Novel Noda Merah Pernikahan adalah webseries Novel Pertama yang tayang di Genflix dengan judul "Cinta Albirru" yang dibintangi oleh Michelle Joan dan Kiki Farel.
Zeya gadis yatim piatu yang terpaksa karena keadaan membuat dirinya terjun ke dunia hitam menjadi seorang wanita penghibur.
Suatu hari tanpa di duga ia bertemu dengan seorang pria yang bernama Albirru anak seorang ustad.
Tak lama berkenalan Albirru mengajak Zeya menikah, Zeya yang memang ingin bebas dari dunia hitam menerima tawaran Albirru untuk menikah dengannya walaupun hanya secara siri.
Belum genap setahun pernikahan mereka, Zeya harus menerima kenyataan jika suami yang ia harap dapat membimbingnya menjadi wanita yang lebih baik ternyata telah menikah lagi dengan jodoh dari kedua orang tuanya.
Apakah yang akan Zeya lakukan. Apakah ia bisa menerima pernikahan suaminya.
Siapkan sapu tangan dan tisu. Novel ini akan banyak menguras air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Kepergian Zeya.
“Aku tidak pernah ingin berpisah, namun sepertinya takdir mengatakan hal lain. Semua sikap burukmu padaku seakan meyakinkan kalau hubungan ini memang tidak bisa dijalani lagi. Bagiku, ini saatnya memulai kehidupan baru, tanpa dirimu. Tidak ada yang lebih melelahkan selain memaksakan hubungan yang nggak dapat bertahan lagi. Jadi, aku menyerah.”
Dengan berurai air mata Zeya menyusun pakaiannya. Secukupnya saja yang ia bawa. Ia mengelus perutnya yang masih rata.
Kamu harus jadi anak yang kuat, mungkin memang sudah menjadi takdir jika kehadiranmu tidak diketahui ayah dan kakek nenekmu. Bunda yakin akan kuat dan mampu membesarkan kamu.
Zeya memandangi kembali rumah kontrakan yang telah setahun lebih ia tempati bersama Albirru. Rumah yang penuh kenangan bahagia saat awal pernikahan, dan kenangan penuh luka sejak kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka. Zeya pergi tanpa meninggalkan pesan.
Malam sudah mulai larut. Zeya menghentikan sebuah taksi. Azril yang meminta seseorang mengawasi semua gerak gerik Zeya mendapat laporan jika wanita itu pergi dari rumah dengan membawa tas besar.
Azril meminta pada orang suruhannya untuk mengikuti Zeya, jangan sampai mereka kehilangan jejak Zeya.
Zeya meminta supir taksi berhenti pada sebuah penginapan. Ia akan menginap malam ini dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Sebelumnya Zeya telah menghubungi umi ustadzah, dan menceritakan keputusannya. Awalnya Umi tak setuju dengan keputusan Zeya. Ia meminta Zeya untuk berpisah secara baik-baik. Bicarakan dulu dengan Albirru.
Zeya tidak setuju. Ia telah lelah dan menyerah. Karena tekad Zeya yang telah bulat akhirnya Umi setuju dan memberikan alamat seorang kenalannya yang bisa menampung Zeya.
Kenalan Umi itu membuka usaha kuliner, Zeya bisa bekerja di tempat itu nantinya. Bu Nur nama kenalan Umi itu.
Pagi harinya Zeya kembali melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus menuju kota tempat kenalan Umi itu berada.
Tanpa Zeya sadari ada mobil yang terus mengikuti kemana langkahnya pergi.
Perjalanan di tempuh selama kurang lebih delapan jam. Zeya turun dari bus, dan naik angkot menuju rumah kediaman ibu Nur.
Tiba di sebuah toko roti, Zeya masuk dan bertanya apakah benar itu milik Ibu Nur.
"Assalamualaikum, bu."
"Waalaikumsalam."
"Apa benar pemilik dari toko roti ini ibu Nur."
"Iya, saya sendiri. Ada yang bisa ibu bantu."
"Kenalkan bu, saya Zeya. Saya diminta ustadzah Umi untuk datang ke sini."
"Kamu Zeya, masuklah nak."
Ibu Nur meminta Zeya masuk dan mempersilakan duduk. Ibu Nur meninggalkan Zeya sebentar, ia harus melayani pelanggan rotinya.
Setelah melayani, ibu Nur kembali ke tempat Zeya duduk.
"Beginilah usaha ibu,nak. Masih kecil-kecilan. Ibu bisa membantu ibu, tapi untuk saat ini mungkin ibu tak bisa membayar mahal. Karena usaha ibu hanya seperti yang kamu lihat."
"Aku udah ada tempat buat tinggal dan bisa makan aja sudah senang, bu."
"Kamu bisa tinggal dan menginap di sini. Rumah ibu ada di ujung jalan. Jika membutuhkan sesuatu kamu bisa datang ke rumah. Pagi hari ibu dan kamu akan membuat roti. Nanti setelah siang ibu akan tinggalkan kamu untuk menjaga toko. Ibu ada usaha lain. Ibu memiliki usaha menjual pakaian jadi. Ibu harus menjaganya juga. Ibu percayakan toko ini denganmu. Nanti ada satu orang yang akan membantu kamu membuat roti."
