Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.
"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.
"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."
"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
Selama kuliah Bara selalu mengantar dan menjemput Alina, awalnya ia menolak. Namun ketika pria itu sudah mendapatkan ijin dari kakanya, akhirnya Alina hanya menurut saja.
Bara tentu saja tidak akan memberi kesempatan untuk Bram bisa mendekati calon istrinya, ia cukup tahu bagaimana kegigihan dan keras kepala adik tirinya itu.
Setelah mengantarkan Alina, Bara ke kampusnya untuk memulai menyusun skrispinya. Karena itu adalah janjinya pada Adrian ketika ia memohon agar musuhnya itu mengizinkannya untuk menikahi Alina.
Adrian awalnya enggan dan ragu untuk mengizinkan barang menikahi adiknya, namun kegigihan pria itu sekaligus ancaman nya akan menculik Alina membuat Adrian akhirnya menyerah.
Dah syarat yang diajukan Adrian adalah Bara harus mulai fokus pada kuliahnya, menyelesaikan skripsinya hingga di wisuda. Karena dia tidak mau hidup alinea nanti susah, kalau aku sebenarnya tanpa bekerja pun kekayaan Barat akan habis dibagi 7 turunan.
Adrian tidak hanya ingin mengedepankan harta dan kesenangan duniawi saja, nggak ini nanti kelak suami Alina siapapun juga harus menjadi suami yang bertanggung jawab.
Walaupun ia berat melepaskan Alina untuk barang yang notabene adalah musuhnya ketika kuliah. Entah apa permasalahan di antara mereka yang terjadi, hingga persahabatan mereka retak.
Ini adalah hari yang ku tunggu-tunggu oleh Bara, dimana pada hari ini ia dan Alina akan menikah, mereka melangsungkan pernikahan dirumah saja.
Bukannya ia tak mau menikah di hotel, hanya saja bagi Bara ada alasan ia ingin menikah di rumah, terutama rumah peninggalan mendiang ibu kandungnya.
Bara ingin bunda nya bisa melihat dirinya menikah, dan ia ingin juga merasakan suasana menikah dirumah tempat ibunya dulu yang juga dipinang ayahnya, Robert.
Robert pun menikah disini dengan ibu nya, Adinda, tempat keduanya memulai semuanya dari titik nol, tempat dimana mereka memiliki Bara pada akhirnya.
Namun Bara tidak ingin pernikahannya berakhir seperti ayahnya, walaupun ia menikah dengan Alina karena ia tanpa sengaja mengham1li gadis itu, gadis yang tak lain adik dari mantan teman baiknya.
Rumah besar itu terlihat didekor begitu menawan, dan megah pastinya. Nuansa warna perpaduan merah maroon dan putih menjadi tatapan apik diantara banyak menu makanan yang tersaji.
Bara memakai jas hitam yang khusus telah dibuat oleh designer kenamaan keluarga Robert, sedangkan Robert mengenakan jas warna abu-abu yang disamakan dengan gaun pesta yang dipakai istri keduanya.
Bram dan Naura mengenakan pakaian yang senada juga, warna pilihan ibu kandungnya. Naura sebenarnya malas untuk menghadiri acara pernikahan kakak tiri suaminya.
Namun jika ia terlihat kentara tak suka bahkan menunjukkan wajah tidak menyukainya akan menjadi masalah nantinya, terlebih ibu mertuanya yang memintanya untuk hadir.
Tangan Naura mengapit lengan Bram seolah ia tak ingin melepaskan suaminya, Ibunda Bram yang melihatnya cukup senang melihat kemesraan diantara keduanya.
Bram sendiri terpaksa membiarkan Naura bermanja-manja seperti sekarang ini, wanita itu jelas menaruh kepalanya pada pundak Bram yang duduk di depan tempat nanti kakak tirinya dan mantan kekasihnya melangsungkan ijab qabul.
Bara keluar dengan kepercayaan penuh, ia terlihat tampan mengenakan jas hitam, sungguh berbeda dengan penampilannya sehari-hari. Adrian menatap kagum mantan sobatnya, ia telah menunggu setengah jam dirumah kediaman orang tua Bara.
Penghulu pun telah datang bersamaan dengan hadirnya Adrian, namun pria itu sempat melihat adik kandungnya itu sedang di make up oleh MUA.
