Seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang mempunyai kepribadian yang ceria dan selalu tersenyum.
seketika semuanya berubah ketika dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan CEO yang sangat kejam dan tak tau belas kasih.
Semua keceriaan nya dan senyum nya berubah menjadi tangisan.
hiks hiks kak jangan pukul aca"
aca terisak CEO yang telah menjadi suaminya , memukul nya tanpa belas kasihan.
apakah aca sanggup menghadapi CEO yang kejam , dingin dan tak berperasaan dan yang telah menjadi suami sah nya itu dengan belah kasihan .
Dan apakah aca bisa mengubah sifat dingin dan kejam suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25.KEMBALI SEKOLAH
CEO kejam suamiku - 25
KEMBALI SEKOLAH
.
.
.
.
.
.
.
.
Assalamualaikum semuanya ✨
Sebelum baca jangan lupa like dan komen ya dukungan kalian buat aku semangat nulis cerita 😚😋
🌤️☀️
Pagi itu, matahari perlahan menyinari jendela kamar mereka. Cahaya lembut masuk menembus tirai, menciptakan bayangan samar di dinding. Di tempat tidur besar dengan seprai putih bersih, Aca membuka matanya perlahan. Tubuhnya masih terasa sedikit lelah, tapi jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Di sampingnya, Aldo baru saja bangun. Ia duduk di pinggir ranjang, menoleh ke arah Aca dengan pandangan lembut yang tak pernah Aca bayangkan sebelumnya dari seorang Aldo yang dulu dikenal dingin dan arogan.
"Kamu yakin udah kuat ke sekolah hari ini?" tanya Aldo pelan, tangannya menyentuh dahi Aca untuk memastikan tak ada demam.
Aca mengangguk kecil. "Aca nggak mau ketinggalan pelajaran terlalu banyak. Lagian aca juga kangen sama temen-temen"
Aldo menghela napas pelan, lalu menatap Aca serius. "Hari ini kamu nggak usah masak atau siapin bekal ya, Saya udah mempekerjakan pembantu nama nya Mbok Wati dia yang akan siapkan semua"
Aca memandang suaminya dengan tatapan terharu. Dalam diam, hatinya dipenuhi rasa yang campur aduk. Dulu, lelaki ini begitu galak, begitu kejam. Tapi sekarang dia berubah, Aca hanya berharap sikap Aldo kepada akan bertahan selamanya.
Mereka pun bersiap-siap. Aca mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi. Rambutnya yang sempat kering karena sakit kini mulai terlihat sehat kembali, meski masih sedikit kusut. Aldo mengenakan setelan jas birunya yang elegan, rapi seperti biasa. Wibawanya tak pernah berkurang, bahkan saat ia tersenyum pun, tetap saja aura seram masih begitu terasa.
Saat mereka keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.
"Kamu jangan ikut-ikutan kegiatan berat dulu di sekolah. Kalau udah mulai capek, langsung istirahat, ngerti?" kata Aldo sambil menatap jalan.
"Iya, Aca ngerti" jawab Aca.
"Dan jangan bandel. Kalau kamu mulai nggak enak badan, langsung kabari saya. Saya nggak mau kejadian kemarin terulang."
Aca hanya tersenyum. Meskipun Aldo mengucapkannya dengan nada datar, tapi ia tahu kalimat itu penuh kepedulian.
Sesampainya di depan sekolah, Aca langsung disambut oleh sahabat-sahabatnya tasya dan sila Mereka langsung memeluk Aca dengan wajah lega dan cemas bersamaan.
"Aca! Akhirnya kamu masuk juga!" seru sila.
"Kemarin-kemarin kamu ke mana aja sih? Kita khawatir banget!" sambung Tasya.
Aca tersenyum kecil. "Aca kemarin sempat dirawat di rumah sakit. Maaf ya, Aca nggak sempat ngabarin"
Mereka semua sontak kaget.
