NovelToon NovelToon
Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Keluarga / Romansa / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:575.3k
Nilai: 4.3
Nama Author: Sadewi Ravita

Jika menurut banyak orang pernikahan yang sudah berjalan di atas lima tahun telah berhasil secara finansial, itu tidak berlaku untuk rumah tangga Rania Salsabila dan Alif Darmawangsa. Usia pernikahan mereka sudah 11 tahun, di karuniai seorang putri berusia 10 tahun dan seorang putra berusia 3 tahun. Dari luar hubungan mereka terlihat harmonis, kehidupan mereka juga terlihat cukup padahal kenyataannya hutang mereka menumpuk. Rania jarang sekali di beri nafkah suaminya dengan alasan uang gajinya sudah habis untuk cicilan motor dan kebutuhannya yang lain.

Rania bukanlah tipe gadis yang berpangku tangan, sejak awal menikah ia adalah wanita karier. Ia tidak pernah menganggur walaupun sudah memiliki anak, semua usaha rela ia lakoni untuk membantu suaminya walau kadang tidak pernah di hargai. Setiap kekecewaan ia telan sendiri, ia tidak ingin keluarganya bersedih jika tahu keadaannya. Keluarga suaminya juga tidak menyukainya karena dia anak orang miskin.
Akankah Rania dapat bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadewi Ravita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Mengancam Bunuh Diri

"Sayang, kenapa adik bisa sampai tenggelam tadi?" tanya Rania saat sampai di rumah.

Alisa diam dan menunduk, tampaknya gadis itu ragu untuk menjawab. Rania yang mengerti kegelisahan putrinya segera mendekat dan mengusap rambut gadis itu dengan lembut.

"Alisa jangan takut, kita harus berkata jujur karena Allah tidak suka kepada orang yang berbohong," ucap Rania lembut.

"Sebenarnya Bintang tidak tenggelam, hanya saja tadi dia sempat terjatuh. Tapi aku dan ayah segera menolongnya, Bintang hanya kaget sehingga sedikit menangis," jelas Alisa.

Astaga betapa teganya suaminya mengarang cerita, bahkan melibatkan putrinya yang masih kecil. Selama ini Rania tidak pernah mengajari kedua anaknya berbohong karena dirinya sendiri selalu berkata jujur, kedua orang tuanya selalu mendidiknya dengan benar.

"Alisa, kita tidak boleh berbohong dalam hal apapun. Siapapun yang mengajari kita untuk berbuat tidak baik, kita tidak boleh mengikuti. Lain kali harus selalu berkata jujur ya, Sayang,"

Rania berpesan dengan lembut, terkadang cara didik Rania dan suaminya memang berbeda. Walaupun orang tuanya di kategorikan kurang mampu, namun selalu mengutamakan pendidikan. Itu terbukti dengan lulusnya Rania menjadi seorang Sarjana Ekonomi, dan terbentuknya attitude nya yang baik. Itu mengapa wanita itu bisa mendidik anknya dengan baik pula.

Sedangkan Alif walaupun dari keluarga ekonomi menengah ke atas, dia hanya tamatan SMU. Sifatnya kurang bertanggung jawab dan lebih suka mengandalkan wanita, suka berbohong, dan sedikit pemalas. Sebenarnya dia pria yang baik, hanya saja berada dalam didikan yang salah.

"Iya Bu, maafkan Alisa ya. Tadi sebenarnya aku mau bilang, tapi ayah memberi kode untuk diam dan tidak ikut bicara,"

"Ya sudah, tidak apa-apa. Lain kali jangan di ulangi lagi ya, sekarang kamu istirahat saja. Tuh adik sudah tidur dari tadi, kalian pasti capek setelah berenang,"

Alisa menuruti ucapan ibunya, ia segera berbaring di sebelah Bintang. Rania ingin merebahkan diri juga, punggungnya serasa mau patah karena naik motor dari pagi dan berkeliling. Namun terdengar suara motor Alif di halaman, rasa tidak nyaman kembali menyelimuti hatinya.

"Rania, aku ingin bicara,"

"Sstt... jangan ramai. Anak-anak sedang tidur, lagian tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi,"

Rania tetap beranjak dan masuk ke dapur untuk minum, sedangkan Alif mengikuti langkah istrinya.

"Apa kamu sudah benar-benar tidak mencintai ku, Nia?"

"Menurut mu bagaimana, Mas?"

"Aku ingin jawaban dari mulut mu, aku tidak mau menduga-duga,"

Rania menghela napas kasar, ia tidak suka Alif terlalu mendesaknya. Sebenarnya ia tidak suka menyakiti perasaan seseorang, namun jika suaminya memaksa ia terpaksa mengatakannya.

"Aku sudah tidak memiliki rasa kepada mu, aku masih mengizinkan mu di sini hanya karena anak-anak. Aku tahu mereka perlu beradaptasi sebelum benar-benar kehilangan sosok ayah. Jadi aku mohon segera pergilah dari sini dan cepat ceraikan aku, Mas,"

Rania tidak dapat menutupi kesedihannya, ini adalah keputusan yang berat untuknya. 11 tahun bukan waktu yang singkat untuk berjuang, ia telah begitu sabar selama ini, bertahan menghadapi semuanya sendiri.

