Jodoh itu unik.
Yang selalu diimpikan, tak berujung pernikahan. Yang awalnya tak pernah dipikirkan, justru bersanding di pelaminan.
Lintang Jelita Sutedjo dan Alan Prawira menikah atas dasar perjodohan kedua orang tuanya. Selisih usia 10 tahun tak menghalangi niat dua keluarga untuk menyatukan anak-anak mereka.
Lintang berasal dari keluarga ningrat yang kaya dan terpandang. Sedangkan Alan berprofesi sebagai dokter spesialis anak, berasal dari keluarga biasa bukan ningrat atau konglomerat.
Pernikahan mereka dilakukan sekitar empat bulan sebelum Lintang lulus SMA. Pernikahan itu dilakukan secara tertutup dan hanya keluarga yang tau.
Alan adalah cinta pertama Lintang secara diam-diam. Namun tidak dengan Alan yang mencintai wanita lain.
"Kak Alan, mohon bimbing aku."
"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.
"Kak Alan, aku cinta kakak."
"Cintaku bukan kamu!"
"Siapa ??"
Mampukah Lintang membuat Alan mencintainya? Simak kisahnya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Dapur dan Kasur
"Lintang," sapa Mama Dian yang ekor matanya menangkap kedatangan Lintang.
"Adek tadi ke toilet sebelah sana, tapi gak bertemu mama." balas Lintang ketika sudah mendekat dan langsung bergelayut manja di lengan ibu mertuanya.
Lintang menampilkan senyum terbaiknya guna menutupi kesedihan hatinya.
"Mama tadi ke toilet yang lain," ucap Mama Dian.
"Oh, pantas adek enggak ketemu mama. Hehe..."
"Ayo kita balik. Udah gerah banget di sini," ajak Mama Dian seraya menatap sinis ke arah putranya sendiri.
"Sebelum balik ke apartemen, nanti mampir dulu ke supermarket ya kak." Pinta Lintang.
"Mau ngapain?" tanya Alan.
"Tadi aku lihat kulkas di apartemen masih kosong. Aku mau belajar masak mumpung mama masih di Jakarta. Besok pagi mama udah balik ke Semarang,"
"Hah, masak?" Alan mendadak terkejut mendengarnya. "Yakin kamu?" cibirnya.
"Iya. Memangnya kenapa?"
"Gak kenapa-kenapa sih. Cuma heran saja kamu mau repot-repot terjun di dapur. Kan ada pembantumu-Bik Kokom yang kamu bawa ke Jakarta,"
"Koki utama di dapur tetap adek. Bik Kokom sekadar sebagai mentor dan asisten adek di dapur,"
"Di rumah, kamu sudah bisa masak apa saja?" tanya Alan dengan nada terkesan meremehkan.
"Masak air dan mie instan. Hehe..." jawab Lintang seraya terkekeh sendiri. Namun Lintang tak berbohong. Ia mengatakan apa adanya.
"Masak nasi gak bisa?"
"Pernah diajarin mami sih masak nasi di magic com,"
"Terus hasilnya?"
"Airnya kebanyakan. Nasinya jadi lembek kayak bubur. Hihi..." cicit Lintang.
"Sudah kuduga. Bocil begini mana bisa masak. Pasti semua-semua diurus pembantunya," batin Alan.
Respon berbeda diterima Lintang dari ibu mertuanya.
"Uh, mama beruntung banget punya mantu kayak kamu, Nak. Udah cantik, mau belajar urusan di dapur. Wajar kok kalau gagal begitu, namanya baru belajar. Nanti kamu pasti pinter bukan hanya perkara dapur tapi juga urusan di atas kasur,"
Seketika semburat merah bermunculan di wajah Lintang. Alan hanya memutar bola matanya jengah mendengar pujian setinggi langit dari sang ibu untuk istri kecilnya itu.
"Kalau urusan yang satu itu, adek belum paham caranya Ma. Nanti mama ajarin adek ya," bisik Lintang lirih terkesan malu-malu di telinga Mama Dian. Alan tentu jelas mendengar obrolan tersebut.
"Nanti mama kasih resep urusan dapur dan kasur. Selebihnya, Alan yang akan mengajarimu banyak hal terutama soal kasur. Benar kan, Lan?"
"Mama bahas apaan sih!" protes Alan.
"Loh ini hal penting dan wajar dibahas oleh pengantin baru. Piye toh kamu. Jangan malu-maluin mama, Lan. Papamu saja selalu bikin mama klepek-klepek kalau lagi ngad0n,"
"Astaga, Mama! Di sebelah mama ada anak kecil. Kenapa malah bahas hal begituan?" sungut Alan.
"Lintang itu sudah delapan belas tahun, bukan masih TK. Wajar dong bahas hal seperti ini. Mama pengin banget segera nimang cucu dari kalian berdua,"
Alan memilih tak merespon apapun jika sudah menyangkut perkara cucu. Ia berjalan menuju parkiran mobilnya. Disusul Mama Dian dan Lintang yang mengekori di belakang tubuh Alan.
Kedua wanita beda usia itu sayup-sayup terdengar di telinga Alan masih membahas perkara dapur dan kasur.
