Semua orang di sekolah mengenal Jenny: cantik, modis, dan selalu jadi pusat perhatian tiap kali ia muncul.
Semua orang juga tahu siapa George: pintar, pendiam, dan lebih sering bersembunyi di balik buku-buku tebal.
Dunia mereka seolah tidak pernah bersinggungan—hingga suatu hari, sebuah tugas sekolah mempertemukan mereka dalam satu tim.
Jenny yang ceria dan penuh percaya diri mulai menemukan sisi lain dari George yang selama ini tersembunyi. Sedangkan George, tanpa sadar, mulai belajar bahwa hidup tak melulu soal nilai dan buku.
Namun, ketika rasa nyaman berubah menjadi sesuatu yang lebih, mereka harus menghadapi kenyataan: apakah cinta di antara dua dunia yang berbeda benar-benar mungkin?
Spin off dari novel Jevan dan Para Perempuan. Dapat di baca secara terpisah 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Halloween Nightmare
"Oh, itu. George dan aku akhirnya memenangkan lomba proyek sains itu"
"Hah? Beneran? Kalian juara?"
"Iya beneran"
"Wiih ... Congrats ya! Juara berapa?"
"Juara satu"
"Waah keren ...!"
"Ide untuk materi lomba kan semuanya George yang buat, aku sih cuma bantuin aja. Jadi yang keren itu George, bukan aku"
"Tetep aja kamu juga keren, Jen. Kan kalian satu kelompok. Selamat ya, aku bangga sama kamu!"
Louisa kemudian memeluk Jenny dengan hangat, membuat Jenny jadi agak sedikit melupakan rasa irinya kepada Louisa.
"Thanks ya, Lou"
"Sama-sama, sis. Sekarang, ayo kita makan! Aku lapar nih. Jangan khawatir, aku akan traktir kamu"
"Beneran, Lou?"
"Iya beneran. Ayo!"
Louisa lalu menarik lengan Jenny dan membawanya keluar dari rumah susun tempat mereka tinggal. Tetapi bukannya merasa senang karena Louisa ingin mentraktirnya makan, Jenny jadi bertanya-tanya dalam hati apakah Louisa ingin mentraktirnya untuk merayakan kemenangan proyek sainsnya atau untuk menutupi rasa bersalahnya kepada Jenny karena sudah bermalam bersama Jevan yang seharusnya mereka anggap sebagai kakak sendiri.
***
Tak terasa waktu sudah menunjukkan akhir bulan Oktober di kota Las Vegas. Para penduduk kemudian bersiap untuk merayakan hari Halloween, termasuk juga di sekolah Jenny dan Louisa yang hari itu sedang menunggu bus untuk pulang dari sekolah.
"Rencananya nanti kamu mau pakai kostum apa Jen untuk Halloween nanti?"
"Entahlah, aku belum kepikiran, Lou"
"Aku sebenarnya sudah menyewa kostum Cat Woman yang seksi dan ketat itu, tapi ternyata tidak muat karena sepertinya berat badanku naik beberapa kilo"
Jenny terkejut mendengar ucapan Louisa.
"Jangan-jangan kamu hamil Lou, makanya berat badan kamu naik!"
"Hush, sembarangan! Ga mungkin lah aku hamil"
"Bisa aja kan dari yang terakhir waktu kamu melakukan itu sama Jevan"
"Duh Jen, kayaknya ga mungkin deh karena itu kan udah lebih dari sebulan. Lagipula waktu itu Jevan pakai pelindung kok"
"Oh, syukurlah kalau begitu. Wait, Jevan kok kayak bisa tau akan melakukan itu sama kamu makanya dia ingat untuk pakai pelindung?"
"Dia kan emang suka bawa pelindung kemana-mana karena itu kan kayak syarat wajib dari pekerjaan dia"
"Iya juga ya"
"Ya udah kamu pakai kostum aku aja, nanti aku cari kostum yang lain lagi. Mudah-mudahan sih masih ada waktu untuk cari lagi. Nanti mampir ke rumah aku dulu ya Jen buat coba kostumnya"
"Oke deh"
***
Kostum Cat Woman yang akhirnya dipakai oleh Jenny ternyata memang pas di tubuh Jenny. Louisa akhirnya mendapatkan kostum lain berupa kostum perempuan gipsi dengan rok lebar yang muat di tubuhnya.
Jenny sebenarnya malas untuk mendatangi pesta Halloween seperti ini. Ia lebih suka diam di rumah sambil menonton film horor bersama Jevan dan Louisa. Tetapi sayangnya ia sudah tak bisa melakukan itu sejak Jevan mulai bekerja untuk Nino.
Setibanya di tempat pesta yang ramai, Louisa lalu meminta Jenny untuk diam di tempat sementara ia mengambilkan minuman untuk Jenny dan dirinya sendiri. Amanda yang sedang bersama dengan Bryan, pacarnya dan juga kedua sahabatnya yaitu Connie dan Andrea, kemudian mendatangi Jenny.
