Lisna seorang istri penyabar dan tidak pernah mengeluh pada sang suami yang memilih menganggur sejak tahun ke tiga pernikahan mereka. Lisna dengan tulus menjadi tulang punggung keluarga.
Setelah tujuh tahun pernikahan akhirnya sang suami terhasut omongan ibunya yang menjodohkannya dengan seorang janda kaya raya. Dia pun menikahi janda itu atas persetujuan Lisna. Karena memang Lisna tidak bisa memberikan suaminya keturunan.
Namun istri kedua ternyata berhati jahat. Dia memfitnah Lisna dengan mengedit foto seakan Lisna sedang bermesraan dengan pria lain. Lagi lagi suaminya terhasut dan tanpa sadar memukul Lisna bahkan sampai menceraikan Lisna tanpa memberi kesempatan Lisna untuk menjelaskan.
"Aku pastikan ini adalah air mata terakhirku sebagai istri pertama kamu, mas Fauzi." Ujarnya sambil menghapus sisa air mata dipipinya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Saksikan di serial novel 'Air Mata Terakhir Istri Pertama'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Elang
Lima jam lamanya Lisna tidak sadarkan diri. Tubuhnya yang terluka kini terbaring di ranjang kamar VIP rumah sakit. Pemilik mobil yang ditabraknya membawa Lisna ke rumah sakit dan membayarkan semua tagihan pengobatannya termasuk kamar VIP tempatnya dirawat.
"Bagaimana keadaannya, Dokter?"
Suara itu milik pria tinggi berbadan tegap dan memiliki wajah yang tampan. Dari tampilannya dia tampak seperti seorang selebritis atau mungkin malah seorang CEO.
"Pasien masih belum siuman. Berita baiknya, semua anggota tubuhnya baik baik saja, hanya ada beberapa luka ringan di bagian lengan, lutut dan dahinya. Jika pasien siuman, dia bisa langsung di bawa pulang." Ungkap dokter menjelaskan.
"Syukurlah. Terimakasih banyak, Dokter."
Dokter itu pun pergi setelah memastikan keadan Lisna baik baik saja. Sementara pria gagah itu masih setia duduk di kursi tunggu tepat di depan ruangan tempat Lisna dirawat.
"Aku harus menelpon mama."
Dia mulai sibuk menatap layar handphone-nya, lalu beberapa saat kemudian handphone itu dia dekatkan ke telinganya.
"Ma, aku dirumah sakit." Ucapnya bicara melalui sambungan telepon.
"Aku baik baik saja, ma. Cuma tadi ada yang menabrak mobilku dari belakang, pengendara motor. Nah aku membawanya ke rumah sakit…"
Wajah pria itu bertambah gagah saat dia tersenyum mendengar ocehan mamanya di seberang sana.
"Dia kak Lisna, ma."
Pria itu mengenal Lisna. Itulah alasannya membawa Lisna ke rumah sakit dan menempatkan Lisna di ruangan VIP.
"Iya, mama kesini saja. Aku tunggu.."
Panggilan berakhir. Pria itu kembali duduk di kursi tunggu.
"Apa aku masuk saja ya?"
Pria itu akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar tempat Lisna di rawat. Dan saat dia tiba di dekat ranjang Lisna, mata yang tadi tertutup rapat itu perlahan terbuka.
Mata yang sudah terbuka lebar itu, mengedip beberapa kali menatap langit langit kamar tempatnya terbaring. Lalu pandangan itu dibawanya untuk menatap sosok pria tinggi yang berdiri di ujung ranjangnya.
"Apa saya dirumah sakit?" Tanya Lisna dengan suara serak dan lemas.
"Siapa kamu? Apa kamu yang membawa saya ke sini?" Ulang Lisna saat pria itu tak kunjung menjawab pertanyaanya.
"Apa kamu ingat beberapa jam lalu kamu menabrak mobil saya?"
Lisna mengedipkan beberapa kali matanya, dia tampak mencoba mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.
"Jadi saya menabrak mobil kamu?" Lisna mencoba untuk duduk.
"Saya minta maaf, saya terburu buru hingga saya tidak menyadari ada mobil di depan.." Ucap Lisna meminta maaf atas kecelakaan yang terjadi.
Pria itu tersenyum dan sedikit terkekeh mendengar ucapan Lisna. Itu membuat Lisna bingung hingga matanya menatap wajah pria tampan itu.
"Apa kak Lisna mengingat siapa aku?"
Pertanyaan itu semakin membuat Lisna bingung dan terkejut karena pria itu bisa tahu namanya.
"Siapa kamu? Apa kamu mengenal saya?"
Pria itu tersenyum sambil melangkah mendekati ranjang Lisna.
"Sudah aku duga, kak Lisna pasti tidak akan mengenaliku lagi."
"Siapa kamu?"
Lisna menatap curiga pada pria itu yang kini sudah berdiri di samping ranjangnya.
"Aku El, kak."
