Saqueena Khanza Humaira, dokter obgyn berusia 27 tahun ... berparas cantik dan memiliki kepribadian unik, terpaksa menikah dengan seorang driver ojek online karena nazar atau janji yang terlanjur diucapkan oleh ayahnya.
Pernikahan tanpa didasari oleh rasa cinta, akankah memberi kebahagiaan? Ikuti kisahnya .... 🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamar Ber-atap Dua
Happy reading 😘😘😘
"Gendonggggg!" Suara Khanza terdengar manja.
"Baiklah sayangggg." Rangga menuruti permintaan istrinya. Dengan senang hati pria berambut gondrong tanpa kumis dan jenggot itu menggendong istrinya ala brydal style.
Khanza melingkarkan tangannya di leher Rangga. Ia tatap wajah suaminya yang ternyata sangat rupawan. Di dalam hati terlisan kata, ".... Maka nikmat Tuhanmu yang manakah, yang kamu dustakan ...."
....
Rangga, Khanza, keluarga besar, dan para sahabat bercengkrama sembari menikmati pemandangan langit yang kini terhias keindahan lembayung senja. Sesekali terdengar gelak tawa karena candaan yang dilontarkan oleh Ikhsan si Mantan Bekantan dan Dylan Pemuda Galau. Kedua pria berbeda generasi itu memang hobi berceloteh asal, sehingga setiap kata-kata yang mereka ucapkan terdengar menggelikan.
"Mbak Khanza, kenapa jalanmu mirip bebek habis bertelur?"
CETAK
Khanza menjitak dahi adiknya. Wajahnya yang sedari tadi terlihat merah bak buah ceri, kini semakin merah karena celotehan Dylan.
"Awwww ... sakit Mbak." Dylan memekik sambil mengusap dahi yang tercetak warna merah karena jitakan Khanza.
"Makanya, mulut itu dijaga! Jangan asal ngomong!" ketus Khanza diikuti matanya yang melotot.
"Aku nggak asal ngomong lho Mbak. Cara jalan Mbak Khanza beneran nggak seperti biasanya --" ucap Dylan membela diri.
"Itu karena semalam, Mbak Khanza tidurnya sambil jumpalitan, Lan. Udah dech, nggak usah bertanya sesuatu yang bisa memancing emosi pengantin baru!" sahut Ikhsan sambil mengunyah jamur krispi.
Khanza geram. Ingin rasanya ia mengeluarkan tanduk dan melempar kedua pria itu ke Sungai Code. Beruntung, Rangga berhasil menenangkan Khanza dengan usapan lembut di punggung wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.
....
Seusai menjalankan ibadah sholat isya berjamaah, Rangga kembali memberi kejutan teruntuk wanita yang sangat dicintainya, Saqueena Khanza Humaira.
"Za, lihatlah rumah sederhana yang berdiri kokoh di hadapan kita ini!" titah Rangga setelah keduanya sampai di depan rumah minimalis bercat ocean blue.
"Rumah siapa ini, Ngga?" tanya yang terlisan disertai kerutan di dahi.
Rangga mengulas senyum dan menatap wajah cantik istrinya dengan tatapan penuh cinta. "Ini rumah kita, sayang."
"Rumah kita? Bukannya, kita sudah mempunyai rumah?"
"Za, rumah yang kita tempati saat ini memang rumah kita. Dan rumah minimalis ini juga rumah kita," tutur Rangga sambil membuka daun pintu lalu mempersilahkan istrinya ... masuk ke dalam rumah minimalis tersebut.
Rangga memandu istrinya menaiki tangga menuju kamar mereka yang berada di lantai dua.
"Za, kamu suka dengan tatanan kamar kita?" tanya yang dilisankan oleh Rangga ketika mereka berada di dalam kamar.
"Suka banget, Ngga. Rapi dan terkesan romantis."
"Syukurlah sayang ...." Rangga melingkarkan tangannya di pinggang Khanza lantas mencium lama pucuk kepala kekasih hatinya.
"Lihatlah ini!"
Rangga menekan tombol yang berada di dinding kamar. Seketika atap di kamar mereka terbuka lebar, menampakkan langit malam yang terhias rupa sang rembulan dan taburan bintang-bintang.
