Hanya menceritakan tentang dua sejoli yang awalnya sebatas teman sekelas yang sering menganggu dan di ganggu, kemudian berakhir menjadi sepasang kekasih yang sulit di pisahkan, entah alasan apa cowok bernama lengkap Jendra Natawiratama tiba-tiba jatuh cinta pada gadis sekelasnya yang bernama Aprilia Yuswan atau kerap di sapa Lia. Banyak hal yang terjadi setelah mereka menjadi sepasang kekasih, mulai dari hal Absurd nya Jendra pada Lia sampai orang ketiga yang terus mencoba merusak hubungan mereka.
Apakah mereka bisa menghadapi segala lika-liku hubungan nya? Bagaimana cara mereka berdua saling menguatkan? Dan bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Ikuti kisah mereka sampai tuntas ya..
See you.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon felyaklueva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20. Makan malam bersama keluarga Wiratama (part 3) end.
Setelah mereka menghabiskan makan malamnya, kini keluarga Wiratama beserta Lia mulai menikmati hidangan pencuci mulut dan masih di barengi dengan obrolan yang semakin membuat suasana jadi lebih ramai dan hangat.
Beberapa jenis kue serta aneka macam buah-buahan yang sudah di kupas dan di iris pun tersaji rapi di meja makan, dadar gulung coklat menjadi perhatian Om Wiratama. Pria itu mengambil satu gulung dengan dahi sedikit mengkerut, 'dadar gulung ini meragukan, tapi kalau gak di coba bikin penasaran' batin Om Wiratama.
Jendra yang memang sudah melirik dan menunggu ayahnya untuk mengambil kue hasil karyanya, dia menahan senyum kala melihat ayahnya terkena jebakan dadar gulung gosong.
"Enak pah dadar gulung nya?" Tanya Jendra spontan ketika melihat ayahnya sudah mengigit dadar gulung nya.
Melihat ayahnya mengunyah dengan raut wajah yang nampak tertekan, serta nampak juga terlihat seperti terpaksa untuk menelan dadar gulung yang pasti rasanya sangat pahit akibat gosong. Jendra yang sedari tadi menahan untuk tidak tertawa, namun lemah. Tawanya pun pecah, dan membuat Lia begitu juga Tante Rinjani menatap lelaki itu bingung. Sementara Om Wiratama, jangan ditanya. Pria itu telah menelan habis makanannya walau dengan raut wajah yang hampir pucat.
"Bhahahaha... Pah udah pah, mending buang aja gak usah di telen" ucap Jendra dengan terus tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa terlalu kencang.
"Telat Jen, udah papa telen dari tadi. Ini siapa yang buat?" Timpal Om Wiratama dengan raut wajah datar pada Jendra sembari bertanya.
Mendengar pertanyaan dari Om Wiratama, entah kenapa wajah Lia yang berganti menjadi pucat. Masalahnya, dia yang bikin kulitnya dan masukin isian nya juga bareng sama si Jendra. Mau aja Lia menimpali pertanyaan dari Om Wiratama, namun Tante Rinjani sudah lebih dulu menimpalinya dan jawabannya mampu membuat Lia sedikit tenang tanpa takut di salahkan.
"Loh papa kenapa? Itu dadar gulung bikinan mama loh, variasi mama sendiri, gimana? Enak gak?" Timpal Tante Rinjani menghujani beberapa pertanyaan pada suaminya.
Mendengar jawaban dari sang istri, Om Wiratama langsung kicep tak berani mengatakan bahwa dadar gulung yang ia makan rasanya pahit dan gosong. Lia dan Jendra saling tatap, si gadis merasa lega walau sempat heran. Kala Tante Rinjani mengaku itu buatan nya, ya memang buatan beliau. Tapi cuma di bagian bikin ide sama adonan doang, sisa yang paling banyaknya jelas Jendra sama Lia. Tapi ya udah lah, emang kepengen di puji suami kali, lain halnya dengan Jendra. Ia tersenyum usil pada sang ayah yang nampak seperti merangkai kata-kata dulu sebelum menjawab.
"Papa gak apa-apa kok sayang.. oh, jadi ini buatan mama? Pantesan aja rasanya enak, emang pinter ya kamu masak nya" puji Om Wiratama dengan setelah nya ia memasukkan kembali sisa potongan dadar gulung ke dalam mulutnya, menghargai hasil masakan istri.
Di puji seperti itu, tentu membuat Tante Rinjani menjadi tersenyum tersipu. Lain halnya dengan Jendra. Putra mereka, yang memandang ngeri kala melihat papanya yang memakan kembali kue gosong itu demi ibunya. Sedangkan Lia, gadis itu sebenarnya penasaran. Maka dia pun mengambil satu gulung dan mulai mencicipi nya.