"Kamu jangan terlalu terbebani harus bisa ini itu, terutama soal urusan dapur. Alan menikah denganmu karena cari istri alias pendamping hidup, bukan untuk dijadikan pembantu. Biarlah semua mengalir dengan sendirinya,"
"Makasih, Ma."
"Sama-sama, Sayang."
☘️☘️
Sebenarnya, Lintang perlahan mulai mengerti pembahasaan orang dewasa terutama yang mengarah pada malam pemersatu bangsa yang biasa dilakukan suami-istri di luar sana.
Lintang masih mempelajarinya secara teori, belum melakukan prakteknya.
Sebelum Alan menjemputnya untuk pergi ke Jakarta, Lintang banyak mengobrol dan diberi arahan oleh kedua kakak iparnya.
Bahkan Lintang sempat diajak pergi ke pusat perbelanjaan ternama di Jogja bersama Mbak Rara dan Mbak Indah untuk membeli sesuatu. Barang kera_mat kebutuhan krusial pengantin baru yang mampu meningkatkan li_bido suami.
Terlebih para pria adalah makhluk visual. Mudah terpantik dengan apa yang dilihat dari kedua netranya.
Seperti pepatah, "Dari mata turun ke hati."
Kedua kakak iparnya itu membelikan Lintang beberapa baju dinas malam yang cukup menggoda iman suami, biasa disebut linge_rie.
"Aduh, mbak. Bajunya kok kurang bahan begini. Apa baju ini gagal produksi dari pabriknya?"
"Bukan gagal produksi, Dek. Tapi memang designnya sengaja dibuat seperti ini," jawab Mbak Rara, kakak ipar pertama.
"Adek enggak mau pakai baju begini. Nanti adek dimarahin papi-mami. Adek pasti kedinginan kena AC di kamar kalau pakai nih baju," tolak Lintang kala itu.
"Ini namanya baju dinas malam. Semua wanita yang sudah menikah, dominan pakai baju ini. Kamu enggak akan kedinginan. Tenang saja," ucap Mbak Rara. "Karena Alan akan segera menghangatkan mu," imbuhnya seraya tersenyum tipis.
"Kok adek enggak pernah lihat mami, Mbak Rara dan Mbak Indah pakai baju seperti ini?"
"Karena baju ini hanya dipakai di depan suami saja, bukan di hadapan orang lain. Dipakainya di dalam kamar sebelum main bilyard di atas kasur," sahut Mbak Indah, kakak ipar kedua.
"Adek mau bikin Kak Alan seneng gak?" pancing Mbak Rara.
"Ya mau. Tapi, masa adek harus pakai baju yang kurang bahan begini. Apa kata kakak nanti?"
"Kak Alanmu itu pasti seneng banget. Terus, matanya gak kedip sama sekali. Dia bakal lihatin kamu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Setelah itu..." ucap Mbak Rara sengaja menggantung seraya tertawa kecil.
"Setelah itu apa, Mbak?" tanya Lintang yang didera penasaran.
"Ya, setelah itu kamu jadi mantan pera_wan. Soalnya bendungan Alan pasti jeb0l dan gak tahan. Hehe..." sahut Mbak Indah seraya terkekeh sendiri.
"Bendungan apa, Mbak? Memangnya Kak Alan punya bendungan? Besar gak bendungannya?" cecar Lintang yang belum paham maksud kakak iparnya tersebut.
"Punya, Dek. Semua pria punya bendungan di bawah perutnya. Bendungannya itu bisa membesar dan mengecil, tergantung sikon. Biasanya kalau pagi hari pasti tuh bendungan lagi bangun terus membesar. Butuh asupan gizi. Hihi..." ucap Mbak Indah seraya terkikik sendiri sambil membayangkan barang pribadi milik suaminya, Mas Dewa.
Petualangan Lintang dan kedua kakak iparnya di mall kala itu bukan hanya membawa pulang beberapa potong linge_rie se_xy. Namun Lintang juga dibelikan sebuah buku penting yakni Buku Kang Mas Su_sut.
Lintang tersenyum geli membayangkan kehebohan dirinya ketika berbelanja bersama kedua kakak iparnya beberapa waktu yang lalu. Sampai-sampai ia terus menundukkan kepalanya ketika berada di kasir bersama Mbak Rara dan Mbak Indah.
Lintang sempat pusing setelah membaca buku kera_mat tersebut.
"Pelan-pelan saja. Nanti adek juga akan terbiasa," saran Mbak Rara yang begitu menenangkan batin dan jiwa Lintang.
Kembali ke masa sekarang, Jakarta.
Kini Alan, Lintang dan Mama Dian sudah berada di dalam mobil yang melaju guna menuju ke sebuah supermarket.
Lintang duduk di bangku penumpang bagian depan. Alan yang mengemudikan mobil. Lalu, Mama Dian duduk di bangku tengah.
Lintang sempat melirik Alan secara sembunyi-sembunyi.
"Jika memang nantinya tak ada sedikit ruang untuk adek di dalam sana, adek akan mengalah. Adek akan pergi demi kebahagiaan kakak," batin Lintang.
Bersambung...
🍁🍁🍁
gemes sm si lintang jdnya