Afnaya Danuarta mengalami suatu musibah kecelakaan hebat, hingga membuat salah satu pada kakinya harus mendapati sakit yang cukup serius. Disaat hari pernikahannya tinggal beberapa waktu lagi, dan calon suaminya membatalkan pernikahannya. Mau tidak mau, sang adik dari calon suami Afnaya harus menggantikan sang kakak.
Zayen Arganta, adalah lelaki yang akan menggantikan sang kakak yang bernama Seynan. Karena ketidak sempurnaan calon istrinya akibat kecelakaan, membuat Seyn untuk membatalkan pernikahannya.
Seynan dan juga sang ayahnya pun mengancam Zayen dan akan memenjarakannya jika tidak mau memenuhi permintaannya, yang tidak lain harus menikah dengan calon istrinya.
Akankah Zayen mau menerima permintaan sang Ayah dan kakaknya?
penasaran? ikutin kelanjutan ceritanya yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
Waktu yang tidak ditunggu oleh kedua calon pengantin, kini sudah tiba waktunya hari pernikahan untuk keduanya.
Di dalam ruangan khusus untuk berhias, Afna menatap lekat dirinya didepan cermin. Perasaannya pun campur aduk tidak karuan, dirinya benar benar tidak menyangka bahwa tinggal menghitung menit akan segera menikah dan menjadi milik orang asing yang tidak dikenalnya.
Afna berkali kali meremas remas baju pengantinnya, serasa berat untuk menerima kenyataan yang tidak pernah disangkanya. Hatinya terasa sangat sakit, dan perasaannya pun hancur berkeping-keping. Ingin rasanya berteriak sekencang mungkin, agar beban di dalam pikirannya segera mereda.
Saat merasa lelah akan kekesalannya atas pernikahan dari sang penghianat membuatnya tidak berdaya. Dunianya terasa gelap, dan tidak lagi berwarna. Semua kelam, tiada lagi senyum mengembang. Hanya senyum palsu yang berharap tetap bertahan dalam kebohongan akan perasaannya.
Bulir bulir air mata yang tidak dinantikannya pun lolos begitu saja tanpa diminta, mau tidak mau tetap akan berlangsung sesuai jawaban yang telah diputuskannya sendiri.
Sang ibu masuk kedalam ruangan yang dimana Afna di rias, dengan pelan sang ibu mendekati putri kesayangannya. Berharap keadaan sang putrinya tidak mendapati penyesalan, berharap akan baik baik saja.
"Afna, apakah kamu sudah siap?" tanya sang ibu mengagetkan.
"Mama," dengan lirih Afna berucap. Afna baru menyadari bahwa dirinya tengah menangis dalam diam. Namun sayangnya, air mata Afna masih tersisa di sudut kelopak matanya.
Sang ibu yang melihatnya juga merasa heran dengan wajah putrinya yang terlihat sedikit murung.
"Sayang, kamu menangis?" tanyanya sambil menghapus pelan air matanya.
"Afna menangis karena bahagia, Afna tidak menyangka akan menikah dengan seseorang yang belum Afna kenal. Afna sangat bersyukur, karena masih ada yang mau menerima Afna dengan kondisi putri mama seperti ini." Jawabnya sambil menatap lekat sang ibu, meski kenyataannya berat. Namun, Afna berusaha untuk tidak mengkhawatirkan kondisinya.
"Semoga, mama berdoa dan berharap suami kamu benar benar menyayangimu sepenuh hati dan jiwanya."
"Aamiin..." jawabnya, kemudian Afna berusaha untuk selalu tersenyum dihadapan kedua orang tuanya.
"Afna!" kamu beneran nih mau menikah... oooh aku ikut bahagia atas pernikahan kamu. Semoga suami kamu sesuai dengan harapanmu, karena aku sangat yakin akan harapan kamu yang sudah harapkan." Ucap Neyla mengagetkan, tanpa pikir panjang langsung mengajaknya berdialog.
"Iya, Ney. Terimakasih atas ucapannya, kamu kapan akan menyusul?" tanyanya sengaja menggoda.
"Aku masih belum bisa untuk menentukan pilihanku, karena aku sendiri belum mengerti." Jawabnya pura pura tidak mengerti, Afna yang mendengarkannya hanya tertawa kecil saat saudara perempuannya meledek.
"Memangnya kenapa? sampai sampai kamu belum mengerti. Hemmm... " ucap Afna berusaha untuk tersenyum dan memperlihatkan wajah bahagia, meski berat untuk Afna.
"Wah... keponakan tante Maura sangat cantik. Selamat bahagia ya, sayang. Semoga suami sesuai harapan kamu, karena kamulah sangat pemilik hatinya." Ucap nyonya Maura ikut menimpali mengucapkan selamat untuk keponakannya lalu memeluknya.
Didalam ruangan khusus untuk ijab Qobul banyak para saksi yang sedang menunggu kedatangan calon mempelai laki laki, sedsngkan tuan Tirta mulai gelisah menunggunya.