Adrian saat itu terkagum melihat tampilan adiknya memakai kebaya modern berwarna putih dengan kerah Shanghai yang tak ingin mempertegas bagian leher jenjangnya.
Alina begitu cantik memakai riasan bernuansa sedikit cerah, biasanya pada keseharian gadis itu akan tampil apa adanya dan hanya memakai riasan tipis, hanya bedak dan lipbalm saja.
Namun walaupun tampil apa kadarnya mampu membuat sejuta pasang mata terpesona oleh kecantikan alami Alina yang begitu sederhana. Bahkan Bram begitu tergila-gila pada gadis lugu itu.
Adrian mengambil tangan adiknya, lalu ia mengusap punggung tangan nya dengan lembut, mata keduanya bertemu. Alina berkaca-kaca.
"Jangan bersedih, inilah awal yang harus kamu jalani Alina, kak Adrian doakan kamu akan bahagia." Ucap tulis sang kakak pada adiknya.
Alina yang awalnya tak berniat untuk bersedih dihari pernikahannya itu, kini ia tak bisa membendungnya. Air mata itu akhirnya luruh juga.
Melihat sang adik menangis, Adrian memeluk Alina. Bahkan pria yang juga tampan itu mengusap lembut jejak air mata yang mulai membasahi pipi Alina.
Nova melihat itu ia menjadi ikut merasakan kesedihan diantara kakak beradik itu, ia juga sudah berkaca-kaca hendak mengeluarkan cairan beningnya.
Akan tetapi Nova langsung menghapusnya dengan punggung tangannya, Nova mengambil tisu dan mendekati keduanya. Sobat Alina itu juga membantu Adrian mengusap jejak air mata Alina.
"Jangan menangis Alina, nanti make up kamu luntur." Ucap Nova lirih.
"Biarin saja, pokoknya nanti habis nikah aku gak mau tinggal disini. Alina pingin tinggal sama kak Adrian saja." Seru Alina yang sudah mengusap air matanya.
"Jangan begitu Alina, kamu akan jadi tanggung jawab Bara, dan harus nurut padanya. Kamu tidak boleh tinggal dengan kakak, kamu akan menjadi seorang istri bahkan ibu dari anak kamu nantinya." Jawab Adrian menasehati adik kesayangannya itu.
Alina hanya mengangguk patuh, lalu Nova kini memeluk sobatnya ia seakan ingin menghibur hati kawannya.
Dan kini Alina tampil dengan anggun nya, Bram menatap wajah cantik mantan kekasihnya itu. Aura kecantikan Alina lebih menonjol dengan balutan kebaya yang bertabur berlian.
Pria itu tertegun dan terpesona, dulu saat mereka masih bersama pun saja Bram begitu terpesona walau dengan tampilan sederhana, apalalgi kini, Alina begitu berbeda.
Naura yang duduk di dekat Bram ikut panas melihat pemandangan suaminya hanya fokus pada Alina semata, ia pun makin mengeratkan pelukan tangannya.
"Lepaskan, kita sedang ditempat umum." Bisik Bram dengan mengeratkan urat lehernya.
Bram pun melepaskan tangan Naura dengan paksa, tanpa sadar sang ibu melihatnya, dan wanita tua itu menatap nyalang pada putranya, ia seolah tak senang akan kekasaran Bram.
Namun Bram acuh, ia makin menjauhkan dirinya dari Naura, seolah istrinya itu virus yang mematikan yang harus ia hindari.
Bukan saja Bram yang terpesona oleh Alina, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu juga tertegun pada kecantikan Alina.
Berulang kali Bara tersenyum dengan tatapan yang sulit Alina artikan, hingga ia menjadi gugup pada acara itu. Tanpa sengaja ia juga menatap Bram yang juga hadir dalam acara ijab qabul.
Makin kikuk dirinya menghadapi semuanya, namun Nova menepuk pundaknya pelan.
"Gak usah tegang, santai aja." Kata Nova sembari mengedipkan sebelah matanya.
Alina tersenyum tipis. "Iya....." Jawabnya yang kemudian ia duduk di samping Bara.
Penghulu pun memulai acara ijab kabulnya, Bara pun menjabat tangan Adrian setelah ia di perintah oleh penghulu.
Barulah Bara dengan lantang dan rasa percaya tingginya ia mengucapkan ijab Kabul tanpa ada kesalahan sama sekali.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Seru pak penghulu kearah mata yang hadir menjadi saksi pernikahan di antara Bara dan Alina.
