Terpaksa Menikah Pangeran Jin

“Ikuti saja perintah Pak Hasto, jangan khawatir Mas Ndaru dan Mbak Fatima masih dalam perawatan dan pengawasan Dokter.” Ucap Ibu kepala pelayan yang paham jika Pak Sopir khawatir kalau ada berita duka.

Mobil terus melaju jantung Ibu kepala pelayan dan Anisa berdebar debar di saat mobil sudah mendekati lokasi rumah sakit.

Meskipun Anisa telah mantap dan ikhlas hati tetapi tetap saja jantung di dadanya berdebar debar lebih kencang.. Tangan Ibu kepala pelayan pun menggenggam erat telapak tangan Anisa yang terasa lebih dingin dari telapak tangannya.

Beberapa menit kemudian mobil telah memasuki pintu gerbang rumah mayat. Mereka bertiga melihat sosok Syahrul dan Dokter keluarga Hasto duduk di teras tampak berbincang bincang dengan dua perempuan berbeda usia. Pungki tidak ikut sebab Windy masih trauma pada Sang Ratu, mereka berdua lebih memilih menjaga Ndaru dan Fatima, bersama Pak Hasto dan Bu Hasto.

Setelah mobil berparkir Anisa dengan tangan gemetaran membuka pintu mobil..

“Pak, kamu boleh tunggu di sini atau di kantin rumah sakit biasanya. Nanti aku telepon, kalau sudah selesai.” Ucap Ibu kepala pelayan sambil membuka pintu mobil.

“Bu, itu ada Mas Syahrul kok tampak omong omong serius dengan dua perempuan itu? Apa malam ini penyerahan gadis tumbal?” tanya Pak Sopir yang masih duduk di jok kemudi, tidak melepas sabuk pengaman dan tidak juga membuka pintu mobil.

“Mungkin.” Ucap Ibu kepala pelayan dengan singkat lalu segera turun dari mobil. Pak sopir yang penasaran pun akhir nya menunggu di dalam mobil sambil mengamati yang berada di teras. Meskipun bulu kuduknya merinding di tempat itu. Pak Sopir berkali kali mengusap tengkuknya.

Anisa dan Ibu kepala pelayan terus berjalan berdampingan, tangan Ibu kepala pelayan terus menggandeng tangan Anisa. Dia benar benar tidak ingin Anisa pergi dari dirinya.

Sementara itu Sang Ratu yang masih nangkring di atas pohon melihat sosok dan wajah cantik Anisa..

“Hmmm gadis ini juga cantik.. “ gumam Sang Ratu sambil terus mengamati sosok Anisa.

“Tampaknya dia juga gadis yang baik, aura nya seperti gadis bumi yang dicintai Putera ku kemarin.” Gumam Sang Ratu lagi di saat mendengar dan melihat tutur kata Anisa saat memberi salam pada orang orang yang duduk di teras.

“Aku kok jadi bingung, apa Putraku aku suruh ke sini saja..” gumam Sang Ratu lagi lalu dia menyuruh jin kera monyet besar untuk memanggil Sang Putera tercinta.

Sedang di teras, gadis calon tumbal yang datang pertama kali tadi masih terus terisak isak menangis, berkali kali jari jari tangannya menghapus air mata yang terus meleleh. Akan tetapi kini hatinya sedikit lega sebab ada gadis lainnya..

“Ya Allah semoga bukan aku yang terpilih..” ucap gadis itu di dalam hati. Sedang kan Bibinya tampak ekspresi wajahnya tidak suka saat melihat sosok dan wajah Anisa yang tampak cantik alami, dan sopan. Juga lebih tenang dari pada keponakannya yang wajah nya telah sembab karena terus menangis.

“Mas Syahrul pemilihan nya bagaimana? Dan bagaimana kami tahu mana yang dipilih oleh Sang Ratu?” tanya Ibu kepala pelayan dengan suara bergetar dia sungguh tidak siap mendengar hasil pemilihan.

