Di saat kedua sahabatnya telah menikah, Davin masih saja setia pada status jomblonya. hingga pada suatu malam ia menghadiri perayaan adik perempuannya di sebuah hotel. perayaan atas kelulusan adik perempuannya yang resmi menyandang gelar sarjana. Tapi siapa sangka malam itu terjadi accident yang berada diluar kendali Davin, pria itu secara sadar meniduri rekan seangkatan adiknya, dan gadis itu tak lain adalah adik kandung dari sahabat baiknya, Arga Brahmana. sehingga mau tak mau Davin harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menikahi, Faradila.
Akankah pernikahan yang disebabkan oleh one night stand tersebut bisa bertahan atau justru berakhir begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17.
Sore harinya, Dila nampak bersiap untuk pulang. Berbeda dengan Rani yang justru terlihat tengah merapikan make-up nya, mengingat sore ini ia akan menemani Davin untuk meeting bersama client di salah satu restoran ternama di kota itu. Sesekali Dila melirik pada Rani yang masih saja sibuk dengan kegiatannya, menatap pantulan wajahnya dari cermin pada kotak bedaknya.
Setelah memastikan make-up nya sudah mumpuni, penampilannya pun sudah Ok, Rani bangkit dari duduknya.
"Nona Dila, saya pergi dulu ya.... kasihan jika pak Davin kelamaan menunggu." Rani berbicara dengan nada biasa saja, tak ada nada yang dibuat mendayu apalagi sampai terdengar seperti wanita peng-goda, tapi entah mengapa kedengarannya sangat menyebalkan ditelinga Dila.
Dila hanya mengangguk saja, tanpa berniat mengeluarkan sepatah katapun untuk meresponnya.
Dengan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, Dila berjalan meninggalkan ruangan divisinya. Melewati koridor gedung hendak menuju lift yang akan membawanya ke lantai dasar gedung. Sebelum memasuki kotak lift, Dila menoleh sejenak ke arah pintu ruangan Davin yang tertutup dengan sempurna. Bisa dipastikan saat ini Rani sudah berada di dalam ruangan tersebut bersama dengan Davin. Jujur, Dila merasa penasaran dengan apa yang terjadi antara suaminya dan Rani di dalam sana, akan tetapi ia pun tak dapat berbuat apa-apa.
"Hari ini kamu kelihatan cantik sekali, Nona Rani." Dila langsung menggelengkan kepalanya ketika bayangan Davin tengah memuji kecantikan Rani terlintas begitu saja dibenaknya.
"Tidak mungkin....Aku yakin mas Davin bukan tipikal pria seperti itu." Dila berusaha menenangkan diri sendiri, sebelum kembali melanjutkan langkahnya memasuki kotak lift.
Tanpa di sadari oleh Dila, rupanya ada sepasang mata yang sejak tadi mengamati pergerakannya.
"Wanita memang makhluk paling aneh di muka bumi ini." Gumam seseorang yang tak lain adalah Faras. Ya, sejak tadi Faras mengamati pergerakan Dila, bahkan saat Dila memandang ke arah pintu ruangan Davin pun tak luput dari pengamatan Faras. Dari sorot mata Dila, Faras yakin jika saat ini perasaan wanita itu sedang tak tenang. Lagipula istri mana yang merasa tenang jika suaminya sedang berduaan dengan wanita lain, sekalipun itu untuk urusan pekerjaan.
Jika tidak karena janjinya pada Marwah, Dila ingin segera pulang ke rumah untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Sebenarnya Dila merasa moodnya sedang tidak baik, akan tetapi ia sudah terlanjur janji pada marwah.
Setengah jam kemudian, Mobil Dila nampak memasuki area parkiran salah satu pusat perbelanjaan di kota Surabaya. Dila turun dari mobilnya, lalu berjalan memasuki pintu utama Mall. Dari jarak yang masih lumayan jauh, Dila menyaksikan keberadaan Marwah melambaikan tangan ke arahnya. Dila kembali melangkah guna menghampiri Marwah.
"Memangnya kamu ingin membeli apa, hm?." Tanya Dila setelah mereka memasuki sebuah toko yang menyediakan pakaian khusus wanita.
"Pokoknya kamu ikut saja, nanti kamu juga bakal tahu kok." Jawaban Marwah terdengar ambigu sehingga Dila hanya bisa menghela napas panjang dibuatnya.
"Baiklah." Dila berusaha bersikap seperti biasa dihadapan Marwah, mengingat sahabatnya itu belum tahu menahu tentang pernikahannya dengan Davin. Seandainya sejak awal ia berterus terang pada Marwah tentang pernikahannya dengan Davin, mungkin Dila bisa sedikit berbagi keluh kesah dengan sahabatnya itu. Tak harus memendam semuanya seorang diri seperti ini.
Dila menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali ketika Marwah mengajaknya ke deretan pakaian minim bahan.
"Bukankah mas Irwan itu seorang pengusaha. Tidak mungkin mas Irwan tidak sanggup membelikan pakaian yang layak untukmu, sehingga kamu harus memilih pakaian kurang bahan seperti ini, Marwah...."
