Marina Yuana Tia, dia menyelesaikan permainan mematikan, dan keluar sendiri dalam waktu sepuluh tahun, tetapi di dunia nyata hanya berlangsung dua minggu saja.
Marina sangat dendam dan dia harus menguak bagaimana dan siapa yang membuat permainan mematikan itu, dia harus memegang teguh janji dia dengan teman-temannya dulu yang sudah mati, tapi tak diingat keluarga mereka.
Apakah Marina bisa? Atau...
ayo baca guys
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Halo Haiyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Pilihan yang sangat sulit, bukan sepele
Bab 13.
"Aku juga setuju, orang itu menyebalkan. Dia juga katanya pernah melecehkan salah satu perempuan di sini, hiiih... "
"Tapi... Tak mungkin ini bisa membantu, pasti banyak yang memilih ibu itu, " Ucap Marina letih, dia nampak sangat lelah apalagi kekurangan tidur.
"Marina, "
Teman tomboynya memegang tangannya, "ayo kita demo sebentar, "
"Ap—"
Tangan Marina ditarik, teman-teman sekutu lain termasuk Haru juga ikutan dibelakang Marina. Mendukung ibu hamil, yang sedang terintimidasi.
"HALO SEMUANYA! "
"TOLONG PERHATIANNYA! "
"DI SINI KAMI AKAN MEMBERIKAN BEBERAPA PENDAPAT UNTUK KALIAN! "
"KALIAN, BAYANGKAN INI ADALAH ISTRI KALIAN! IBU KALIAN! ANAK YANG ADA DIKANDUNGAN IBU INI ADALAH ANAK KALIAN, APA KALIAN BISA SEENAKNYA MEMBUNUH SEORANG BAYI YANG BAHKAN BELUM LAHIR KE DUNIA, BELUM BISA MERASAKAN APA-APA INI MATI BEGITU SAJA? "
"BEGITU TAK ADILNYA BUKAN? "
"Be-benar! " Kata Marina ikut bersuara, dia ketakutan juga tak berani menatap mata mereka yang sudah memasang wajah tak suka.
"ITU BENAR! APA KALIAN MEMILIKI HATI NURANI? -"
"Kalau begitu kau lebih memilih diriku mati! Hah!?! "
Marina menoleh, dibelakangnya pria hidung belang itu protes tak setuju. Tentu saja, karena dia takut mati.
"Kalian memilih diriku karena kasihan dengan ibu itu? Kalian tidak tau kan kalau semasa hidupnya dia itu jalang murahan? "
"Apa??? " Semua orang terkejut, bahkan ada yang sempat bertanya-tanya.
"Itu tak mungkin, ibu itu bilang dia punya suami, " Lirih Joy, Marina menatap dengan tatapan getir.
Cewek tomboy itu menyita perhatian mereka dengan tong yang dipukul dengan kayu.
"Tong...Tong...Tong..."
"DIAM SEMUA!! Ini bukan masalah ibu itu mempunyai pengalaman buruk di masa lalu atau tidak, kami tidak akan peduli. Manusia bisa berubah, dan ibu ini... Dia sangat sayang, dia peduli, dia bahkan berkata dia saja yang mati tapi anaknya jangan, apa kalian kira hanya perlu memasalahkan pada satu perbuatan tak baik di masa lalu, kalian bisa seenaknya! "
Haru ikut berteriak, "BENAR ITU! INI TAK ADIL!! "
Marina ikut-ikutan, Joy juga bersama sekutu kecil mereka.
Tapi pria hidung belang itu, dia menarik dasi dan memasangkan ke salah satu leher pengikutnya. "Kau akan memilih siapa? "
"Hah! "
"KAU AKAN MEMILIH SIAPA UNTUK BERTAHAN HIDUP!! "
"Aku akan memberikanmu uang. "
"Berapapun akan ku berikan. Satu miliar? Satu triliun? Berapapun yang kau inginkan. "
"ITU CURANG!! " seru si tomboy, mereka bersama meneriaki "CURANG! CURANG! CURANG! CURANG! CURANG!! "
"DIAMMM!! Kalian anak muda tak tau kerja keras ku selama ini untuk negara hah! Tanpa ku, tanpa ku kalian... Kalian tak kan dapat beasiswa bantuan! Tau tidak!! "
"Aku tak peduli. Aku sudah lulus sekolah. " Kata salah satu dari mereka. Membuat si pria ketar-ketir sendiri, dia mencari anak muda yang memakai seragam, tentu sasarannya adalah Marina.
Karena dia adalah satu-satunya gadis berseragam sekolah yang tersisa.
"Hey kau! Kau anak miskin kan?! "
"Ah! -" Kaget Marina, dia terkejut ditunjuk begitu saja.
Pria itu menghampiri, Marina tak bisa menahan rasa takutnya di bawah orang yang lebih tua, dirinya sudah gemetaran sendiri.
"Jangan terpengaruh omong kosong itu Marina, dia tak kan membantumu sama sekali. " Seru temannya.
Marina ketakutan, dia paling tak berani bila berhadapan dengan orang yang jauh lebih tua atau orang yang memiliki kuasa, dia sangat takut banyak hal.