Jawaban itu membuat Lisna mengingat kembali bocah SMP yang dulu membawakan semangkok bubur untuknya. Lisna tidak melupakan bocah itu. Hanya saja dia tidak bisa mengenali lagi wajah yang kini terlihat berubah itu.
"El?!"
"Iya kak. Aku El, Elang Pratama Putra."
"El." Ulang Lisna sambil mencoba mengingat bagaimana wajah bocah SMP yang bernama El itu.
Lisna menatap wajah itu seakan membandingkan wajah El yang diingatnya dengan wajah El yang sekarang.
Namun, tiba tiba suara nada dering handphone El mengganggu fokusnya. Sementara El langsung menjawab panggilan yang masuk ke handphonen-nya itu.
"Halo, bang!"
El tersenyum pada Lisna sebelum dia melangkah agak menjauh dari ranjang Lisna.
"Ok bang. Aku segera kesana.. iya, ini sudah mau jalan kok."
Panggilan berakhir dan El kembali mendekat ke ranjang Lisna.
"Kak, aku pergi dulu ya. Kakak tunggu saja dulu di sini, nanti mama yang jemput kak Lisna. Aku ada shooting iklan hari ini."
Tidak ada jawaban sama sekali dari Lisna. Dia hanya menatap punggung El yang sudah melangkah menjauh darinya hingga menghilang di balik pintu ruangannya.
*
*
*
Sebelum benar benar meninggalkan rumah sakit, El menemui dokter dan memerintahkan agar dokter memeriksa keadaan Lisna. Jika sudah di izinkan pulang, El meminta untuk jangan mengatakan pada Lisna dulu sebelum mamanya tiba menjemput.
Tapi, saat dokter masuk ke kamar itu untuk memeriksa Lisna, kamar itu sudah kosong dan ranjangnya pun tampak sudah rapi seperti tidak ada yang tidur di sana sebelumnya.
"Kemana pasiennya?"
Dokter memeriksa di kamar mandi dan juga setiap sudut kamar tapi tidak menemukan pasiennya, hingga membuatnya berlari keluar dari kamar itu dan memerintahkan suster untuk mencari Lisna.
Sementara Lisna sudah berhasil keluar dari rumah sakit. Meski dengan langkah yang sulit, karena luka di lututnya ternyata sangat sakit. Tapi akhirnya Lisna berhasil tiba di pinggir jalan raya, dia menghentikan angkot dan segera pergi dibawa oleh angkutan kota itu menuju alamat kontrakannya.
Saat Lisna pergi, seorang wanita setengah baya dengan stelan anggun namun menampakkan bahwa dirinya adalah seorang wanita hebat dan berkelas keluar dari mobil yang terparkir tepat di depan rumah sakit. Dia melangkah masuk ke rumah sakit dengan langkah pasti dan tatapan lurus kedepan. Semua atensi orang orang disana teralihkan padanya.
"Suster, dimana ruangan pasien atas nama Lisna yang bertanggung jawab atas pasien adalah putra saya Elang Prtama Putra." Wanita itu bertanya pada bagian resepsionis.
Sebentar suster itu tampak ragu untuk menjawab, tapi kemudian dia pun mengatakan yang sebenarnya.
"Maaf ibu, pasien yang ditanggung atas nama Elang Pratama Putra sudah pulang beberapa menit yang lalu. Pasien itu pergi secara diam diam."
"Apa? Bagaimana bisa kalian seteledor itu membiarkan pasien pergi dalam keadaan terluka!" Serunya marah.
"Maafkan kami ibu, ini pertama kalinya pasien kabur tanpa kami sadari."
Wanita itu hanya bisa mendengus kesal.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi."
Dia pun meninggalkan rumah sakit dalam keadaan kecewa karena tidak bisa menemui Lisna, seorang gadis malang yang dulu pernah ditolongnya.
Lalu, saat tiba di mobil dia menelpon putranya untuk mengatakan kalau Lisna sudah kabur dari rumah sakit. Pemberitahuan mamanya itu membuat Elang terkejut dan langsung memutar balik mobilnya yang tadi melaju menuju lokasi shooting.
"Kenapa dia suka sekali pergi begitu saja setelah di bantu." Gumamnya sedikit kesal.
Tangan kanannya fokus mengendalikan stir mobil, sementara tangan kirinya menekan tombol hijau di bagian depan mobilnya yang terhubung dengan salah satu aplikasi di handphone-nya untuk menghubungi seseorang.
"Halo, mbak. Kirim lokasi alamat rumah Lisna sekarang." Titahnya pada seseorang di seberang sana.
Begitu mendapatkan alamat rumah Lisna, mobilnya pun melaju kencang dengan kecepatan tinggi menuju rumah kontrakan Lisna.
.
.
...Hai teman teman 👋👋...
...Bantu beri dukungan untuk karya Author yuk. ...
...Jangan lupa kasih ratting, Like, Komen ...
...dan juga subcribe, yuk yuk 😁😘😍...
uh..ampun dah..
biarkan metrka berusaha dengan keangkuhanya dulu