Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Setelah Rafan mendapatkan tantangan melukis menggunakan benang, Rafan jadi memiliki ide untuk melukis menggunakan cangkang telur.
Otaknya berpikir cepat untuk menemukan ide tersebut. Namun ia Meluangkan waktu, karena melukis dengan cangkang telur menggunakan keterampilan khusus. Juga ketelitian dalam merangkai cangkang telur tersebut.
Rafan kembali berpindah ke tempat lain. Ia berhenti di tempat yang cukup sepi untuk mencari inspirasi untuk lukisan nanti.
"Wah di sini rupanya," kata Farrel.
Ya, Farrel sudah keliling-keliling mencari Rafan. Namun baru di temukan nya.
"Ngapain ke sini?" tanya Rafan dengan nada dingin.
"Dingin ya, apa sekarang sudah dekat musim salju?" tanya Farrel menggoda Rafan.
"Indonesia mana ada musim salju, lagian ada-ada saja," jawab Rafan.
"Habisnya dingin banget saat aku datang," ujar Farrel.
"Au ah gelap," ujar Rafan pula.
Farrel tertawa mendengarnya. Ia paling suka menggoda Rafan. Namun begitulah mereka, persahabatan mereka tetap langgeng dari kecil hingga dewasa.
Walau pun ada kalanya saling ejek, saling goda bahkan saling marahan, namun semua itu tidak lama.
Tapi kini mereka jarang bersama karena kesibukan masing-masing. Farrel dengan pekerjaannya, Rafan juga dengan sama.
"Bro, aku tantang kamu melukis tembok itu," kata Farrel.
"Hadeh nih anak, mau nantangin. Pulang sana, ngapain juga mangkal di mari?"
Farrel bukannya marah, ia malah tertawa saja. Semakin Rafan sewot, semakin ia suka.
"Tolong, tolong...!" Terdengar suara teriakan minta tolong.
Rafan dan Farrel sontak menoleh ke arah suara. Rafan langsung bangkit dari duduknya dan berlari ke arah suara.
Sedangkan Farrel masuk ke dalam mobil langsung menghidupkan mesin mobilnya dan melaju ke arah yang sama.
Melihat pengendara motor hendak kabur, Farrel langsung menghalanginya dengan mobil.
Ya, suara minta tolong itu adalah seorang wanita yang motornya di begal. Pembegal itu lalu kabur setelah berhasil mengambil tas dan juga motor wanita itu.
Beruntung Farrel bergerak cepat dengan mobilnya untuk menghadang pembegal itu. Sementara Rafan yang berlari juga mengejar pembegal itu.
"Mau lari ke mana kalian?" tanya Rafan.
Dua pembegal itu saling pandang. Kemudian keduanya putar balik, namun Farrel yang berada di dalam mobil pun menabrak motor salah satu hingga tumbang.
Yang satunya hendak kabur, namun Rafan dengan cepat menangkap baju pembegal itu dan menariknya. Alhasil pembegal itu juga ikut jatuh.
"Mau di apakan mereka?" tanya Farrel.
"Apalagi, hajar!" Rafan memberikan bogem mentah kepada pria itu beberapa kali. Hingga hidung dan mulutnya berdarah.
Farrel juga tidak mau kalah, ia menghajar yang satunya hingga babak belur. Barulah mereka menghubungi polisi.
"Ampun, tolong jangan laporin ke polisi," ucapnya lirih.
"Kalau tidak begitu, kalian tidak akan kapok," ujar Rafan.
Tidak berapa lama polisi pun datang dan membawa kedua pria itu. Motor mereka juga ikut di bawa. Hanya motor wanita tadi yang di kembalikan.
"Terima kasih Dek," ucapnya.
"Lain kali hati-hati Mbak," ujar Rafan. Wanita itu mengangguk. Dia membuka dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang.
Rafan sempat melirik, jika uang wanita itu juga tidak banyak. Tapi masih ingin memberi Rafan sebagai ungkapan rasa terima kasih.
"Dek, ini sebagai ungkapan rasa terima kasih karena sudah menolong," kata wanita itu.
"Tidak usah Mbak, kami ikhlas kok," ujar Rafan.
Rafan berpikir wanita itu lebih membutuhkan daripada dirinya. Seandainya wanita punya banyak uang pun, Rafan tetap tidak mau menerimanya.
Wanita itu sekali lagi berterima kasih. Kemudian dia pun pergi dengan membawa motornya.
Hari semakin siang, sebentar lagi akan masuk sholat zuhur. Rafan dan Farrel pergi ke masjid terdekat dari situ.
Begitulah mereka, jika sudah tiba waktunya sholat. Di manapun berada mereka akan tetap sholat.
Setelah selesai, Rafan ingin makan siang. Farrel hanya mengikutinya dari belakang ke manapun Rafan pergi.
