yansya menyimpan semua dokumen itu, berbalik, dan meninggalkan ruangan itu dengan cepat. Ia tidak membuang waktu. Tekadnya semakin bulat, amarahnya semakin menyala. Fabian akan membayar mahal.
Saat Yansya tiba di gudang penyimpanan yang ditandai di peta, suasana di sana lebih ramai dari yang ia duga. Beberapa orang berjaga di luar, terlihat tegap dan bersenjata lengkap. Fabian tidak main-main.
Yansya bersembunyi di balik semak-semak, mengamati setiap gerakan. Ia menyadari ini bukan misi solo lagi. Ia membutuhkan bantuan. Tapi siapa? Timnya sedang libur, dan Lisa tidak boleh tahu.
Ponselnya kembali bergetar. Kali ini, sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Yansya membukanya. Isi pesan itu hanya dua kata: "Butuh bantuan?" Tidak ada nama pengirim.
Yansya mengerutkan kening. Siapa ini? Apa ini jebakan? Namun, ia tidak punya banyak pilihan. Ia membalas pesan itu: "Siapa ini?"
Balasan datang dengan cepat: "Seseorang yang juga ingin Fabian menderita. Aku tahu kamu ada di gudang itu."
Yansya terdiam. Ia tidak tahu siapa pengirim pesan itu, tetapi orang ini tahu pergerakannya. Apakah ini Maria? Atau seseorang dari pihak lain yang ingin memanfaatkan situasi? Pertanyaan itu berputar di kepalanya. Keraguan menyelimuti, tetapi keinginan untuk membalas dendam pada Fabian jauh lebih kuat daripada rasa waspada Yansya.
Ia menatap layar ponselnya lagi, memikirkan setiap kemungkinan. Jika ini jebakan, setidaknya ia akan menghadapi bahaya secara langsung, alih-alih menunggu. Jika bukan, ini bisa jadi satu-satunya kesempatannya untuk mendapatkan Fabian.
Yansya menarik napas dalam-dalam. "Baiklah," balasnya, mengetik cepat. "Di mana kita bertemu?" Ia memutuskan untuk mengambil risiko, mengabaikan naluri hati-hatinya yang biasanya dominan.
Ponselnya bergetar lagi, menunjukkan balasan. "Gedung bekas pabrik di distrik industri lama. Jam 02.00. Datang sendiri." Pesan itu singkat, padat, dan penuh misteri, membuat Yansya semakin penasaran.
Yansya melihat jam di pergelangan tangannya. Pukul 01.30. Ia tidak punya banyak waktu. Tanpa ragu, ia segera bergerak, menyelinap keluar dari persembunyiannya dan menuju mobil.
Di sepanjang perjalanan menuju distrik industri lama, Yansya menyiapkan mentalnya. Ia mengecek senjatanya, memastikan semuanya siap. Yansya tidak tahu apa yang menunggunya di sana, tetapi ia siap menghadapi apa pun.
Area distrik industri itu gelap dan suram, dengan bangunan-bangunan tua yang terbengkalai. Gedung bekas pabrik yang disebutkan dalam pesan tampak menjulang di kejauhan, diselimuti bayangan malam. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana, kecuali keheningan yang mencekam.
Yansya memarkir mobilnya cukup jauh, lalu melanjutkan dengan berjalan kaki. Setiap langkahnya waspada, matanya menyapu sekeliling, mencari tanda-tanda bahaya. Ia tahu, di tempat seperti ini, bahaya bisa datang dari mana saja.
Ketika ia sampai di depan gedung pabrik yang dimaksud, pintu utamanya sudah sedikit terbuka. Yansya menghela napas, lalu melangkah masuk. Kegelapan menyambutnya, diiringi suara tetesan air dari kejauhan. Udara di dalam terasa lembap dan dingin, bercampur dengan aroma besi berkarat dan lumut. Ia melangkah lebih jauh, mengikuti suara tetesan air yang seolah menuntunnya, sampai ia tiba di sebuah aula besar yang diselimuti bayangan.
good 👍👍👍👍❤❤❤❤
menegangkan ❤❤❤❤❤
good thor👍👍👍👍👍
good job👍👍👍👍