NovelToon NovelToon
Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Dijodohkan Orang Tua / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:306
Nilai: 5
Nama Author: chayra

zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.

Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.

Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17

Albian: Gue tunggu lo deket gazebo belakangnya gedung Rektorat. Lo jalan dikit biar sehat.

Setelah mengirimkan pesan pada ziara, albian menggeser layar Hp nya melihat-lihat media sosial agar tidak bosan. Masalahnya jarak dari fakultas pendidikan ke gedung Rektorat lumayan jauh. Alzian sengaja menunggu di sana karena Agra sudah sempat memergokinya.

Sepuluh menit berlalu, tapi ziara belum juga kelihatan batang hidungnya. Bahkan pesan yang albian kirimkan juga tak mendapatkan balasan.

“Nyasar ke mana nih anak? Lama banget! Gue sampe garing nungguin di sini,” gerutu albian seraya mengedarkan pandangan ke sekitar. Pemuda itu paling tak bisa kalau disuruh menunggu.

Detik selanjutnya albian memilih keluar dari dalam mobilnya, lalu mengambil sebatang rokok. Sambil bersandar pada pintu mobil, Alzian merokok dengan santainya. Hingga ia tak tahu saat ziara berjalan mendekat.

“Kamu ngerokok, bian?” tanya ziara membuat albian terlonjak kaget hingga rokoknya pun ikut terjatuh.

“Asem! Lo ngagetin gue aja sih, zia.

Perasaan tadi lo belum ada, kok udah nongol aja di sini?” albian memegangi dadanya yang masih berdetak kencang.

Ziara menghela napas panjang seraya menatap batang rokok yang terjatuh di bawah.

“Kamu ngerokok?” tanya ziara sekali lagi.

“Iya. Kenapa?” albian mendadak nyolot. “Masalah?”

“Masalah besar,” jawab ziara tegas. “Apa kamu sadar kalau merokok itu merugikan orang lain? Bukan Cuma kamu aja yang dapat efek buruknya, tapi orang di sekitar kamu juga. Salah satunya aku,” sambungnya.

“Bodo amat! Gue yang ngerokok, kok lo yang sewot? Udah ah, ayo masuk! Keburu ada yang liat ntar.” albian tak mau ambil pusing, ia memilih membuka pintu mobil untuk masuk ke dalam lebih dulu.

"Aku gak suka sama perokok," ucap ziara, sebelum berjalan menuju ke arah pintu di samping kiri.

Gerakan albian mendadak terhenti.

Pandangannya teralihkan pada ziara yang sudah bersiap masuk dengan kepala tertunduk. Lalu ia lirik puntung rokok yang terjatuh tadi sambil menghela napas kasar.

"Kenapa masih di situ? Katanya suruh cepetan," ucap ziara membuat albian bergegas menyusul masuk ke dalam.

Mobil hitam itu pun dilajukan dengan kecepatan sedang. Seperti sebelumnya, tak ada percakapan apapun sepanjang perjalanan. Baik albian maupun ziara sama-sama bungkam, seolah tak tertarik untuk saling mengenal.

Albian yang awalnya fokus mengemudikan mobil seketika menoleh ke samping begitu ziara minta diturunkan.

"Aku turun di depan aja ya, bian," kata gadis bercadar itu sambil menunjuk ke arah pintu utama sebuah perumahan.

Dahi albian mengernyit menatap istrinya.

"Mau apa lo berhenti di depan? Lo pikir gue gak tau siapa yang tinggal di perumahan itu?"

albian menghentikan mobilnya tak jauh dari pintu utama perumahan bertuliskan Griya Santana itu. Tapi, bukannya membiarkan ziara keluar, ia justru menekan tombol central lock sehingga semua pintu mobil pun terkunci.

"Kok malah dikunci sih, Zian? Terus aku gimana keluarnya?" tanya ziara bingung. Sesekali ia melihat jam pada layar Hp nya, takut terlambat.

"Lo belum jawab pertanyaan gue. Mau apa lo berhenti di sini? Gue tau kalo Davino tinggal di perumahan ini. Lo mau nyamperin dia, hah? Selingkuh beneran lo sama dia?" tanya albian dengan rahang mengeras. Dadanya naik turun menunggu jawaban dari ziara.

"Astaghfirullah. Kamu bilang aku selingkuh? Aku gak kayak gitu, bian," jawab ziara dengan gelengan kepala cepat.

Albian terbelalak mendengarnya. Ia baru sadar telah menuduh ziara selingkuh. Padahal hubungan mereka tak sedekat itu meski statusnya suami istri yang sah.

"Yaa... Apa dong sebutannya kalo bukan selingkuh? Maksud gue, karena status lo kan istri gue, walaupun kita nikahnya terpaksa. Jadi, kalo sampe lo deket sama cowok lain, sama aja itu namanya selingkuh kan?" Albian menjelaskan dengan terbata. Ia tak ingin jika ziara sampai kege-eran.

"Iya. Aku tau maksud kamu. Tapi aku sama vino itu gak ada apa-apa. Kami gak punya hubungan yang spesial. Aku kenal sama dia juga karena vino itu Kakaknya murid les privat-ku," ucap ziara yang tak ingin dituduh sembarangan.