Hingga mereka tiba di tempat kediaman Lestari. Lestari tersenyum melihat sang kekasih datang.
Namun Lestari mengerutkan keningnya saat melihat mobil yang datang bersama Rafan.
"Wah ganteng banget," ucap salah satu ibu-ibu yang ada di situ.
Yang lain juga ikut menoleh ke arah Rafan dan Farrel. Keduanya memang memiliki wajah yang tampan.
Jadi tidak heran jika ibu-ibu di sini terpesona. Sebenarnya banyak para wanita yang mengagumi Farrel dan Rafan. Hanya saja keduanya bukan orang yang suka ambil kesempatan.
"Mau makan di sini Mas?" tanya Lestari pada Rafan. Lestari tahu jika Rafan pasti belum makan.
"Iya sayang," jawab Rafan. Para ibu-ibu melongo saat salah satu pemuda memanggil Lestari sayang.
"Mas, depan orang jangan seperti itu," ucap Lestari pelan. Rafan hanya tersenyum tipis dan tidak lagi berucap.
"Hmmm, sayang-sayangan di depan orang jomblo, ngenes banget nasib ku," ujar Farrel.
"Kamu saja yang jomblo, makanya cari cewek sana," kata Rafan.
"Saya punya anak gadis Mas," sahut seorang wanita menawarkan putrinya.
"Saya juga punya Mas," sahut yang lainnya juga ikut menawarkan putrinya.
"Tidak Bu terima kasih," ucap Farrel menolak.
Setelah Lestari selesai melayani ibu-ibu itu, Lestari pun melayani Rafan dan Farrel. Namun para ibu-ibu tidak mau beranjak dari situ.
Mereka malah betah berlama-lama melihat dua pemuda itu. Sampai Lestari mengingatkan jika suami mereka menunggu di rumah, barulah mereka pergi.
"Sayang, nanti cangkang telur jangan di buang ya, simpan untuk ku," kata Rafan.
"Untuk apa Mas? Tapi cangkang nya hancur saat di kupas," ujar Lestari.
"Tidak apa-apa sayang," ujar Rafan. Lestari mengangguk, walau pun dia tidak tahu untuk apa cangkang telur itu?
"Mas Farrel juga ikut melukis" tanya Lestari.
"Tidak, aku kurang hobi melukis. Walau pun mama seorang pelukis," jawab Farrel.
"Dia bos besar, mana mau menjadi pelukis," ujar Rafan.
Farrel menyangkal, karena ia memang tidak hobi sejak kecil. Dan juga Farrel tidak memiliki bakat seperti Rafan.
Walau pun saat di minta untuk menggambar, Farrel tidak terlalu senang. Jadi ia menggambar asal-asalan saja.
Setelah mereka selesai, Lestari segera menutup kiosnya. Kebetulan dagangan juga sudah habis.
Farrel pamit pulang duluan, ia tidak ingin berlama-lama di sini yang membuat jiwa jomblo nya meronta. Walau pun Rafan dan Lestari tidak terlihat mesra.
"Mas, boleh tanya sesuatu?" tanya Lestari.
"Silakan, apa yang ingin kamu tanyakan sayang?"
Lestari menghela nafas panjang sebelum bertanya. Tiba-tiba timbul keraguan di dalam benaknya.
Rafan menunggu apa yang akan di tanyakan oleh Lestari? Namun setelah beberapa saat Lestari tetap terdiam.
"Kenapa? Apa ada yang mengganjal atau mengganggu pikiranmu?" tanya Rafan.
"Tidak ada Mas," jawab Lestari. Namun Rafan merasakan ada yang di sembunyikan oleh Lestari.
Rafan meminta Lestari untuk jujur. Biar bagaimanapun mereka adalah pasangan kekasih sekarang.
"Apa Mas benar-benar serius dengan hubungan ini?" tanya Lestari akhirnya.
"Serius. Kenapa?" tanya Rafan balik.
"Tapi Mas bilang belum ada rencana untuk menikah."
Rafan tertawa kecil, ternyata itu yang mengganjal di benak Lestari. Rafan menjelaskan sewaktu di tanya memang belum ada rencana.
Karena rencana pernikahan harus melalui persetujuan kedua belah pihak. Jadi Rafan tidak bisa memutuskan sendiri. Jawaban yang paling mudah menurutnya adalah belum ada rencana.
"Jika aku sudah ingin mengajakmu menikah, aku tidak perlu menunggu waktu lama-lama. Begitu aku melamar, kita akan langsung nikah. Apa kamu siap?" tanya Rafan menjelaskan.
Lestari terdiam, sejujurnya dia juga belum siap kalau seperti itu. Kemudian Lestari meminta maaf karena sudah salah sangka kepada Rafan.
nopi pagi bro