Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -
Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.
Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.
Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.
Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.
'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15 Degup Jantung Bertalu Merdu
Happy reading
Pagi seusai menunaikan ibadah sholat subuh, Firman sudah duduk di teras rumah. Ia menunggu kedatangan Dariel sambil menikmati kopi hitam dan roti Roma yang disajikan oleh Nisa.
Diliriknya detik mesin waktu yang melingkar di pergelangan tangan. Ternyata sudah menunjuk pukul setengah delapan pagi.
Itu berarti, sudah hampir dua jam ia duduk di teras menunggu Dariel yang tak kunjung menampakkan batang hidung.
Firman menghela napas panjang, lalu menyeruput kopi yang tinggal seperempat gelas.
"Selamat pagi, Yah."
Suara Dira membuat Firman sedikit terkejut. Ia menoleh, lalu menerbitkan sebaris senyum.
"Selamat pagi juga, Sayang. Sudah baikan?"
"Alhamdulillah sudah, Yah."
"Ayo duduk."
Firman menarik pelan tangan Dira dan memintanya untuk duduk di kursi. Dira pun menuruti. Ia menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi, bersebelahan dengan ayahnya.
"Kata Bunda, pagi ini Ayah dan Dariel akan pergi ke penjara untuk menemui Arga." Dira membuka obrolan.
"Iya, rencananya begitu. Tapi yang ditunggu belum datang. Padahal sudah hampir siang."
"Baru pukul setengah delapan, Yah. Mungkin dia sarapan dulu."
"Bisa jadi."
"Bunda juga bilang, Ayah ingin menghadiahi bogeman maut pada Arga. Benar begitu?"
Firman tertawa kecil. "Yang dibilang bundamu memang benar, Ra. Ayah memang ingin menghadiahi bogeman maut pada dokter be-jat itu. Biar dia kapok."
"Jangan berlebihan, Yah. Lagi pula, semalam dia sudah babak belur dihajar Dariel."
"Wah, bagus itu. Tapi Ayah rasa ... masih kurang."
"Kurang gimana, Yah? Dia dihajar sampai lemas lho."
"Ya kurang saja, karena Ayah belum ikut menghajar."
"Sudahlah, Yah. Jangan kotori tangan Ayah. Biar para penegak hukum yang membuatnya jera."
"Kamu percaya pada para penegak hukum di negeri kita?"
"Entahlah, Yah." Dira menjawab pertanyaan itu sambil mengendikkan bahu.
"Nah 'kan. Kamu pasti meragukan mereka. Sama seperti Ayah dan Dariel."
"Iya, Yah. Karena sering kali kita menyaksikan hukum yang tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas. Seperti yang dialami oleh beberapa pasien di Rumah Sakit Sehati, salah satunya Danis." Dira menjeda sejenak ucapannya, lalu menghela napas dalam.
Segumpal daging yang bersemayam di dalam dada terasa nyeri kala teringat nasib malang yang menimpa Danis. Seorang anak berusia sembilan tahun yang hampir kehilangan nyawa karena ditabrak oleh seorang putra pejabat.
Namun karena orang tua si penabrak sangat berpengaruh di negeri ini, para penegak hukum seolah tutup mata dan enggan turun tangan mengawal orang tua Danis yang ingin berjuang mendapatkan keadilan.
'Alangkah lucunya negeri ini. Anda punya uang dan jabatan, anda aman'.
"Saat ini, kita percayakan saja pada mereka, Yah. Entah mereka akan memberi hukuman yang setimpal pada Arga atau tidak, yang terpenting Dariel sudah memberinya efek jera. Selain menghajar Arga sampai babak belur, Dira yakin ... dia pasti mengerahkan kekuatan para netizen untuk menghukum Arga."
"Iya, tadi malam Dariel juga bilang seperti itu."
"Bukan hanya terkena sanksi sosial, karier Arga juga bisa hancur. Hukuman itu sudah cukup untuknya. Kasihan kalau Ayah menambah hukuman lagi, terlebih sampai membuatnya menghadap Illahi. Bukan dia yang jadi masuk bui, tetapi malah Ayah yang menggantikannya."
Ucapan Dira serasa menggelitik telinga, sehingga membuat Firman kembali tertawa kecil.
Namun memang benar yang diucapkan oleh putrinya itu. Jika ia menghajar Arga sampai kehilangan nyawa, bukan Arga yang jadi masuk penjara. Tetapi malah dirinya sendiri.
"Baiklah, Ayah tidak akan menghajarnya sampai menghadap Illahi. Cuma menyentil nya dengan tinju."
"Sama aja, Yah. Percayakan saja pada penegak hukum. Okey? Jangan kotori tangan Ayah."
"Hah, ya sudah. Ayah akan serahkan full pada penegak hukum dan kekuatan para netizen."
"Nah, gitu dong. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mempercayai para penegak hukum? Toh masih banyak penegak hukum yang jujur dan menjunjung tinggi keadilan."
"Ya, semoga saja demikian dan semoga Ayah tidak khilaf saat bertemu dengan dokter be-jat yang sudah berbuat jahat pada putri Ayah." Firman menarik kedua sudut bibirnya dan mengacak pelan rikma Dira.
Obrolan mereka terus berlanjut. Namun topik pembicaraannya beralih pada Dariel.
Firman membahas kesuksesan film yang diproduksi oleh Dariel dan rekan-rekannya. Film animasi karya anak bangsa yang trending hingga ke manca negara. Bahkan memiliki banyak penggemar, dari kalangan anak-anak hingga dewasa.
"Hebat banget dia. Ayah tidak pernah menyangka, Dariel memiliki potensi yang luar biasa."
"Iya, Yah. Dia memang hebat. Dari SMA, dia sudah hobi banget melukis dan menulis cerita."
"Hah, andai --" Firman urung meneruskan ucapannya sebab terdengar suara yang tak asing di telinga.
Suara itu berasal dari bibir Dariel. Pemuda yang ditunggunya sedari tadi.
"Assalamu'alaikum." Dariel menyapa dengan mengucap salam. Tanpa terlupa menyertainya dengan senyuman khas yang membingkai wajah.
Degup jantung bertalu merdu, ketika tanpa sengaja dua pasang mata saling bertemu.
Dira langsung mengalihkan tatap untuk memutus pandangan netra. Begitu juga Dariel karena ada Firman di sana.
🌹🌹🌹
Bersambung
sukses selalu buat Autor yg maniiiss legit kayak kue lapis.
apalagi aku..
itu memang nama perusahaannya..??
wawww
aku aminkan doamu, Milah
ya pastilah hasratnya langsung membuncah