Untuk kesekian kalinya albian dibuat terkejut oleh gadis bercadar yang berstatus istrinya itu. Selama ini ia tak pernah tahu kalau selain kuliah ziara juga bekerja. Yang albian tahu, ziara itu gadis menyebalkan yang sok ikut campur urusan orang yang hampir membuatnya dikeluarkan dari SMA.

Sebelum waktu ujian kelulusan yang tinggal beberapa bulan, albian yang paling benci tiap kali melihat tindakan pembullyan memergoki salah satu geng anak cewek membully Brigita di belakang sekolah.

Brigita yang ternyata anak dari seorang wanita perebut suami orang menjadi bahan bullyan dari salah satu geng anak cewek yang Papanya direbut oleh Mama Brigita.

Albian tak peduli dengan alasan mereka membully Brigita, yang ia tahu pembullyan itu adalah hal yang sangat dibencinya.

Pemuda itu menceburkan anak-anak cewek yang membully Brigita ke dalam selokan yang ada di belakang sekolah. Bahkan salah satu dari mereka sampai pingsan karena kepalanya terbentur saat terjatuh.

Ziara yang menjadi satu-satunya saksi kejadian itu, melaporkan albian pada guru BK. Bukan yang pertama kali, tapi yang ketiga kalinya. Laporan atas kasus-kasus sebelumnya juga sudah masuk atas keterangan yang diberikan ziara. Entah kenapa, gadis itu selalu saja menjadi saksi saat albian membully para pembully di sekolahnya. Meski ziara anak pindahan, ia tak pernah takut melaporkan albian pada guru maupun kepala sekolah. Padahal anak lain tak berani mengusiknya.

Kini albian menatap gadis yang dibencinya itu lekat. Amarahnya sedikit mereda setelah tahu alasan ziara datang ke rumah vino. Tapi, tetap saja pikirannya jadi macam-macam. Apalagi vino terlihat perhatian pada gadis bercadar itu.

"Lo berhenti aja jadi guru les privat. Mulai sekarang kan lo udah jadi tanggung jawab gue. Dan gue juga pasti kasih nafkah lo lebih banyak dari gaji lo sekarang," ucap albian.

Ziara menggeleng cepat. "Aku gak bisa, bian. Aku gak bisa asal berhenti gitu aja. Apalagi aku ikut lembaga. Jadi aku gak bisa asal berhenti gitu aja. Tolong lah kamu ngerti."

"Tapi, kan di sana ada-"

"Aku sama vino beneran gak ada hubungan apa-apa. Apalagi aku udah nikah sama kamu... walaupun nikah terpaksa," potong ziara merendahkan suaranya pada kalimatnya yang terakhir. "Aku janji, aku gak akan bikin kamu kecewa. Aku gak akan bikin kamu malu."

Albian meremas stir kemudinya kuat. Kini ia jadi bimbang antara melarang ziara atau tetap mengizinkannya untuk mengajar les privat di rumah vino. Membiarkan ziara tetap mengajar, sama saja membuka banyak peluang untuk Davino berdekatan dengan istrinya.

"Oke. Gue izinin lo ngajar les privat, tapi dengan satu syarat," ucap albian setelah berpikir keras.

"Syaratnya apa?" tanya ziara penasaran.

"Gue ikut lo ke rumah vino. Biar gue lihat sendiri, lo beneran apa enggak sama ucapan lo," jawab albian dengan satu alis terangkat.

***

Rumah besar dengan gaya klasik modern tiga lantai itu terlihat sunyi dari luar seolah tak berpenghuni.

Ziara keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju teras bersama albian di samping kanannya. Gadis itu sesekali melirik ke arah suaminya yang mendadak berwajah garang.

Setelah menekan bel yang ada di samping pintu, seorang wanita paruh baya keluar sambil memakai celemek. Wanita itu mengulas senyuman lebar begitu melihat kedatangan ziara.

"Assalamualaikum," ucap ziara begitu wanita paruh baya itu berjalan mendekat.

"Waalaikumsalam. Neng zia akhirnya ngajar lagi. Bibi kangen berat loh. Apalagi Non Dira. Tiap hari nanyain terus," ucap wanita yang dipanggil Bi Ijah itu. "Ayo masuk, Neng."

"Zia juga kangen sama Bi Ijah. Kabarnya baik kan?" tanya ziara sambil berjalan masuk ke ruang tamu, diikuti albian di belakangnya.

Bi Ijah melirik ke arah albian yang membuntuti ziara. "Alhamdulillah, kabar Bibi baik, Neng. Itu yang di sebelah Neng zia siapa? Kok ganteng."

Merasa dirinya dipuji, albian berdehem pelan seraya menyugar rambutnya ke atas. Tak lupa ia juga tersenyum manis pada Bi Ijah yang telah memberinya pujian. "Makasih atas pujiannya, Bi. Kalo mau bisa difoto biar bisa dibuat kenang-kenangan," ucapnya.

"Sok ngartis deh," lirih ziara meliriknya kesal. "Katanya ke sini mau nemenin aku," sambungnya.

"Kan udah ditemenin," balas albian.

1
shora_ryuuka shoyo
Wow, luar biasa!
Raquel Leal Sánchez
Membuat saya terharu
y0urdr3amb0y
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!