Warning! Area 21+ yang masih di bawah umur harap tidak membaca novel ini. 🙏😁
Seorang gadis bernama Elisa yang punya segalanya dalam hidup, ia cantik, populer dan kaya raya. Hidupnya begitu sempurna, namun tak banyak yang tahu jika ia mempunyai trauma masa kecil karena penghianatan sang ayah yang menyebabkan ibunya meninggal bunuh diri.
Lima belas tahun berlalu. Sebelum sang ayah meninggal, beliau menulis sebuah surat wasiat yang bertuliskan bahwa seluruh harta kekayaannya akan jatuh ke tangan sang putri tunggalnya. Dengan syarat Elisa harus menikah dan melahirkan keturunan penerus keluarga.
Elisa yang tak percaya dengan adanya cinta sejati mulai mencari cara agar ia mendapatkan warisan tersebut. Dan saat itulah seorang pria sederhana muncul di hadapannya karena meminta Elisa membatalkan penggusuran pemukiman tempat pria itu tinggal.
"Aku akan membatalkan penggusuran itu dengan satu syarat, menikahlah denganku, setelah aku hamil dan melahirkan kamu akan aku bebaskan." Elisa Eduardo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.10 (Mulai akrab)
Reynald segera memakai jubah mandi yang malam tadi ia pakai. Setelah selesai ia kembali menghampiri Elisa yang masih setia menutup matanya. Melihat sang istri juga tak berbusana, ia meraih sebuah selimut untuk menutupi tubuh Elisa. "Sekarang buka matamu."
Elisa menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya. Matanya terbuka perlahan, yang pertama kali ia lihat adalah sang suami yang sedang duduk bersimpuh di hadapannya, ia sempat tertegun saat melihat senyuman Reynald, sampai akhirnya mulai tersadar. "Se-semalam apa yang terjadi?"
Reynald mengeryitkan keningnya saat mendengar pertanyaan Elisa, sampai akhirnya ia ingat bahwa semalam istrinya itu sedang dalam pengaruh alkohol hingga tak menyadari apa yang terjadi antara mereka. "Kamu benar-benar tidak ingat?
"Iya aku tidak ingat, sekarang kepala ku sakit sekali karena wine malam tadi. Kamu pasti memanfaatkan kesempatan untuk bermain-main dengan ku sampai tubuh ku terasa remuk seperti ini kan?"
"Ck, kamu pandai sekali memutar balikkan fakta. Aku tidak akan menceritakannya secara detail, tapi malam tadi akulah yang menjadi korban ... besok-besok jangan minum minuman haram itu lagi, bisa habis aku."
"Sebenarnya aku tidak siap, tapi aku harus melakukannya ... dan aku hanya bisa melalui semuanya saat aku dalam pengaruh alkohol. Jadi jangan melarang ku untuk meminumnya, karena dalam surat perjanjian kita, kamu hanya perlu menuruti kemauan ku tanpa banyak bertanya."
Mendengar ucapan Elisa, Reynald menjadi semakin pensaran dengan perjalanan hidup istrinya itu selama ini. Di luar terlihat begitu dingin dan tangguh namun sebenarnya Elisa tetaplah seorang wanita yang mempunyai sisi rapuhnya sendiri. "Baiklah terserah kamu saja."
Elisa menghela napas panjang kemudian mencoba untuk berdiri dari posisinya. Namun lagi-lagi rasa nyeri itu kembali terasa. Ia kembali terduduk di atas lantai. "Sakit, sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan, kenapa bagian itu sakit sekali!"
"Maaf, aku melakukannya dengan perlahan tapi kamu meminta aku agar ... ahk sudahlah, mungkin ini karena pertama kalinya kamu melakukan hal itu, jadi akan sedikit sakit tapi lama-lama akan terbiasa, memangnya kamu mau kemana sekarang?"
"Aku mau ke toilet," ucap Elisa pelan. Entah kemana wajah sangarnya tadi.
Reynald mendekati Elisa dan langsung membawanya ke dalam gendongan. "Kalau begitu aku antar kamu ke toilet."
"Turunkan aku! Aku bisa sendiri." Elisa membulatkan mata saat Reynald tiba-tiba saja Reynald menggendongnya ala bridal style.
"Yakin bisa? Tadi saja kamu terjatuh saat mencoba berjalan. Mulai sekarang sampai ... pernikahan ini berakhir, kamu tidak boleh gengsi dengan ku." Reynald melangkah menuju kamar mandi dengan menggedong sang istri.
Sepanjang perjalanan ke toilet, Elisa terus memandangi wajah Reynald. Sedikit demi sedikit ia mulai mengenal sisi lain dari suami sewaannya itu. Kamu benar cepat atau lambat, pernikahan ini akan berakhir dan aku harus menjaga hati ku agar tidak terbuai, meski kamu baik tapi kamu tetaplah seorang laki-laki sama seperti, papa. Batin Elisa.
...**...
Ruang makan Mansion.
Sekitar pukul satu siang. Elisa dan Reynald menikmati makan siang bersama. Kepala pelayan Nini dan pelayan lain berjajar rapi di belakang kursi Elisa dan Reynald.
"Apa setiap makan, mereka selalu berdiri seperti itu?" tanya Reynald berbisik kepada Elisa.
