Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Mentemen, maafin ya kemarin libur, karena setiap hari Senin aku anterin anak aku terapi, anakku dua duanya mengidap hal yang sama jadi kebayangkan capenya tiap hari Senin. Jadi aku libur setiap hari Senin. Tapi rasa lelahku terobati ketika melihat komen yang 200. Tadinya aku mau up 2 bab, tapi lihat komen yang banyak jadi semangat lagi sampa aku up 3 bab, dan satu babnya panjang-panjang. Aku cuman minta libur setiap hari Senin aja ya, ijin sama kalian untuk menemani anakku terapi.
Boleh Dong kasih komen yang banyak lagi. Yuk bisa yuk tembusin komen 200. Aku up 3 bab ya sekarang dan di bab akhir ada kejutan lagi.
"Pa-paman, paman salah, ini bukan anak Joseph, ini anakku dan suamiku,'' jawab Jena sebisa mungkin dia menghindar, walaupun sekarang dari raut wajah Zico, Zico tampak tidak percaya dengan apa yang dia katakan.
mendengar jawaban Jena yang masih mengelak, Zico langsung menoleh ke arah Soraya yang berada di belakang tubuh Jena, dan ketika melihat keadaan Soraya yang memakai kursi roda, Zico juga cukup terkejut.
''Jena ayo kita bicara sebelum paman mengambil keputusan, paman tau, kau mengalami hal yang sangat besar sampai kau berada di sini, jika kau tidak mau berbicara paman akan mengambil keputusan sepihak.'' Mata Jena membulat mendengarnya ancaman Zico sedangkan Zico sebenarnya tidak berniat untuk mengancam Jena hanya saja jika Zico tidak mengancam Jena mungkin Jena tidak akan mau mengaku.
hingga pada akhirnya Jena setuju untuk berbicara dengan Zico, dia yakin sekuat apa pun dia menghindar, pasti Zico akan mengejarnya dan mencari tau tentang Haura.
Dan sekarang di sinilah mereka berada, di sebuah hotel yang tak jauh dari tempat tadi mereka bertemu, Zico mengajak Jena, Soraya dan Haura ke hotel tempat dia menginap.
Ketika berjalan, Haura di gendong oleh Zico, sedangkan Jena mendorong kursi roda Soraya. Mata Jena berkaca-kaca ketika Haura Mau digendong oleh Zico. Padahal Haura tidak pernah mau dekat dengan siapapun, bahkan Butuh waktu yang lama untuk Haura dekat dengan terapisnya, tapi barusan ketika Zico akan menggendongnya, Haura malah mendatangi ZIco secara sukarela tanpa paksaan.
“Jena, aku tunggu di sini saja, kau masuk saja ke dalam," ucap Soraya ketika ada di depan kamar yang ditempati oleh Zico, sedangkan Zico dan Haura sudah masuk ke dalam kamar
“Kenapa?” tanya Jena. Saat ini Soraya masih trauma ketika dia bertemu dengan ayah angkatnya, bisa saja Helmia menyuruh orang untuk mengikuti Zico, dan akan melaporkan bahwa Zico bertemu dengannya dan dia tidak mau Helmia berpikiran buruk lagi padanya.
“Ini urusan kalian, jadi aku tunggu saja di sini," balas Soraya. “Sudah cepat masuk!”
Melihat ketidaknyamanan Soraya, Jena pun terpaksa mengangguk. ”Tunggu di sini, jangan kemana-mana, aku tidak akan lama," jawab Jena dan setelah itu, Jena Langsung masuk ke dalam dan ketika masuk ke dalam, mata Jena kembali berkaca-kaca ketika terdengar suara Haura menjawab pertanyaan Zico.
“Kau tunggu di sini dulu oke, kakek harus berbicara dengan ibumu," ucap Zico, hingga Haura mengangguk. Lalu setelah itu Zico menyusul Jena yang sudah duduk di sofa, hingga kini keduanya duduk berhadapan.
“Paman yakin ada hal yang tidak terduga yang terjadi sampai kau pergi sejauh ini dan Paman yakin ini ada sangkut pautnya dengan Joseph?" Tanya Zico, hingga Jena menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Sepertinya dia harus mengatakan dari awal sampai akhir, dari mulai dia mengaku hamil sampai Josep mengusirnya.
“Katakan Tidak usah ragu, Paman akan melindungimu jika terjadi sesuatu."