"Serius?! Kenapa nggak bilang dari awal? Kita sampai mikir yang aneh-aneh loh" kata sila sedikit kesal.
Aca menggigit bibir, menyesal. "Aca nggak mau kalian panik Lagian, Aca juga gak boleh pegang HP waktu itu kk Aldo nyuruh Aca untuk istirahat"
"Untung kamu udah baikan" ucap Tasya. "Oh iya, kamu tahu nggak? Minggu depan sekolah ngadain perkemahan tiga hari dua malam!"
Mata Aca langsung membulat senang. "Beneran? Wah, seru banget!"
"Iya! Tapi kamu beneran kuat ikut?" tanya sila sambil menatapnya dengan cemas.
Aca mengangguk pelan. "Aca kuat kok tapi aca minta izin dulu sama kk Aldo"
Mereka pun berjalan menuju kelas dengan tawa kecil di sela percakapan, membicarakan siapa yang bakal bawa kompor portabel dan siapa yang bertanggung jawab urusan logistik tenda.
Sementara itu di kantor Aldo, seorang pria tinggi dengan kemeja digulung hingga siku dan wajah penuh tanda tanya tengah berdiri di depan meja kerja Aldo. Dimas sekretaris sekaligus sahabat lama Aldo, memandang sang CEO dengan tatapan serius.
"Lo akhirnya nongol juga" kata Dimas sambil menyilangkan tangan.
Aldo menoleh sejenak, lalu kembali menaruh laptop di atas meja. "Ada apa?"
Dimas berjalan mendekat. "Gue cuma heran. Lo biasanya orang yang nggak pernah bolos, bahkan waktu lagi sakit lo tetep dateng ke kantor. Tapi kemarin? Lo ilang berapa hari, Dan Cuma nitip kerjaan lewat sekretaris."
Aldo mendesah pendek. "Aca sakit Dirawat di rumah sakit, jadi saya harus jagain dia"
Dimas tampak syok. "Lo? Jagain istri lo sampai nggak ke kantor? Sejak kapan lo berubah gitu?"
"Saya juga heran" jawab Aldo sambil menatap jendela kantor yang tinggi. "Tapi waktu saya liat dia nggak sadar dan tubuhnya lemah saya ngerasa kayak ada yang hilang dari hidup saya. Saya nggak bisa kerja tenang waktu dia terbaring kayak gitu."
Dimas menghela napas, mencoba memahami. "gue pikir pernikahan kalian tuh cuma formalitas doang"
Aldo tersenyum miris. "Mungkin saya salah selama ini. Tapi saya pikir dengan ngejaga jarak, saya bisa tetep fokus sama kerjaan dan nggak terlalu terikat. Tapi ternyata saya salah semakin saya menjauh semakin saya makin memikirkan nya"
Dimas menatapnya lekat-lekat. "Lo cinta sama dia?"
Pertanyaan itu membuat Aldo terdiam. Ia memejamkan mata sebentar, lalu menjawab pelan. "Saya nggak tahu ini cinta atau apa. Tapi yang jelas, saya nggak bisa ngelepas dia"
Dimas hanya mengangguk pelan. Ia tahu, sahabatnya yang selama ini keras kepala, akhirnya mulai membuka hati.
"Lo tahu Al" kata Dimas sebelum keluar ruangan, "kalau lo sampai kehilangan dia karena sikap dingin lo yang dulu dan sikap lo yang gak jelas memilih siapa yang ada di hati lo. lo bakal nyesel seumur hidup."
Aldo menatap punggung Dimas yang berjalan keluar. Ia terdiam dan berpikir apa yang di katakan Dimas tadi.
Isi dong Kata-kata dari kalian untuk hari ini ges😋
Please vote, follow, dan komen ya...
Soalnya autor udah mulai ngomong sendiri depan monitor, nanya:
“Apakah mereka suka? Kenapa nggak ada komen?” 😩💔