Kisah absurd pasutri, yang baru saja menikah. Bukan pernikahan berencana, melainkan pernikahan dadakan bagi Aleaa, sekretaris dari Angga Kusumo, yang harus menikah dengan bos nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auzuzah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 : alea ketakutan abang!
Mataku terasa berat sekali. Aku tidak tahu apa yang terjadi, seperti ada beban yang memberatkan mataku saat ini. Aku mencoba untuk membuka kedua mataku, sinar matahari langsung menyambutku, aku refleks memejamkan mataku lagi.
Ku kelilingi pandanganku kearah sekitar, aku bergidik ngeri dan beringsut mundur, punggungku seperti tertabrak suatu yang keras, aku menoleh kebelakang, ternyata ada lemari besar yang tampak sudah tua.
Ruangan ini sungguh kotor seperti tak terurus, bolehkah aku menyebutnya ini adalah sebuah gudang? Hanya ada bangku rusak beserta perabot-perabot lainnya yang tampak rapuh. Tak tahan dengan hal ini, aku pun mencoba menggerakan tanganku. Namun,
“Aw!!” aku menjerit kesakitan, tanganku diikat dari belakang. Aku merasa keram dan perih, tanganku terikat terlalu kuat, membuatku meringis sakit.
Suasananya sangat gelap, hanya terdapat cahaya matahari yang masuk melewati celah jendela kecil. Aku tidak dapat melihat fentilasi disekitar selain jendela yang satu itu. Aku merasakan hampa dan juga kesepian. Aku sangat takut, takut sekali. Aku menginginkan abang. Abang dimana? Alea takut sekali abang.
Tak ingin terlarut dalam kesengsaraan, aku akhirnya memutuskan untuk bangun walau dengan tangan yang terikat dibelakang. Mereka sepertinya lupa mengikat kakiku, hingga akhirnya aku bisa berjalan.
Namun baru saja dua langkah aku ingin berjalan kearah pintu lusuh itu yang tampak tertutup. Dalam sekejap dan sekali dorongan pintu itu terbuka dengan kencang, mataku membulat refleks tentunya.
Braakk.
Pintu kembali tertutup, aku melihat sesosok wanita yang tak ku kenali, ia memegang pisau lipat di tangannya, aku beringsut mundur. Wajahnya cantik, namun menyeramkan. Baru kali ini, aku merasakan suasana yang tegang dan mencekam.
“Ohh, mau kemana kamu cantik? Kamu pikir karena kamu adalah Nyonya dari keluarga Kusumo, kamu bisa kabur dariku dengan mudah?” tanya wanita itu dengan suara yang lembut, tapi terkesan menantang.
Aku menggeleng cepat, tenggorokanku sungguh kering, aku sungguh haus dan lapar. Aku masih beringsut mundur, tanganku diam-diam berusaha melepaskan ikatan tali pergelangan.
“Menggeleng?! Untuk apa menggeleng?! Hamu hanya boleh menggeleng ketika nanti calon suamiku datang kemari untuk menjemput mu! ” aku meringis pelan, aku merasakan debaran jantungku menjadi lebih cepat dari sebelumnya.
Calon suami?
Siapa?
Apakah A- tidak mungkin!
Ku beranikan wajahku untuk mendongak menatapnya angkuh. Aku tersenyum miring menutupi rasa sakit pada pergelangan tangan, sekaligus tegang karena memikirkan ucapannya barusan.
“Kau pikir kau siapa? Kau pikir aku akan takut dengan ancamanmu itu? Memang kenapa jika aku Nyonya dari keluarga Kusumo? Kau akan takut denganku?”
Ucapku balik menantangnya. Aku mengeraskan suaraku dengan seluruh kekuatan yang masih tersisa didalam tubuhku, aku melihat rahangnya mengeras, dia ini perempuan, tapi kenapa kasar sekali.
“Kamu menantangku Aleaa?!” aku mengerjap, saat mendengarnya menyebut namaku, namun kucoba tutupi rasa bingungku menjadi mengangguk cepat.
“Aku menantang mu? Ohh, kau tidak sepadan dengan diriku! ” seruku kencang, aku serius mengatakannya, walau aku sendiri sedang bingung, darimana keberanian itu muncul.
“Dasar kau perebut kekasih orang!”
Plakk.
Pipiku terasa panas, aku menggeram saat ia menamparku dengan begitu keras dan kencang, aku menahan tubuhku untuk tetap pada posisi berdiri, pikiranku berkecamuk atas kalimat-kalimatnya. Aku bisa menangkap, kalau ini ada hubungannya dengan abang.
“Sebelum anda melemparkan kata-kata kotor itu untukku! Anda harus lebih sadar. Kalau aku adalah seorang perebut, lalu kau apa?” aku memicingkan mataku tajam.
Sekarang aku tahu siapa perempuan di hadapanku, aku mengingat bahwa dia adalah wajah perempuan yang sering bolak-balik ruangan abang saat di kantor. Sekilas aku juga mengingat kalau dia adalah wanita yang pernah membeli cincin dengan abang, saat di mall.
“Seorang pengkhianat? Pengecut? Atau pembohong?!” tanyaku congak sambil menekan kalimat demi kalimat. wajahku sedikit ngeri saat ia mempermainkan pisau itu. Namun dengan tekad yang kuat, aku tidak boleh terlihat takut.
Kau pikir aku takut denganmu?! Hell no!
“Jaga ucapanmu ya! Aku adalah pengantin sesungguhnya keluarga Kusumo! Kau bukan apa-apa dibanding diriku, Aleaa!” teriaknya merasa tak terima, aku tersenyum miring menanggapi itu, membuatnya semakin geram.
Punggungku sudah terpentok tepat dihadapan almari saat ia mendorongku. Aku merasakan perasaan tidak enak memperhatikan pisau lipat itu yang mencondong tepat kearahku. Aku merasakan bahwa giginya bergelutuk kesal, namun saat aku semakin menahan nafas karena takut, seseorang tiba-tiba masuk dengan nafas yang terengah.
“Nyonya! Tuan Angga sudah mengangkat telfon anda! Dia ingin berbicara dengan anda! Hufts, haah. ” ujarnya lelaki botak plontos dengan nafas terengah. Tapi bukan itu yang menjadi fokusku saat ini, secercah harapan semakin hadir di dalam diriku.
Aku tersenyum senang mendengar kabar bahwa abang sudah memgetahui bahwa aku diculik, aku senang bahwa abang peduli padaku. Abang, kali ini aku tidak bisa membohongi perasaanku, Aleaa mencintaimu abang! Mencintaimu!
Pekik ku girang di dalam hati, aku sangat senang sekarang, mataku mengerjap melihat tingkah wanita itu yang seperti orang. Eumm maaf. Gila. Dia terlalu ekspresif, dan jahat karena telah memperlakukan ku kasar seperti ini.
kan blm jelas suaminya beneran mau nikah lagi apa gak... tapi kaya woles aja gitu....