"Apa kau memakai bantuan di sekolahmu? "
"JANGAN JAWAB MARINA! "
Reflek gadis itu mengangguk, si pria hidung belang tertawa kencang. "Apa keluargamu miskin? Tak dapat penghasilan tetap per harinya? Wah, anak sepertimu harusnya tidak merepotkan bukan? "
"Ti-tidak... Ak-aku.. Ti-dak... Se-per-ti... It-itu... " Jawab Marina terbata-bata. Si pria langsung bisa menebak, kedua tangan gadis itu dipegang, diberikannya harapan.
"Kalau kau memilihku, aku akan membuat jalan khusus untukmu? Bagaimana, mau? "
"Ak-aku... "
"Aku-"
"MARINA! JANGAN DENGARKAN DIA! DIA TAK MUNGKIN AKAN MELAKUKAN ITU SETELAH KAU BEBAS!! "
Pria itu tak berhenti dari situ, bahkan dia berbisik. "Sekolah Bunga Harapan, kan? Dari nama sekolah mu, aku tahu... Anak-anak yang mendaftar disana banyak sekali cita-cita yang mereka inginkan, mereka mau perantauan yang menghabiskan banyak uang itu bisa menghasilkan kembali uang yang mereka habiskan."
"Bahkan ku dengar untuk golongan kampung untukmu, tak kan cukup hanya 100 ribu per hari kan? Spp dipotong 50 ribu, tapi bagaimana dengan uang sakumu? Apa kau makan enak setiap hari nak? Atau... Tidur di tikar, repot dengan biaya kos-kosan? "
Gluk! Marina tak bisa menjawab. Wajah si pria hidung belang dijauhkan, kini kedua tatapan mata dipertemukan.
"MARINA! DENGARKAN AKU, DIA... DIA MENGHASUTMU! DIA BERUSAHA MEMBUATMU JADI JAHAT! JANGAN DENGARKAN DIA!! "
Si tomboy mau memukul pria itu tapi segera dihadang oleh fans fanatiknya.
"MARINA!! "
Haru khawatir, dia ketakutan. Dari kejauhan sang ibu hamil menangis tersedu-sedu, mengelus perutnya.
"MARINA! SADAR! SADAR BODOH!! KAU DIPERDAYA! "
"Tapi... Aku juga bisa membantumu, setelah kita sama-sama keluar darisini, uang itu bisa membantumu, aku akan memberi bantuan untuk ayah dan ibumu, mereka tak perlu bekerja untukmu lagi, dan kau akan menjadi anak kaya seperti siswa-siswi lain. "
Deg-deg-deg
Marina langsung teringat dengan ayah dan ibunya, disana mereka pasti mati-matian bekerja hanya untuk membiayai dirinya bersekolah di kota, Marina menatap tak percaya bahwa pria didepannya sangat pintar membujuk.
"Bagaimana? Kau akan pilih yang mana? Ini tabletmu, waktu akan habis, dan voting akan memilih yang terbanyak bisa bertahan hidup dan membantumu, apa ibu hamil bisa membantumu? Dia harus membiayai bayinya sendiri, sebelum dirimu, "
"MARINA! "
"Ayo... Aku akan membantumu, "
"MINGGIR!! JANGAN HALANGI AKU!! "
"MARINA! SADAR!! SADAR!! "
"Gluk-"
Tablet yang tak bisa dilihat pemain lain, kecuali bila itu miliknya sendiri, dia menekan ke satu sisi.
Si pria menunggu, kira-kira siapa yang dia pilih.
"MARINA!! "
Si pria hidung belang tertawa senang, ditatapnya wajah Marina lalu dicium pipinya sembarangan.
"Muach, terimakasih sudah memilihku... " Lalu pergi begitu saja.
Semua teman-temannya menghampiri, si tomboy mendekat, memeluk kedua bahu Marina.
"Ka-kamu belum membuat persiapan pilihan tadi? Kenapa tidak membuat dulu dari awal? "
Suara pengeras suara langsung masuk ke telinga mereka semua, "voting dimulai, lima menit dimulai, "
"A-aku menunggu voting itu dihitung,tapi... "
"Kan peraturannya tidak apa-apa memilih lebih awal, itu untuk kepastian saja, lalu pilih dua kali!! " Seru mereka, memarahi Marina. Begitu tololnya dia.
Kini mereka bertanya-tanya, "siapa yang kau pilih? "
Marina dibuat terpojok, dia langsung menangis padahal belum diapa-apakan.
"Ma-maaf... Maaf!... "
"Ka-kau... Jangan bilang-"
"Tidak mungkin! Marina ku tidak akan seperti itu, kamu kuat kok, aku bisa membantumu, "
"Iya benar, aku juga digaji lebih, aku bisa membantu biaya sekolahmu Marina, tenang aja, "
"Hiks...hiks... "
"Maaf teman-teman... "
"Maaf... "
Si ibu hamil berjalan pelan, jalannya ke arah mereka. Marina melihat ke belakang, "maaf... Bu... "
"Aku menghianatimu... Maaf bu, hiks-hiks-"
Bersambung...