“Tunggu dulu Bu, masih ada satu lagi. Katanya sedang on the way.. dia tahu pengumuman pencarian tumbal ini dari karyawan perusahaan Pak Hasto.” Ucap Syahrul yang mendapat informasi dari karyawan perusahaan Pak Hasto.

Sesaat kemudian dari pintu gerbang muncul sebuah mobil sedan mewah, berwarna hitam meluncur masuk ke halaman rumah mayat di rumah sakit itu. Semua mata memandang ke arah mobil bagus itu.. dan tidak lama kemudian mobil pun berhenti.

“Ayo cepat turun, atau aku seret kamu!” ucap seorang laki laki muda yang ganteng dan gagah sambil melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil.

“Hegar kamu keterlaluan ya! Tega banget kamu sama aku!” teriak suara perempuan dari dalam mobil, perempuan itu tidak mau turun dari mobil.

“Ini kesempatan baik buat aku menguras harta keluarga Hasto mau kapan lagi kalau aku tidak mengambil kesempatan ini. Kamu tenang saja kamu tidak akan dibunuh malah kamu akan menjadi seorang puteri kerajaan. Dan asal kamu tahu, dari cerita cerita yang aku dengar jin itu lebih hot dari manusia.. ha... ha... ha... bukannya itu yang kamu suka ha... ha...” ucap pemuda ganteng yang dipanggil Hegar itu sambil turun dari mobil.

Perempuan cantik nan sexy yang duduk di jok depan di samping kemudi itu tetap tidak juga mau turun. Dia tidak juga mau melepas sabuk pengaman.

Hegar membuka pintu dengan kasar dan membuka paksa sabuk pengaman perempuan cantik itu.

“Kamu masih kurang kaya apa sih? Orang tua kamu sangat kaya.” Teriak perempuan cantik itu sambil menatap tajam Hegar pacarnya.

“Tidak usah banyak bicara dan hubungan kita putus sampai di sini!” suara Hegar sambil menarik tangan perempuan cantik yang selama ini dipacarinya.

Hegar terus menarik dan setengah menyeret perempuan cantik nan sexy itu.

Sang Ratu yang masih nangkring di atas pohon hanya tersenyum miring..

“Heh.. aku tidak mau punya mantu macam begitu, Meskipun cantik dia sudah tidak gadis lagi. Tetapi bagaimana kalau Putera ku malah tertarik pada dia ya, tubuhnya sangat sexy menggoda..” gumam Sang Ratu yang tiba tiba menjadi gelisah dan ada rasa sesal sudah menyuruh jin kera abdi nya untuk memanggil Pangeran Dewa Anum.

Sementara itu Ibu kepala pelayan, Anisa dan Dokter keluarga Hasto tampak kaget saat melihat sosok perempuan cantik dan sexy yang diseret seret..

“Mbak Angela.” Gumam mereka bertiga yang sudah mengenal sosok Angela, perempuan yang dulu menjadi pacar Dewa tetapi juga menggoda Pak Hasto demi harta. Hingga berujung pada perceraian Pak Hasto dan Bu Hasto.

Angela yang melihat mereka bertiga pun juga tampak kaget..

“Kenapa kalian di sini?” tanya Angela tampak sinis. Mereka bertiga pun hanya diam saja. Malah menoleh menatap Syahrul..

“Hegar, please ayo kita pulang saja.” Ucap Angela sambil menoleh ke arah Hegar.

“Duduk! kamu lihat gadis gadis itu juga duduk dengan tenang.” Ucap Hegar sambil menatap sosok Anisa yang tampak duduk dengan tenang.

Anisa pun juga menatap wajah Hegar... Sesaat dua orang itu saling pandang dan ada yang bergejolak di dalam dada nya...

“Kok aku seperti pernah melihat orang itu, tapi di mana?” gumam Anisa di dalam hati.

“Siapa perempuan itu aku kok merasa tidak asing dengan wajahnya.” Gumam Hegar di dalam hati.