"Baiklah, bu. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih."
"Istirahatlah, Umi sudah ceritakan tentang kamu. Jadi jangan terlalu capek, kamu masih hamil muda."
Zeya masuk ke dalam kamar yang ada di toko roti itu. Kamarnya hanya kecil, tapi Zeya sudah terbiasa hidup apa adanya. Tak ada masalah baginya.
...............
Di satu ruang rumah sakit tampak Zahra yang sedang berbaring. Kandungannya masih bisa diselamatkan, tapi ia harus bedrest karena kandungannya lemah. Jika terjatuh lagi akan berakibat fatal.
Abi dan Umi juga kedua mertuanya juga berada di sana. Semua sangat kuatir dengan keadaan Zahra.
Abi dan Umi membawa Albirru ke kantin yang berada di rumah sakit itu. Zahra dijaga kedua orang tuanya.
"Bagaimana Zahra bisa terjatuh di kamar mandi. Apa kamu tidak membersihkannya. Kalau kamu tak sanggup tambah pembantu satu lagi. Untung kandungannya masih bisa dipertahankan.
"Maafkan aku, Abi. Aku telah membersihkan kamar mandi, kok."
"Di mana kamu saat Zahra terjatuh. Kenapa kamu baru bawa rumah sakit setelah satu jam."
"Aku lagi dirumah Zeya."
"Abi udah katakan padamu, jika poligami itu tak mudah. Sekarang bagaimana? Kamu tak mungkin membiarkan Zahra sendiri di rumah. Dua minggu ia harus bedrest."
"Aku akan minta izin pada Zeya untuk menemani Zahra selama dua minggu."
"Apa perlu Umi yang bicara pada Zeya?" ucap Umi.
"Nggak perlu, Umi. Aku aja yang bicara. Aku yakin Zeya akan setuju."
"Baiklah, besok Zahra telah kembali ke rumah. Hari ini Abi dan Umi Zahra harus pulang. Umi harap kamu bisa berterus terang. Walau itu terasa berat. Mereka akan lebih kecewa jika mendengar dari mulut orang lain."
"Aku akan bicara setelah Zahra sehat. Ia juga ingin bicara dengan Abi dan Umminya."
Setelah makan siang Albirru mencoba menghubungi Zeya untuk minta izin agar ia selama seminggu berada dirumah Zahra.
Setelah beberapa kali menghubungi tapi nomor Zeya tak aktif juga, Albirru hanya mengirim pesan.
Assalamualaikum, Zeya. Mungkin seminggu ini mas tak bisa pulang. Zahra butuh perhatian lebih. Ia sedang sakit, kandungannya saat ini lemah. Mas harap kamu mengerti. Waalaikumsalam.
Albirru kembali ke kamar setelah mengirim pesan buat Zeya.
Di kota lain, Azril datang menemui ibu Nur. Ia mengajak kerjasama untuk pengembangan usaha roti bu Nur. Semua ia lakukan agar bisa lebih dekat dengan Zeya.
"Apa kamu tidak merasa rugi jika menanam modal pada usaha ibu yang hanya kecil ini."
"Aku akan membantu dalam memasarkan. Akan aku tawarkan pada hotel-hotel dan juga perusahaan jika mereka membutuhkan buat seminar atau acara yang mereka adakan. Aku juga akan memasukan roti-roti ibu ke beberapa supermarket."
"Apakah roti ibu akan bisa bersaing dengan roti merk-merk terkenal lainnya."
"Bagaimana jika kita suatu usaha itu berhasil atau tidak jika belum mencoba dan memulainya."
"Kamu benar, segala sesuatu itu harus diusahakan. Jangan hanya berpasrah aja."
Mulai besok toko roti ibu akan direnovasi terlebih dahulu. Untuk sementara bisa buka depan rumah ibu ini saja."
"Terserah nak, Azril aja. Ibu percayakan semua pada nak Azril."
"Kenapa ibu langsung percaya padaku?"
"Ibu ini hanya memiliki usaha kecil. Jika memang kamu berniat jahat, apa yang kamu dapat dari usaha itu. Dan juga yang akan mengeluarkan uang itu, kamu. Jadi ibu percaya saja."
"Baiklah aku pamit. Besok aku kembali lagi."
"Besok kamu bisa bicara dengan Zeya."
"Siapa Zeya?" Azril pura-pura bertanya.
"Wanita yang ibu percayakan untuk menjalankan usaha toko roti, ibu."
"Baiklah, bu. Besok saya akan berkenalan. Saya pamit." Azril menyalami bu Nur. Ia senang karena ternyata tak sulit mengajak ibu Nur untuk bekerja sama.
Akhirnya Tuhan memberi aku jalan untuk dapat mengenal kamu lebih dekat lagi Zeya. Tak akan aku biarkan pria itu kembali menyakiti hatimu. Dan menorehkan luka lagi.
Bersambung
**************
Terima kasih