"Sejak dulu memang seperti itu, mulai sekarang hingga akhir, kamu harus membiasakan diri. Beginilah kehidupan seorang ratu seperti ku," ucap Elisa yang terlihat santai.
"Ya ya anda memang seorang ratu Nona Elisa yang terhormat," ucap Reynald lalu kembali melahap makanannya yang tersisa.
Elisa hanya tersenyum seraya menggeleng perlahan saat mendengar ucapan Reynald. "Hari ini kamu mau ke bengkel?"
"Iya, bolehkan?"
"Boleh saja, aku sudah bilang tidak akan melarang dan mengganggu perkejaaan kamu jadi pergi saja, pulanglah sebelum jam lima sore."
"Terimakasih, kamu sendiri tidak ke perusahaan?"
"Aku bisa libur kapan saja aku mau, kamu lupa aku siapa."
"Saat aku bekerja keras demi uang receh, kamu bisa hidup enak seperti ini. Ternyata kita memang berbeda."
"Hey apa maksud mu? Kamu tidak tahu saja apa yang aku lalui di masa lalu."
"Memangnya apa? coba cerita."
"Rahasia, itu privasi you now?"
Makan siang kali ini nampak berbeda dari biasanya. Kepala pelayan Nini, yang berdiri di belakang Elisa nampak tersenyum saat melihat Nona mudanya itu bisa berinteraksi dengan baik dengan orang lain.
Sudah begitu lama mansion itu terasa suram. Namun semenjak kedatangan Elisa kembali setelah belasan tahun dan juga hadirnya Reynald, semua menjadi lebih hidup. Melihat kedekatan Nona dan Tuan, saya hampir tak percaya kalau ternyata kalian hanya bersandiwara, batin Kepala pelayan Nini.
...**...
Setelah selesai makan siang, Reynald berangkat menuju Bengkel. Tadinya ia hendak naik taksi namun Elisa memintanya untuk memakai salah satu mobil yang terparkir di garasi. Awalnya ia menolak, namun karena paksaan akhirnya ia memilih salah satu mobil yang menurutnya paling sederhana.
Sesampainya di depan bengkel, Reynald langsung beranjak turun. Jack menghapiri dan langsung memeluknya dengan erat. "Wehehe, ku pikir mobil siapa ternyata kamu Rey ... wah baru sehari kamu nikah udah bawa mobil keren gini."
"Bukan mobil ku, Elisa yang maksa buat pake ni mobil. Oh iya, Melvin kuliah ya hari ini?"
"Iya, pagi-pagi udah pergi tu anak. Btw kamu ngapain ke sini, masih pengantin baru juga."
"Mau kerja lah, Elisa juga nggak masalah." Reynald melangkahkan kakinya masuk ke bagian dalam bengkel dan langsung duduk di sofa lusuh kesayangannya.
Jack yang terlihat antusias langsung menghampiri dan ikut duduk di samping Reynald. "Gimana MP-nya lancar?"
Reynald menoleh kearah Jack dengan kening mengkerut. "MP apaan?"
"Yaelah, malam pertama kamu gimana, ayo cerita aku penasaran."
"Lancar kok lancar."
"Wah gimana rasanya, enak gak?"
"Kepo! Jomblo nggak boleh banyak tau, nanti mau gimana?"
"Parah, ngatain teman sendiri."
Reynald hanya terkekeh seraya menggeleng perlahan. Tawanya terhenti saat melihat sebuah mobil memasuki area bengkel. "Udah jangan cemberut, tuh ada customer." Reynald beranjak dari tempat duduknya, lalu menghapiri mobil itu.
Senyumnya perlahan surut saat melihat orang yang keluar dari mobil itu adalah Sofia dan tunangannya Diki. Tiba-tiba sekujur tubuhnya terasa lemah tak bertumpu. Saat wanita yang sudah mengabaikan perasaannya datang dengan pria lain.
"Hy Rey, Diki mau ganti oli mobilnya dan aku rekomendasiin bengkel ini," ucap Sofia kepada Reynald.
"Oh begitu, bisa kok," ucap Reynald yang berusaha menahan perasaannya.
"Apa kabar Rey, lama tidak bertemu," ucap Diki seraya mengulurkan tangannya ke hadapan Reynald.
"Baik, oh iya selamat atas pertunangan kalian. Maaf aku sedikit sibuk jadi tidak sempat datang," ucap Reynald.
Reynald benar-benar tidak menyangka jika Sofia akan kembali kehadapannya setelah apa yang telah terjadi. Luka yang belum sembuh kembali menganga tak kala melihat kemesraan Diki dan Sofia.
Jack yang duduk di sofa hanya memandangi dengan perasaan kesal. Ia tidak habis pikir, kenapa Reynald masih saja bersikap baik setelah, perhatian dan penantian berakhir sia-sia.
Reynald adalah devinisi menjaga jodoh orang lain selama bertahun-tahun. Berpura-pura tegar itu tidak mudah tapi Reynald sudah terbiasa. Cepat atau lambat luka itu akan pulih sendiri, mungkinkah kehadiran Elisa mampu menggantikan posisi Sofia di hati Reynald?
Bersambung 💓