Kedua anaknya yang kecil dibunuh, laki-laki itu juga tega menjual satu-satunya anak gadis yang dia miliki kepada seorang laki-laki kaya raya demi memuaskan keinginannya.
Pasrah. Cempaka harus rela menjalani pernikahan kontrak yang dirasa berat sebelah. Dia hanya perlu mengandung dan melahirkan anak untuk keluarga tersebut.
Perlakuan yang tidak adil seringkali ia dapatkan dari sang suami juga istrinya.
"Tugasmu hanya mengandung, dan melahirkan. Jangan pernah berharap lebih apalagi cinta suamiku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 18
Pagi-pagi buta Cempaka sudah membersihkan dirinya, setelah hampir semalaman tidur di sofa karena perintah Eva.
"Rasanya pegal semua badanku," keluh Cempaka seraya menuruni anak tangga menuju lantai satu. Seperti kebiasaan di rumahnya dulu, pagi buta dia akan menyiapkan sarapan.
"Astaga! Aku lupa menutupi ini," pekiknya saat melihat pantulan bercak merah di leher pada cermin. Ia menarik kerah kemeja ke atas menutupinya sebisa mungkin.
"Nona! Apa yang Anda lakukan di sini?" tegur Yudi begitu terkejut melihat Cempaka.
"Pak, apa Bapak tidak beristirahat? Kenapa sudah ada di dapur?" Bukan menjawab, Cempaka justru mengajukan pertanyaan lainnya.
"Astaga! Tentu saja saya harus menyiapkan sarapan untuk semua orang, Nona. Sebaiknya Anda tidak di sini karena tuan bisa marah kepada kami," protes Yudi cemas.
"Aku ingin memasak, atau membantu kalian. Tenang saja, jika tuan marah aku yang akan bertanggungjawab." Cempaka tersenyum, menghampiri Yudi yang tengah merajang bawang-bawangan.
"Bagaimana kondisi tuan? Apa demamnya sudah menurun?" tanya Yudi sedikit bergeser memberi ruang kepada wanita itu.
"Yah, sudah lebih baik dari pada semalam. Aku memberinya obat demam milikku," ujar Cempaka tanpa berdosa.
Yudi tercengang, seumur hidup Caesar tidak pernah menelan pil apapun selain yang diberikan dokter pribadinya.
Semoga tuan baik-baik saja.
Sesuai arahan dari Yudi, Cempaka belajar membuat makanan kesukaan Caesar. Diam-diam laki-laki paruh baya itu tersenyum, melihat betapa gigihnya ia mempelajari semua yang disukai dan tidak disukai suaminya.
Sudah lama tuan menginginkan istrinya yang memasak untuknya sewaktu-waktu.
Dia bergumam dalam hati, memperhatikan Cempaka yang masih terlalu muda untuk menjadi istri kedua. Usia mereka terpaut jauh, semoga Caesar bisa menyayanginya.
"Pak, coba Anda periksa. Apa sudah sesuai dengan selera tuan?" Cempaka meminta penilaian.
Yudi mendekat, melihat dan merasai masakan yang dibuat Cempaka. Ia tersenyum puas, wanita itu begitu cepat belajar.
"Sudah pas. Anda hebat, Nona," puji Yudi tak segan.
"Benarkah?" Cempaka sumringah.
Ia membantu menyusun makanan di atas meja, menatanya bersama para pelayan. Cempaka melirik jam di dinding, ada waktu sejenak untuknya bersiap, tapi ia enggan kembali ke kamar karena Eva di sana.
Cempaka memutuskan pergi ke halaman belakang, menghampiri tukang kebun yang sedang menata taman.
"Paman, boleh aku membantu? Aku hanya ingin menyimpan tanaman saja," ucap Cempaka tak malu-malu.
"Tidak perlu, Nona. Anda duduk saja di sana, biar saya yang menyelesaikan pekerjaan ini," tolak laki-laki itu membuat bibir Cempaka memberengut.
"Aku akan bosan jika hanya diam menonton, sedikit saja ya, Paman." Cempaka mengambil selang air dan mulai menyemprotkannya pada tanaman. Apapun dia lakukan, jika itu bisa mengusir rasa jenuh di hatinya.
Caesar membuka mata, mencari sosok Cempaka di kamarnya. Namun, hanya Eva yang dia temukan. Laki-laki itu berdecak, bangkit dari tidur sambil mengeluh.
"Kepalaku sedikit pusing." Ia memandangi tubuhnya. "Siapa yang memakaikan aku baju? Apakah dia ataukah Eva?" Caesar bergumam.
"Mm ... tentu saja aku, sayang. Siapa lagi? Dia sama sekali tidak peduli padamu. Kenapa kau bangun begitu cepat?" Suara parau Eva menyahut penuh percaya diri.
Ia beranjak duduk, membentang kedua tangan sambil menguap lebar. Tersenyum melihat Caesar yang duduk di tepi ranjang. Eva mendekat, memeluk laki-laki itu dari belakang. Sisa demam semalam masih terasa di kulitnya.
"Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" tanyanya dengan suara manja yang dibuat-buat.
Caesar menghela napas, mengangguk pelan. Ia tidak membalas pelukan itu juga tidak menolak.
"Sejak kapan kau ada di sini? Bukankah kau belum kembali saat aku pulang tadi malam?" tanya Caesar yang cukup menohok jantung Eva.