"Hahaha...." Tawa Marwah langsung pecah mendengar statement polos Dila.
"Ini tuh namanya baju dinas alias lingerie, Dila ku sayang. Sebagai seorang istri kita wajib menyenangkan suami, terutama saat berada di ranjang. Soalnya zaman sekarang ini banyak sekali wanita di luaran sana yang doyan sama laki orang. Meskipun aku yakin mas Irwan bukan tipikal pria seperti itu, tapi apa salahnya menyenangkan suami sendiri, iya kan."
Deg.
"Wanita penggoda di luaran sana....? Pelakor....?." Dila jadi kepikiran pada suaminya. Apa mungkin Davin akan tergoda dengan wanita lain diluaran sana, mengingat selama menjadi istri, Ia tidak pernah menunaikan kewajibannya. Pikiran Dila semakin kemana-mana.
"Sorry ya Dil...aku jadi ngomong ke arah sana deh, padahal kamu kan belum menikah. Sekali lagi sorry ya Dila...." Teringat akan status sahabatnya itu, Marwah jadi merasa tidak enak hati, terlalu banyak membahas tentang hubungan suami-istri.
"Nggak papa kok, santai aja!." Balas Dila seraya menyematkan senyum seperti biasanya.
Setelah satu jam berlalu, Marwah menuju meja kasir untuk membayar semua belanjaannya, sedangkan Dila masih tetap setia menemani.
Setelah selesai melakukan transaksi di meja kasir, mereka pun berlalu meninggalkan gedung berlantai empat tersebut.
*
Di tempat yang berbeda, Davin baru saja memulai sesi meeting.
Pria berusia senja dihadapan Davin tak sedikitpun memalingkan pandangannya saat menyaksikan Davin menerangkan tentang desain gambar yang dibuatnya. Dari sorot mata pria itu tergambar jelas kekagumannya terhadap sosok Davin.
"Di balik kesuksesan serta kelebihan seorang pria biasanya ada sosok spesial di belakangnya, bukan begitu tuan Davin?." Kalimat itu dilontarkan client tersebut setelah meeting selesai. Meeting yang berlangsung hampir dua jam tersebut terasa begitu menyenangkan bagi pria itu, sangat jauh berbeda dengan meeting sebelum-sebelumnya. Entahlah.... hanya pria itu yang tahu alasannya, mengapa meeting nya kali ini begitu memukau dan menyenangkan baginya.
Davin hanya meresponnya dengan seulas senyum tipis. Bukannya tidak ingin mengakui istrinya, tetapi Davin memikirkan posisi Dila jika ia terlalu terbuka soal hubungan pernikahan mereka, mengingat saat ini ada Rani bersamanya.
Tanpa disadari oleh Davin, Rani sedang menunggu jawaban dari Davin. Benarkah sudah ada seseorang yang berhasil menaklukkan hati pria tampan di sampingnya itu? Ataukah kalimat tersebut hanyalah sebuah kata-kata yang kerap kali diucapkan oleh kebanyakan orang saja.
Tepat pukul tujuh malam, Davin dan Rani meninggalkan lokasi meeting.
"Apa saya boleh bertanya sesuatu pada bapak?." tanya Rani saat mereka sedang berada diperjalanan kembali ke kantor. Ya, Davin memutuskan mengantarkan Rani kembali ke kantor mengingat saat ini mobil milik wanita itu berada di sana.
"Silahkan...!." Davin mempersilahkan Rani melontarkan pertanyaannya, tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
"Seperti apa sebenarnya kriteria wanita idaman bapak?." Pertanyaan itu berhasil memancing lirikan Davin. Ia mulai menyadari kemana arah dan maksud dari pertanyaan Rani.
Sejak dulu Davin sudah mewanti-wanti dirinya bahwa situasi seperti ini pasti akan terjadi suatu waktu, mengingat selama ini Rani diam-diam menaruh hati padanya.
Davin tak langsung menjawab, Pria itu mencari kalimat yang pas agar tidak sampai menyinggung perasaan Rani.
"Sebenarnya saya tidak pernah memiliki kriteria khusus dalam mencari pasangan, terutama dalam kriteria fisik. Tetapi setelah menikah, saya baru menyadari bahwa semua kriteria yang diinginkan oleh hampir semua pria ternyata ada pada istriku." Ungkap Davin seraya melebarkan senyumnya, seolah membicarakan tentang istrinya begitu menyenangkan. Kini Davin merasa tak punya pilihan lain selain mengakui statusnya yang sebenarnya.
Deg
Rani merasa jantungnya seperti berhenti berdetak, mendengar pengakuan secara tidak langsung dari pria yang disukainya itu.
akibat iri,hampir hilang masa depan kan...
Davin ayo selidiki siapa yang melaporkan kalau Dila ada di dalam kamar mu??? bisa dilaporkan balik lho atas pencemaran nama baik,atau gak di kasi sanksi dikantor...
tanpa menncari fau siapa pasangan Davin
dan Dilla
tp siaapp2 yaa ujungnya kmu yg maluuu
semangaaatttt
kenapa harus tunggu konferensi pers dulu?? rasa nya untuk itu tidak di perlukan