"Enak banget mah dadar gulung nya, manisnya pas" Lia ikut memuji dan memang rasanya enak. Karena dia mengambil hasil karyanya, bukan dari karya si Jendra.
Om Wiratama di buat melongo dengan pendapat Lia soal kue tersebut, dan hal itu juga membuat Jendra penasaran. Maka dia pun ikut mengambil dan mencicipi nya.
"Iya enak, manis" ujar Jendra ikut memuji. Padahal itu buatan dia yang berbentuk segitiga, yang Jendra bilang mirip kue lupis.
'Punya anak-anak enak, kenapa punya gue doang yang pahit. Faktor umur kali ya' batin Om Wiratama kala mendengar ulasan dari anak-anak.
"Makasih loh pujiannya, mama jadi malu. Di abisin ya sekalian di makan juga makanan yang lainnya" ujar Tante Rinjani dengan senyum bahagia nya.
Lia mengangguk dan ketika hendak mengambil kue lainnya, dering ponselnya membuat gadis itu mengurungkan niatnya dan memilih mengecek layar persegi itu. Ketika di lihat, rupanya ibunya mengirim pesan khawatir dan memintanya untuk pulang. Lia tepuk jidat, ia lupa waktu di rumah Jendra. Tante Rinjani yang melihat gelagat Lia pun tentu langsung bertanya.
"Kamu kenapa sayang?" Tanyanya pada Lia.
"Ini mah, ibu Lia minta Lia buat pulang, hmm.. mah Lia pamit pulang ya makasih banyak atas makan malam nya, makasih banyak juga buat papa" pamit Lia pada orang tuanya Jendra, namun ketika hendak bangun dari duduknya gadis itu di tahan oleh Tante Rinjani.
"Sebentar dulu sayang, mama mau ambil beberapa makanan juga kue yang udah mama siapin buat ibunya Lia, tunggu sebentar ya mama ambil dulu" kata Tante Rinjani dan malah beliau yang terbangun dari duduknya dengan buru-buru.
"Papa dan mama titip salam ya nak buat ibu dan ayahnya Lia" ucap Om Wiratama menitip salam pada kedua orangtuanya Lia.
"iya pah, Lia pasti sampaikan salamnya" timpal Lia di angguki oleh Om Wiratama.
"Pah, Jendra pinjem mobil papa buat anter Lia pulang ya" Jendra meminta ijin pada ayahnya, karena tidak memungkinkan untuk menaiki motor dengan kondisi Lia yang memakai baju terbuka. Ia tak ingin paha Lia jadi bahan tontonan orang-orang.
"Pake aja Jen, lagian kan mobil itu sering kamu pake buat keluyuran juga. Jadi ngapain harus minta izin segala" ucap Om Wiratama yang langsung di beri tatapan malas dari Jendra.
Dua sejoli itu pun langsung terbangun dari duduknya, bersamaan dengan Tante Rinjani yang datang menghampiri mereka sembari membawa susunan wadah tertutup lalu di sodorkan pada Lia, tentu gadis itu menerima nya dengan sopan.
"Ini kasih ya ke ibunya Lia, bilang ke ibu ada salam dari mama terus juga nanti ajakin ibunya main kesini. Kita ngopi-ngopi cantik sambil sharing gitu..." Ucap Tante Rinjani masih dengan gaya centilnya.
"Sharing, ngerumpi kali" gumam Jendra yang nyaris tak terdengar. Kalau kedengaran bisa gawat, uang saku nya terancam di potong.
"Iya mah, pasti Lia kasih tau ibu. Sekali lagi makasih ya mah" timpal Lia tersenyum tulus pada Tante Rinjani.
"Sama-sama sayang, padahal mama masih pengen kamu lama-lama di sini, mama masih pengen ngobrol sama kamu tapi keburu udah mau pulang, jadi gak apa-apa deh tapi nanti kamu main lagi ke sini ya sayang" jelas Tante Rinjani.
"Iya mah, nanti Lia usahain main lagi ke sini" timpal Lia tersenyum manis pada Tante Rinjani.
"Ya udah, hati-hati ya, Jen anterin sampai tujuan jangan sampai lecet sedikit pun. Juga Lia sayang... Kalau anak mama minta yang macem-macem langsung tonjok aja ya jangan di kasih" sambung Tante Rinjani dengan menyuruh Jendra sembari mewanti-wanti Lia.
Jendra tak menimpali, dirinya sudah terlalu malas karena sedari tadi dia terus yang di nistakan. Lantas kedua sejoli itupun keluar dari dalam rumah di ikuti dengan Om Wiratama dan Tante Rinjani yang mengantarkan nya sampai pintu, suami istri itu melambaikan tangannya kala Jendra dan Lia sudah memasuki mobil dan meninggalkan halaman rumahnya.