Ia tercenung sejenak, tapi kemudian tersenyum kembali, bahkan pelukannya semakin erat di pinggang laki-laki itu.
"Aku menunggumu di kamar, tapi kau tak kunjung datang. Aku putuskan ke sini untuk memeriksa, ternyata kau demam semalam. Perempuan itu diam saja dan tidak memberitahuku." Ia merajuk manja, menyudutkan Cempaka.
Caesar tak ingat apapun, terakhir kali yang dia lakukan adalah berendam bersama Cempaka setelah pertempuran.
"Kembalilah ke kamarmu. Aku ingin membersihkan diri," ucap Caesar seraya melepas lingkaran tangan Eva dan masuk ke kamar mandi.
Eva beranjak, itu sudah biasa dilakukan Caesar setelah demam. Ia kembali ke kamarnya membersihkan diri juga. Di tempatnya, Cempaka terpikir membangunkan mereka.
Ia beranjak meninggalkan halaman belakang, mengintip kamarnya sendiri sebelum masuk memastikan Eva telah tiada di dalam sana. Cempaka melirik kamar mandi di mana Caesar tengah membersihkan diri.
"Tuan! Anda sudah lebih baik?" Pertanyaan itu secara spontan terlontar dari lisan Cempaka begitu pintu kamar mandi terbuka.
Caesar memindai penampilan Cempaka, tak ada yang dia katakan selain menganggukkan kepala.
"Apa Anda akan ke kantor? Atau di rumah beristirahat?" Cempaka kembali bertanya, ia tetap bergeming meski Caesar datang mendekat.
"Tidak ada waktu untukku beristirahat," sahut laki-laki itu sedikit dingin, tapi terdengar menyedihkan di telinga Cempaka.
Wanita itu sigap membuka lemari, di kamarnya pun tersedia pakaian Caesar meski tak sebanyak di kamar Eva.
"Maaf, Tuan. Jika boleh saran, sebaiknya Anda istirahat saja di rumah untuk hari ini. Kesehatan jauh lebih penting dari apapun," ujar Cempaka setelah memeriksa suhu tubuh Caesar yang masih terasa hambar.
"Aku harus mencari uang, Cempaka." Ia mengenakan kemeja yang diberikan Cempaka.
Ada dua istri yang harus aku penuhi kebutuhannya. Caesar melanjutkan kalimatnya di dalam hati. Dia sudah mengakui Cempaka sebagai istri meski hanya di dalam hati.
Cempaka tersenyum, mendekat ke arah Caesar sambil membawa dasi di tangan. Ia membantu laki-laki itu memakai dasinya.
"Uang sangat mudah dicari, tapi kesehatan akan sulit kita raih kembali ketika sudah terserang penyakit. Sebaiknya istirahat saja barang sehari, bukankah Anda memiliki asisten yang bisa menggantikan pekerjaan Anda?" ucap Cempaka sambil merapikan lilitan dasi di leher suaminya.
Sebuah pekerjaan yang selama ini biasa dikerjakan oleh Yudi. Caesar tertegun, kemudian berbalik menatap cermin. Hatinya menghangat melihat hasil lilitan Cempaka di leher. Wanita itu tak lagi berkata-kata ketika Caesar tidak mendengarnya.
"Kau tidak sarapan?" tanya Caesar saat tiba di ambang pintu, dan Cempaka masih mematung di tempatnya.
"Aku akan menyusul, Tuan. Aku ingin membersihkan diri terlebih dahulu," jawab Cempaka membiarkan Caesar keluar terlebih dahulu.
"Kuharap Anda selalu baik-baik saja, Tuan. Diberikan kesehatan dan keselamatan." Cempaka berbalik masuk ke kamar mandi.
"Aamiin." Caesar bergumam tanpa suara, ia masih berada di pintu ketika Cempaka berdoa untuknya. Senyum Caesar terbit jauh lebih baik, menyusul kedua kakinya berayun menuruni tangga.
"Pagi, sayang!" Eva menyambutnya dengan kecupan. Keduanya bergandengan menuju ruang makan. Para pelayan sigap melayani, melakukan tugas mereka dengan sempurna.
Yudi membungkuk, berbisik di telinga sang tuan.
"Semua ini Nona yang memasaknya, Tuan." Ia kembali menegakkan tubuh tak berharap Caesar akan menanggapi.
Laki-laki itu tercenung, melihat hamparan makanan yang tersedia di atas meja makan. Secara tiba-tiba selera makannya bangkit, dia ingin mencicipi semuanya.
sungguh keren karyamu thor
pinter bangetttt alur cerita nya
apik n rapi😎😘
aq jd rada bingung dan berhrp ada clue, bahwa bayi cempaka alias. amanda itu disebut 2 namanya zia dan...?...tp ngk ada nama lain, trus bayi evan ..anaknya ani atau kembaran zia.....
liat cerita ttg ani, sepertinya evan bayi si ani, tambah lg tuan arya beda rasa sama bayi evan dan bayi zia...
lanjut thor...tp bikin jd jelas yaaaa
Tp endingnya sweet....
Ending yg manis....Memang Allah lebih tahu apa yg terbaik utk umatnya yg taat. Yg sepertinya buruk tak selalu berakhir dgn buruk pula, to satu yg pasti buah kesabaran akan berasa manis.....🙏🙏🙏
Terimakasih ceritanya Author, semoga selalu sehat, tetap semangat dalam berkarya 😍😍😍💪💪💪💪💪
Masih untung dikasih cek..