"Oh my God!"
Connie dan Andrea berteriak secara bersamaan karena terkejut melihat Jenny yang ternyata memakai kostum yang sama dengan Amanda.
"Kamu kok bisa sih pakai kostum itu, Jenny?" tanya Andrea kepada Jenny.
"Kenapa? Memangnya tak boleh?" tanya Jenny dengan ekspresi polos. Wajah Amanda terlihat memerah karena marah. Ia lalu mencekal lengan Jenny.
"Ganti kostummu sekarang juga, Jenny! Tak ada yang boleh memakai kostum yang sama denganku di sini! Kamu seharusnya tau itu!" sembur Amanda yang terlihat sangat kesal dengan Jenny. Bryan kemudian mencoba menepuk punggung Amanda untuk menenangkannya.
"Tenang, beb. Jenny kan ga tahu kalau kamu pakai kostum yang sama dengan dia" ucap Bryan.
"Kamu kok jadi belain dia sih!?"
"Bukan belain, aku cuma bilang ... "
"Diam kamu, beb!"
Para siswa lain jadi melihat kegaduhan yang dibuat oleh Amanda, tapi tak ada satupun yang berani untuk melerai.
"Jangan sampai aku mengulangi perkataanku lagi, Jenny! Ganti kostummu sekarang juga!"
"Aku tak bawa baju lagi, Amanda. Lagipula kenapa sih kamu mempermasalahkan ini? Ini kan cuma kostum untuk pesta Halloween. Santai aja sih!"
"Aku tak suka ada yang memakai kostum yang sama denganku! Memangnya kamu pikir kamu siapa dengan percaya dirinya memakai kostum itu, hah!?"
"Memangnya aku harus izin dulu padamu kalau aku mau pakai kostum yang sama denganmu? Sudahlah, aku aja ga repot kok kenapa kamu jadi kesel banget sih!?"
"Kurang ajar kamu ya!" Amanda kemudian melayangkan tangannya untuk menampar pipi Jenny, tapi seseorang dengan cepat menangkap tangan Amanda sehingga tak sampai mengenai pipi Jenny.
"Berani-beraninya kau!" Amanda kira yang menangkap tangannya adalah Bryan, tetapi ternyata bukan.
"Siapa kau berani menentang aku?"
"Aku adalah Batman. Masa kamu tak lihat sih?"
"Maksud aku siapa kamu yang sebenarnya di balik kostum yang kamu pakai ini!"
Pria yang tadi membela Jenny kemudian tersenyum santai.
"Baiklah, aku akan beritahu kamu kalau kamu penasaran" Pria itu lalu mendekati Amanda untuk berbisik di telinga Amanda.
"Aku adalah ... Bruce Wayne ... " Ucapan pria itu membuat Amanda melotot ke arahnya. Kini Amanda tak hanya marah dengan Jenny, tapi juga dengan pria itu yang menurutnya hanya ingin mempermainkan dirinya. Tetapi sebelum Amanda merespon, pria itu sudah terlanjur pergi sambil menarik lengan Jenny yang kini sudah tak cidera lagi sejak kecelakaan di kelas yang membuat lengan kanannya terbakar.
Pria itu lalu membawa Jenny ke taman kecil yang berada di depan tempat itu. Setelah di rasa sudah jauh dari Amanda dan aman, pria itu lalu mengajak Jenny duduk di bangku yang berada di taman itu. Jenny lalu tertawa terbahak-bahak.
"Terima kasih telah membelaku, Bruce"
Pria itu tersenyum lalu menjawab.
"Sama-sama, Cat Woman. Tunggu, siapa nama aslinya Cat Woman ya? Ah iya, Selina Kyle! Itu dia!"
Jenny kembali tersenyum. Dia tahu siapa pria dibalik kostum yang ia kenakan.
"Kamu cocok banget jadi batman, George"
"George siapa? Aku Bruce Wayne"
Jenny kembali tertawa mendengar perkataan George.
"Kamu ga pakai kacamata, George. Emang kelihatan?"
"Aku pakai soft lens"
"Oh, I see ... Kenapa kamu ga pakai soft lens aja kalau ke sekolah, George?"
"Aku tak mau, Jen. Bagiku rasanya tak nyaman. Tapi kalau sesekali sih tak apa-apa"
"Padahal kamu terlihat lebih tampan loh tanpa kacamata"
"Masa sih?"
"Iya, beneran. Kamu kan tahu kalau aku ga pernah bohong ke kamu"
"Thanks, Jen. Aku jadi malu"
Jenny kemudian memandang wajah George. Tanpa ia sadar, wajahnya lama kelamaan tambah mendekat ke arah George. Tetapi sebelum ia mencium George, ia tiba-tiba mendengar seseorang memanggil namanya.
"Jennyyy...! Akhirnya ketemu juga!"