Istri Simpanan Sang Casanova

Lisa menikmati makan malam bersama Rido di sebuah restoran cukup mewah. Awalnya Lisa menolak dan mengatakan untuk makan malam di tempat yang biasa saja. Tidak perlu berlebihan.

" Tengkyu loh do, udah ngajakin gue makan malam di sini. Udah lama banget rasanya gak pergi ke tempat seperti ini. " Ucap Lisa setelah menyelesaikan makannya.

Rido tersenyum. " Besok-besok gue ajak lu makan di sini lagi deh, biar elu seneng. "

Lisa menggelengkan kepalanya sembari terkekeh. " Gak gitu juga kali! Ntar lu bangkrut. "

Rido ikut tertawa. " Ya.. Ya.. Ya.. Berarti lu mau di ajak jalan meski gak ketempat seperti ini kan? "

Tawa Lisa menyurut. " Heh? "

" Lusa gue ada pemotretan di bogor. Lu mau ikut gak? Sekalian kita jalan-jalan di sana. " Rido.

" Emm.. Gimana ya, gue sih tergantung schedule Sofie. Kalo kosong gue berarti bebas. "

" Oh.. Gitu ya? " Rido. Lisa mengangguk.

Mereka berbincang terlalu asik hingga malam tak terasa semakin larut. Lisa mengajak Rido untuk segera pulang.

" Lisa! " Langkah Lisa terhenti saat seseorang meneriaki namanya. Lisa menoleh ke sumber suara tersebut. Kedua matanya melebar melihat Sofie dan Arsen sedang berjalan menghampiri nya.

" Lis, ada Sofie. " Ucap Rido yang melihat Sofie dan Arsen mendekat. Rido cukup kenal dengan pria yang bernama Arsen itu. Putra pemilik Haidar Productions.

" Kalian pacaran? " Tebak Sofie ketika sudah mendekat. " Lis, lu pacaran sama Rido? "

" Hah? " Lisa.

" Kalian sendiri pacaran? " Tanya Rido mengenai hubungan Sofie dan Arsen.

" Iya dong. " Jawab Sofie dengan menebar senyum. " Bahkan sebentar lagi kita mau tunangan. Baru aja ketemu sama mama papa nya Arsen. " Sofie menceritakan nya dengan antusias.

Lisa sekilas menatap Arsen, sedangkan yang di tatap memalingkan wajahnya.

" Oh.. Selamat ya. " Rido memberikan selamat pada Sofie dan Arsen. Namun yang menyambut ucapan selamat dari Rido hanya Sofie saja. Sedangkan Arsen memilih pergi tanpa sepatah kata pun.

Arsen dan Sofie memang sudah di putuskan akan segera bertunangan. Itu lebih baik daripada menikah, pikir Arsen. Mungkin dengan alasan apapun nanti, Arsen akan mengakhiri hubungannya dengan Sofie. Yang terpenting saat ini menuruti kemauan Elsa, agar wanita cerewet yang melahirkannya itu tidak lagi berceramah setiap pagi.

***

Lisa dan Rido semakin dekat dari hari ke hari. Seringkali Rido mengantar dan menjemput Lisa. Lama kelamaan, Lisa mau mulai menerima kehadiran Rido. Selain baik, Rido juga tidak memandang status sosial Lisa yang tidak mempunyai apapun. Tidak ada salahnya membuka hati untuk pria sebaik Rido.

" Maksih ya Do. " Ucap Lisa. Hari ini, Lisa datang ke HP menemani Sofie bertemu Bela untuk membicarakan kontrak kerja baru.

" Sama-sama cantik. " Balas Rido yang masih duduk di bangku kemudi. Setelah melihat Lisa masuk, Rido pun mulai melajukan mobilnya.

Lisa berjalan menuju ke ruangan Bela. Lisa sengaja datang lebih cepat agar bisa bertemu kangen dengan Bela tanpa adanya Sofie. Tak leluasa jika berbincang dengan adanya Sofie di antara mereka bertiga.

" Awww!! " Pekik Lisa saat lengannya ditarik seseorang. Kedua matanya membeliak. " Arsen! "

Arsen menyeret Lisa menuju pintu tangga darurat. Dimana di sana tidak ada orang yang akan melihatnya.

" Apa apaan sih! " Kesal Lisa. " Lepas gak! " Cengkraman Arsen begitu kuat hingga Lisa tidak bisa melepaskan diri dari pria itu.

Brakkk!

Arsen membanting pintu. Lalu memojokkan Lisa ke dinding. Dengan tatapan tajam dan nafas memburu, Arsen mengungkung Lisa.

" Sudah berapa kali lu tidur sama dia?hah! " Melihat kedekatan Lisa dan Rido, Arsen entah kenapa tidak suka.

" Gila lu Sen! " Seru Lisa. " Apa maksud lu! " Lisa tak kalah tajam menatap Arsen.

" Ngaku aja lu! " Seru Arsen.

" Bukan urusan lu! " Percuma saja jika Lisa mengatakan yang sebenarnya, toh Arsen tidak akan percaya apa yang di katakannya.

Arsen semakin kuat mencengkram bahu Lisa. Ucapan Lisa seolah membenarkan tuduhannya. Jika benar adanya, Lisa telah tidur dengan pria yang bernama Rido.

" Lu di bayar berapa ama dia? Hah? " Arsen semakin menggila.

Lisa melotot tak percaya, Arsen begitu teganya menuduh dirinya seperti wanita jallang, yang bisa tidur dengan siapa saja.

" Gue bisa bayar lu lebih!! "

Plakk

Satu tamparan Lisa berikan pada wajah Arsen. " Lu kalo ngomong jangan sembarang ya! Gue bukan cewek gampangan seperti yang lu fikir! "

" Cih! Munafik! "

" Terserah! Terserah lu mau bilang apa, gue gak peduli. " Sarkas Lisa. " Lu gak usah ikut campur ama urusan gue. Gue mau tidur ama siapa aja, ngapain aja kek bukan urusan lu lagi! "

" Bich! "

" Iya.. Emang.. Emang gue jallang! Kenapa? Puas lu! Hah? " Terlalu sakit berurusan dengan Arsen, jadi lebih baik ia mengakuinya untuk segera mengakhiri pembicaraan ini. " Minggir! " Lisa ingin segera pergi dari hadapan Arsen.

" Gue gak nyangka lu ternyata sama aja kaya cewek lain. " Arsen tersenyum remeh. " Gue pikir lu beda, tapi ternyata.. Ah.. Semua cewek emang sama aja! "

Lisa melirik tajam ke arah Arsen sebelum pergi, " Lu yang bikin gue kaya gini! Lu yang udah bikin hidup gue hancur! Lu tega mainin gue! Dan lu sukses bikin hidup gue berantakan! " Setelah mengatakan itu, Lisa pergi, lalu berlari menuju toilet untuk menenangkan diri.

" Lu yang memulai Lisa, lu yang udah bikin gue ninggalin elu. " Gumam Arsen.