Netra Khanza berotasi sempurna. Ia teramat takjub kala melihat atap kamar terbuka lebar.
"Ngga, atapnya terbuka. Tapi, bagaimana jika turun hujan? Pasti kamar ini akan kebanjiran dan tubuh kita juga tentunya akan basah kuyup --"
Rangga tergelak lirih mendengar ucapan istrinya yang sangat polos.
"Khanza sayang, kamar kita nggak bakal kebanjiran. Meski atap luarnya terbuka, tetapi atap dalamnya masih tertutup rapat. Kamar kita ini mempunyai dua atap. Atap luar dan atap dalam yang terbuat dari kaca. Aku sengaja mendesainnya supaya ketika berbaring dengan mu ... kita bisa menikmati keindahan rupa sang dewi malam dan rasi bintang," tutur Rangga seraya menjelaskan.
"Aku nggak nyangka, kamu sangat kreatif Ngga."
"Kalau nggak kreatif, jangan panggil aku Rangga Adithya Fairuz! Bukankah untuk mendapatkan seorang Saqueena Khanza Humaira, aku juga harus kreatif? Berkumis seperti Pak Raden dan berjenggot ala Syekh Poji --"
"Pfftttt ... iyaya. Aku benar-benar nggak nyangka Ngga, Adithya suamiku ternyata kamu. Pria yang sangat menyebalkan tetapi selalu aku rindu --"
Rangga memutar tubuh istrinya hingga keduanya kini saling berhadapan.
"Za, aku mencintaimu. Bahkan teramat sangat mencintaimu --"
"Ngga, jangan mencintaiku melebihi cintamu pada Illahi! Jangan sampai rasa cintamu terhadap makhluk-Nya membuatmu terlupa pada kewajibanmu sebagai seorang hamba." Khanza mengusap lembut pipi suaminya dan menatap manik mata yang selalu meneduhkan.
"Kamu benar, Za --"
CUP
Rangga mendaratkan kecupan singkat di bibir ranum istrinya.
"Za ...."
"Hemmm ...."
"Kita berikhtiyar yuk!"
Khanza menautkan kedua pangkal alisnya. Ia tidak mengerti dengan maksud ucapan Rangga.
"Berikhtiyar untuk apa, Ngga?"
"Berikhtiyar untuk mempunyai Rangga dan Khanza junior," bisiknya di telinga sang istri diikuti senyuman yang membingkai wajah rupawan.
Seketika Khanza meremang. Terbayang olehnya olah raga malam yang sangat melelahkan. Namun membuat ketagihan.
Tanpa menunggu balasan dari Khanza, Rangga memanggul tubuh ramping istrinya lantas merebahkan di atas ranjang.
"Ngga --" suara Khanza tercekat saat Rangga membungkamnya dengan sentuhan bibir. Kedua bibir yang bertemu saling berpagut, menyesap rasa manis yang melenakan.
Setelah mengakhiri pagutan bibir, Rangga melantunkan doa sebelum memulai ritual penyatuan raga. Seolah sudah tidak mampu menahan hasrat, pria berambut gondrong itu melepas kain yang membalut tubuhnya dan tubuh Khanza.
Khanza teramat malu kala melihat tubuhnya dan tubuh Rangga tanpa sehelai benang. Namun ia hanya bisa pasrah dan membiarkan bibir Rangga menyapu seluruh tubuhnya, meninggalkan jejak kepemilikan.
"Rangga ...." Khanza memekik saat Rangga menghujamkan benda tumpul miliknya semakin dalam.
Rangga tersenyum puas setelah mencapai klima**. Raut bahagia terlukis jelas di wajahnya, sebab wanita yang di dambakan selama ini telah dimiliki seutuhnya ....
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mohon maaf, karena author belum bisa crazy UP. Insya Allah jika ada waktu senggang, author akan usahakan untuk double UP. 😉🙏
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak like 👍
Klik ❤ untuk fav karya
Berikan gift atau vote bila berkenan mendukung karya receh author 😉
Trimakasih dan banyak cinta ❤😘