Yang hadir pun bersorak dengan lantang.
"Sah.....sah.....sah......."
Setelah penghulu menyatakan keduanya sah, dan memberikan surat pernikahan keduanya untuk ditandatangani. Bara juga menyematkan cincin di jari manis Alina yang kini telah menjadi isterinya.
Alina pun juga ikut menyematkan cincin pernikahan di jari manis Bara, lalu Bara juga mengecup lembut kening Alina, ia hanya memejamkan matanya.
Dari kejauhan Bram menahan kekesalannya, ia tak memungkiri hatinya begitu sakit melihat pemandangan itu. Satu tangannya ia genggam kuat supaya ia tak kelepasan untuk bisa memberikan hadiah bogeman untuk Bara.
Disisi lain tanpa sadar Adrian menitipkan air matanya. Bara bisa melihat itu, bahwa temannya itu terlihat sedih.
Adrian memang saat ini sedih melihat adik tercintanya menikah tanpa kehadiran kedua orang tuanya, ia juga berat melepaskan Alina yang sudah lama ia jaga sejak remaja.
Bagi Adrian, ia berharap Alina bisa bahagia walaupun ia harus mencoba mengubur kebenciannya kepada Bara lambat laun nantinya.
"Jaga adik gue, jangan sakiti adik gue. Tolong bahagiakan dia." Ucap Adrian getir.
"Lo tenang aja, Alina akan gue jaga dengan baik." Timpal Bara.
Alina menatap sendu wajah Adrian, pria itu mencoba tersenyum pada Bara, lalu datanglah Robert pria itu juga berjanji pada Adrian bahwa ia akan menyayangi Alina, seperti anaknya sendiri.
Robert tahu bahwa Alina gadis yang baik dan pandai dikampusnya, informasi itu ia dapat dari asisten pribadinya dikantor yang menyelidiki gadis yang akan dinikahi puteranya.
"Kamu tenang saja Alina akan kami jaga baik disini, dan Bara akan membahagiakan Alina pastinya. Bukankah begitu Bara?" Kini tatapan pria tua itu beralih pada puteranya Bara.
Bara pun tersenyum mirip dengan sengaja melihat reaksi Bram, tangannya pun merengkuh pinggang Alina.
"Tentu saja ayah, aku akan membuat Alina puas..."
"Haaahhh..." Seru Alina, Robert dan Alina bersamaan dengan mengernyitkan alisnya setelahnya.
"Ehmm maksud Bara itu membahagiakan Alina." Kroscek Bara terkikik.
Jangan di tanya hari Bram saat ini sudah sangat emosi, rasanya ia ingin meledak kan kemarahannya dengan membungkam mulut kakak iparnya itu dengan plester.
"Terima kasih tuan Robert, saya bisa lega saat ini." Ucap Adrian masih menatap Alina yang tengah direngkuh Bara.
"Iya kamu tenang saja."
Setelah acara ijab selesai, ada acara lain yang menunggu mereka yaitu acara resepsi yang disulap menjadi garden party. Alina memakai pakaian gaun ala eropa, rambutnya pun digerai sedikit dibuat gelombang pada ujungnya.
Penampilan Alina itu mendapat banyak pujian dari para relasi bisnis Robert. Mereka memuji menantu Robert yang sangat cantik, tentu saja Bara ikut bangga, namun tidak dengan Bram yang saat ini terlihat kesal.
Bara senang melihat adik iparnya itu menderita, rasanya ia ingin tertawa lepas untuk hari kemenangannya ini.
Musik pun terdengar, suara piano dan biola menyatu dimainkan oleh musikus yang sengaja dipesan oleh keluarga itu. Keromantisan pun mulai terasa disekeliling pesta.
Tamu-tamu mulai mencicipi hidangan ala eropa, dan dari timur tengah. Bara mengajak Alina berdansa mengikuti alunan piano yang begitu merdu.
Bara menuntun Alina berdansa, dan sesekali ia diam-diam mengecup pipi Alina kanan kiri, hal itu tentu saja dapat tatapan tajam dari Bram seolah pria itu tak terima.
Sang ibu yang menyadari itu memberikan kode buat Bram untuk tidak berbuat onar, ia sudah tahu Bram memiliki hubungan dengan Alina. Terlebih puteranya itu masih menyimpan rasa cinta untuk Alina.