"Tirta, bersabarlah. Mungkin sedang macet dijalan. Berpikirlah positif, papa yakin semua akan baik baik saja seperti yang kamu harapkan. Kamu tidak perlu cemas, percaya dengan papa." Ucap sang ayah meyakinkan, agar putranya tidak mencemaskan yang begitu dalam.
"Iya, pa. Tirta akan berusaha tenang, terimakasi papa sudah mengingatkan." Jawabnya kemudian mengatur pernapasan nya agar dihilangkan perasaan cemasnya.
Setelah lumayan cukup lama, datanglah rombongan calon mempelai laki laki dari keluarga Arganta. Semua menyambutnya dengan hangat.
Tiba tiba para tamu undangan tercengang saat melihat sosok laki laki yang akan menjadi menantu keluarga Danuarta, ternyata jauh dari perkiraan para tamu undangan dan dari keluarga besar Danuarta.
Semua tidak pernah menyangka dengan penampilan calon suami Afna, semua saling berbisik satu sama lain membicarakan mempelai laki laki. Justru yang terlihat tampan mantan calon suami Afna yang juga ikut menjadi saksi sang adik.
"Suami nona Afna buruk sekali penampilannya, sudah rambutnya gondrong, brewokan lagi. Aduh... kenapa tidak sama aku saja, yang rajin dan bersih juga tidak kalah tampannya." Ucap lirih dari tamu undangan, yang tidak lain karyawan dari Restoran.
"Percuma, meski kamu tampan tidak akan diterima." Jawab temannya menimpali.
"Iya, cantik cantik kenapa mendapat suami seperti itu. Seperti preman kampung saja, ya." Bisik yang satunya lagi.
"Husss! jangan bilang begitu, siapa tahu saja itu palsu penampilannya. Iya, 'kan?" jawab yang satunya lagi.
Semua para tamu undangan banyak yang berbisik membicarakan penampilan yang akan menjadi suami Afna.
Tidak hanya itu, dari keluarga Wilyam pun ikut kaget melihat penampilan calon pengantin laki laki. Namun, tetap saja tidak memperdulikan soal penampilan. Yang dibutuhkan tanggung jawab dan tidak menjadi penghianat.
Sedangkan Afna sedang dirapihkan penampilannya oleh beberapa orang yang tengah menangani riasannya, sang ibu berusaha menyemangati sang putri agar tidak merasa sedih.
Calon pengantin laki laki sudah duduk dengan rapi bersama para saksi dan para tamu undangan. Zayen ditemani sang kakak, siapa lagi kalau bukan Seyn yang sebenarnya calon pengantin laki lakinya. Karena keputusannya yang membuat pernikahannya dibatalkan dan digantikan oleh sang adik, siapa lagi kalau bukan Zayen.
Zayen sudah duduk di antara para saksi, dan tentunya sudah berada dihadapan tuan Tirta yang akan menjadi mertuanya. Dengan tenang, Zayen berusaha untuk tidak gugup dan cemas.
Setelah dirasa sudah tidak ada lagi yang kurang, kini bapak penghulu memulai acaranya. Kalimat demi kalimat tengah di ucapkannya, Zayen nampak tenang dan tidak terlihat gugup.
Sedangkan Afna berada di ruangan khusus mempelai wanita, Afna akan keluar setelah ijab qobul telah diikrarkan oleh calon suaminya. Begitu juga dengan Afna, dirinya cukup tenang dan tidak gelisah saat dirinya akan menjadi milik laki laki yang berstatus suami. Sang ibu berusaha menguatkan putrinya, menggenggam tangan Afna untuk menenangkan pikiran buruk pada putri kesayangannya.
Begitu khidmat suasana didalam gedung, semua hening. Hanya suara pak Penghulu yang bersuara.
Dan tibalah saatnya Zayen mengucapkan kalimatnya.
Tuan Tirta berusaha tenang, agar saat menyerahkan putrinya kepada menantunya tidak merasa cemas. Tuan Tirta menarik nafasnya pelan untuk memulai mengucapkan kalimat yang sangat sakral.
"Saya nikahkan putri saya yang bernama Afnaya Danuarta Binti Tirta Danuarta dengan mas kawin xxxx dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Afnaya Danuarta Binti Tirta Danuarya dengan mas kawin tersebut dibayar tu... nai."
"Sah!" ucap pak Penghulu.
"Sah...!!!" jawab semua serentak dari para sakai dan para tamu undangan yang menyaksikan.
"Alhamdulillah.." ucapnya serempak kembali.
Setelah ijab qobul diucapkan oleh Zayen, kini Afnaya sudah sah menjadi istri Zayen sepenuhnya. Keduanya kini sudah menjadi suami istri yang sah. Semua ikut bahagia dengan pernikahan Afnaya dan Zayen.
Seyn pun langsung pergi meninggalkan tempat, dan segera pergi sebelum Afna keluar dari ruangannya. Dengan langkahnya yang terburu buru, Seyn tanpa melihat sisi kanan kiri dan depan.
"Afnaya..." ucap Syen lirih.
semoga tidak ada pembullyan lagi di berbagai sekolah yg berefek tidak baik