“Paman Sebenarnya aku bingung mulai dari mana. Tapi semua bermula saat aku Josep tidur bersama tanpa sengaja, hingga pada akhirnya aku mengandung Haura, dan ketika aku jujur aku mengandung, Joseph tidak mau bertanggung jawab, dia menyuruhku untuk menggugurkan anak yang saat itu aku kandung dan juga ....” Jena menghentikan ucapannya sejenak, dia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, membahas ini rasanya begitu menyakitkan karena mengungkit luka lama.
Sedangkan Zico membulatkan matanya ketika mendengar hal seperti ini, dia tidak percaya putranya akan bersikap dengan pengecut. ”Paman apa Paman tidak percaya padaku?” tanya Jena ketika melihat raut wajah Zico.
“Tidak tidak, bukan begitu. Paman hanya tidak menyangka dengan sikap Joseph yang begitu pengecut. Ayo lanjutkan!”
''Awalnya tidak ada yang tau aku hamil termasuk keluargaku, jadi aku berpikir aku bisa menjalani hariku dengan enjoy, karena aku yakin keluargaku tidak akan tau dan tidak pernah perduli tentangku. Tapi ternyata aku salah, mereka mengetahuinya dan menyuruh aku untuk menggugurkan Haura. Namun beruntung aku masih kabur dari kejaran ayahku, Paman saat itu dokter mengatakan bahwa anakku mengalami down syndrome, hingga aku memutuskan untuk mendatangi KA Joseph ....”
Dan pada akhirnya, Jena menjelaskan semuanya, tidak ada yang terlewat sedikit pun. Wanita cantik itu menceritakan semuanya dengan tangis yang berlinang karena benar-benar merasa sesak ketika harus mengungkit luka lama.
jantung Zico terasa di remas ketika mendengar semua ucapan Jena, dia benar-benar tidak menyangka putranya seberengsekk ini. Zico bangkit kemudian dia mengambil tisu untuk Jena, dan setelah itu dia menoleh ke arah Haura.
Dada Zico terasa sesak ketika melihat cucu pertamanya, dia sama tidak mengeluh tentang kondisi cucunya, yang membuat Zico sedih adalah dia baru mengetahui tentang cucunya sekarang.
Zico bangkit dari duduknya, kemudian dia menghampiri Haura. “Mau tidur bersama kakek sekarang?" Tanya Zico, Haura tidak menjawab, tapi raut wajah Haura tampak terlihat sendu, seperti menanggung luka yang sangat hebat.
Dan tanpa sadar, bulir bening bening terjatuh dari pelupuk mata Zico.
“Paman, maaf Haura tidak pernah bisa tidur di tempat lain," ucap Jena. Hingga Zico menoleh.
“Bolehkah paman menghabiskan waktu dengan Haura besok, paman berjanji paman tidak akan mengambil Haura darimu." Zico menatap Jena dengan tatapan memohon, sebab tadi Jena mengatakan agar dia merahasiakan tentang Haura pada siapa pun dan Zico setuju, dia tidak ingin membuat Jena tertekan dia mempunyai cara tersendiri untuk membuat Joseph tau tentang Haura.
“Hmm, paman, silahkan.”
Zico maju ke arah Jena, kemudian dia membawa Jena kedalam pelukannya.
Dan ketika Zico memeluknya, tangis Jena kembali pecah, kali ini Jena menangis dengan kencang, dia selalu berharap Alan memeluknya seperti ini, tapi sekarang malah Zico yang memeluknya
“Terimakasih sudah menjaga cucu paman dengan baik, Terim kasih sudah bertahan sekuat ini, kini giliran paman yang menjaga kalian.”
Jena melepaskan pelukannya, kemudian dia berusaha menguatkan dirinya. “Paman, tolong jangan benci Soraya lagi, jika tidak ada Soraya, aku dan Haura tidak akan seperti ini. Soraya rela menunda keinginannya dan rela melakukan apa pun demi kesembuhan Haura, dia duduk di kursi roda karena menyelamatkan Haura, dan dia memilih untuk tidak melakukan pengobatan agar Haura bisa terus berobat.”
Belum cukup rasa sesak yang di rasakan Zico karena Jena dan Haura, dia kembali di buat sesak dengan ucapan Jena tentang Soraya. Selama 12 tahun ini, setelah semuanya Terbongkar dia dan keluarganya membuang Soraya begitu saja, karena mereka berpikir ingin menjaga perasaan Gueen.
Dan bahkan ketika Soraya menghilang 5 tahun lalu, dia dan Helmia sama sekali tak perduli dan bahkan ketika Gueen meminta tolong untuk mencari Soraya, Zico hanya mengiakan tanpa bergerak mencari Soraya. Dan lihatlah, ternyata putri angkatnya sama sekali tidak dendam dan malah ikut merawat cucunya.
Gila part ini sedih banget
***