"Aku tidak menyangka akan semudah ini kamu melupakan cinta kita, 11 tahun kebersamaan kita seakan tidak ada artinya bagi mu. Aku tahu aku jauh dari sempurna, tapi aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan mu dan anak-anak. Aku tidak rela jika semua kandas begitu saja,"

"Mudah kamu bilang? Ini keputusan yang berat untuk ku, Mas. Wanita mana yang mau hidup menjanda? Wanita mana yang mau jadi single parents? Bertahun-tahun aku selalu bersabar, dan aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Bahkan kamu begitu tega memukul ku untuk sesuatu yang bukan salah ku, orang tua ku saja sampai sekarang tidak pernah berbuat kasar kepada ku. Apa aku harus menunggu kamu membunuh ku, untuk bisa berpisah dengan mu?"

Rania yang tadi sedih kini berubah kesal, seenaknya saja Alif berkata begitu kepadanya. Ia berbicara seolah justru pria itu yang menjadi korban. Memang dasar tidak mau di salahkan, dia dan keluarganya selalu merasa benar.

"Lalu kenapa kamu ngotot mau bercerai jika tidak ingin menjadi janda? Untuk masalah itu aku mengaku salah, kamu bisa balas memukul ku jika mau, aku rela kok. Yang penting kita tetap bisa bersama, aku berjanji akan berubah menjadi lebih baik,"

Rania merasa percuma bicara dengan suaminya, pria itu lihai bermain kata. Selalu bisa memutar fakta, akhirnya Rania yang akan tersudut. Jika selama ini dia diam dan mengalah, tidak akan terjadi lagi saat ini. Ia sudah tidak ingin melanjutkan pernikahan toxic ini, ia berhak hidup bahagia walau tidak bersama Alif.

"Aku capek bicara dengan mu tidak akan ada habisnya, jika kamu tidak segera mengurus perceraian kita, maka aku yang akan melayangkan surat cerai untuk mu,"

Rania melangkah kembali ke dalam kamar dan menutup pintunya.

"Aku tidak akan menceraikan kamu sampai kapanpun, Nia,"

Alif berteriak dan memukul meja, ia sangat kesal karena tidak dapat membujuk istrinya agar jangan bercerai darinya.

☆☆☆

Keesokan harinya.

"Aku kira kamu sudah tidak mau kesini lagi, pasti kamu bertengkar lagi dengan wanita sialan itu makanya datang kemari," ucap ibunya.

Alif sedang tidak ingin berdebat dengan ibunya, ia kesini untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Ibunya sekarang sudah terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka kepada istrinya, ini membuat dirinya semakin sulit. Istrinya tidak akan mau bersamanya jika sikap ibunya masih seperti itu.

"Bu, berhentilah membenci istri ku. Aku mencintai Rania dan tidak ingin berpisah dengannya, kasihan anak-anak ku. Lebih baik aku mati jika sampai berpisah dengannya,"

Alif berkata dengan lantang, ia sudah tidak punya ide bagaimana membujuk ibunya agar tidak jahat kepada istrinya. Mungkin dengan mengancam pikiran ibunya akan berubah, karena ia tahu ibunya sayang kepadanya. Ia tidak akan tega jika sampai dirinya meninggal.

"Apa kamu sudah gila, Lif? Untuk apa kamu bunuh diri demi seorang wanita? Dia bahkan sudah tidak ingin hidup dengan mu lagi,"

"Itu semua karena Ibu, hampir setiap saat Ibu selalu menghina dan berbuat jahat kepada istri ku. Jika Ibu baik kepadanya, tidak mungkin dia ingin bercerai. Aku serius, jika sampai aku kehilangan Rania dan kedua anak ku, aku akan mengakhiri hidup ku sendiri,"

"Alif berhenti, kamu jangan nekad,"

Alif bergegas pergi tak tentu arah, ia tak mau mendengarkan ucapan ibunya. Di rumah dan di rumah ibunya sama-sama membuatnya stres. Ia mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, pikirannya benar-benar kalut. Ia tidak punya solusi untuk menjembatani hubungan istri dan ibunya agar membaik.

Sampai di perempatan dirinya mulai kehilangan fokus, pandangannya melemah dan kepalanya mulai pusing.

Brukkk...

Terdengar benturan yang cukup keras, sehingga membuat semua orang berlarian ke arah sumber suara.

1
Deli Waryenti
sidang perceraian adalah kasus perdata Thor, jadi gak ada jaksa. mohon survey dulu sebelum menulis
Deli Waryenti
surat dari Pengadilan agama
Deli Waryenti
tuh kan, makanya Rania kamu jangan lemah
Deli Waryenti
Rania oon...jangan lupa juga tanyain sama Alif masalah uang kontrakan rumah
Deli Waryenti
Rania plin plan
Deli Waryenti
alif lebay
Deli Waryenti
by the way Thor
Deli Waryenti
ternyata oh ternyata
Deli Waryenti
astaga...alif norak
Deli Waryenti
sukurin lu alif
Deli Waryenti
bapaknya alif anggota isti ya
Deli Waryenti
harusnya alif paham siapa ibunya
Deli Waryenti
ceritanya bagus dan bahasanya rapi, tapi kok sepi ya
Deli Waryenti
Luar biasa
Deli Waryenti
kok ada mertua begini
Deli Waryenti
buang saja mertuamu ke laut, Rania
Deli Waryenti
😭😭😭
Deli Waryenti
setujuuuu
Deli Waryenti
kerja apa sih si alif
Deli Waryenti
gak punya uang tapi masih merokok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!