Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Setelah rombongan Maximilian meninggalkan tempat itu, suasana rumah keluarga Liu Zhen berubah riuh. Kotak-kotak mas kawin yang baru saja diterima kini terbuka, memperlihatkan kilauan emas dan perhiasan mewah yang memantulkan cahaya lampu gantung.
Liu Zhen memandang batang emas yang berjejer rapi dengan mata berbinar. Jemarinya gemetar saat menyentuhnya. "Batang emas asli... hahahaha… kita kaya! Semua ini sangat berharga," ujarnya dengan tawa puas, seolah seluruh dunia kini berada di tangannya.
Fanny dan Flora tak kalah heboh. Keduanya langsung merebut kalung mutiara dan gelang emas, menempelkannya di leher dan pergelangan tangan masing-masing sambil bercermin di kaca besar di ruang tamu.
"Indah sekali, lihat, Mama! Cahaya mutiara ini benar-benar mahal, pantas saja keluarga Zhang begitu dihormati," kata Flora dengan mata berbinar.
Liu Zhen tersenyum lebar. "Cat, kau sungguh luar biasa. Tuan Zhang tidak ragu memberimu begitu banyak uang, batang emas, dan perhiasan yang mewah."
Namun, Flora yang penuh iri hati mendengus sinis. Matanya menatap tajam ke arah Cat. "Hanya seorang anak desa, tidak layak memilikinya. Jangan lupa, semua ini seharusnya adalah milikku. Kalau bukan kau yang merebutnya dariku, aku pasti penerimanya!"
Cat, yang berdiri di tangga sambil menyilangkan tangan di dada, hanya tersenyum tipis. Ia menjawab dengan suara tenang, penuh sindiran. "Kalau kalian suka, ambil saja. Lagi pula semua ini aku tidak bisa menggunakannya." Ia lalu melangkah naik, meninggalkan mereka yang sibuk merayakan harta.
"Dasar bodoh!" batin Cat sambil tersenyum samar. Sorot matanya menunjukkan sesuatu yang tak disadari keluarganya—sebuah rencana tersembunyi yang sudah ia siapkan.
Di bawah, Fanny menepuk bahu Flora. "Flora, sejak awal semua ini memang milikmu. Dia hanya anak desa, belum layak menyentuh perhiasan semahal ini."
Flora mengangguk puas, wajahnya dipenuhi kesombongan. Sementara itu, Liu Zhen masih sibuk menghitung batang emas dengan penuh nafsu. "Kita kaya… sangat kaya! Tuan Zhang benar-benar murah hati. Kelak aku bisa meminta bantuannya untuk memperluas perusahaan kita."
Cat berhenti sejenak, lalu menoleh dengan tatapan dingin ke arah mereka bertiga."Keserakahan akan menjatuhkan kalian," gumamnya.
Ia kemudian menaiki anak tangga ke lantai paling atas, langkahnya ringan seakan tak terbebani apa pun. Dari sana, ia berkata dengan nada santai, "Kalau perusahaan butuh modal, jual saja perhiasannya dan gunakan uangnya. Sisanya kalian simpan saja."
Liu Zhen yang tadinya penuh keserakahan langsung menoleh dengan ekspresi setuju. "Cat, saranmu masuk akal. Aku akan menjualnya dan dapatkan uangnya. Setelah itu, bisa digunakan untuk membangun proyek baru."
Cat menoleh sekali lagi, kali ini dengan senyum tenang yang sulit ditebak. "Pa, anggap saja ini sebagai balas budi karena telah membawaku pulang."
Liu Zhen menghela napas, tapi di wajahnya tetap ada keserakahan yang tak bisa disembunyikan. "Setidaknya kau masih punya kesadaran. Baiklah. Setelah kau dan Tuan Zhang bertunangan, ke depannya kau harus bantu keluarga ini. Ingat, kau sudah berutang pada kami."
Cat tersenyum lembut, suaranya ringan, tapi penuh keyakinan. "Tenang saja, aku tidak akan mengecewakanmu."
Namun dalam hati, ia bergumam pelan, "Dan aku akan memberi kalian kejutan besar…"
Beberapa hari kemudian
Hari pertunangan.
Acara pertunangan diadakan di restoran Dragon xin dengan suasana elegan tapi tetap hangat. Maximilian tampil gagah dengan jas hitam fit body, kemeja putih bersih, dasi perak tipis, dan sepatu kulit mengilap. Rambutnya disisir rapi ke belakang, menambah kesan kharismatik seorang mafia muda sekaligus calon suami Cat.
Kedua pihak keluarga menerima tamu dengan senyuman, satu per satu mereka bersalaman, tertawa bahagia, dan menyambut ramah para tamu yang hadir di restoran mewah itu. Sorak dan canda bergema, menambah suasana meriah.
Namun, di sudut ruangan, Flora hanya duduk murung. Wajahnya dingin tanpa senyuman. Matanya terus menatap Maximilian yang berdiri gagah, menyambut setiap tamu dengan kharisma dan senyum elegan.
“Pria yang sempurna ini malah dimiliki oleh gadis desa itu. Tidak adil! Lihat saja nanti, Cat. Aku pasti akan merebutnya darimu, cepat atau lambat,” batin Flora, tangannya terkepal erat menahan iri.
“Fanny, di mana Cat?” tanya Liu Zhen yang tengah memantau keadaan
“Sedang di ruang rias. Wajahnya itu biasa saja. Mau dirias bagaimanapun tetap jelek,” ejek Fanny sambil menyeringai kecil.
“Jaga mulutmu!” bentak Liu Zhen pelan, takut didengar orang lain. “Cat adalah harapan kita. Dia bisa membuat kita kaya. Demi masa depan keluarga ini, kita harus sabar. Dia masih berguna untuk kita.”
Suasana restoran semakin ramai. Musik tradisional samar terdengar, dan di meja utama terlihat Joanna serta Ekin yang duduk anggun. Mereka tampak senang melihat Maximilian begitu berwibawa.
Beberapa saat kemudian, pembawa acara mengumumkan bahwa acara pertukaran cincin akan segera dimulai. Semua tamu menoleh penuh perhatian, menunggu momen sakral itu.
Namun tiba-tiba, langkah tergesa terdengar di ruangan. Charles muncul dengan wajah tegang. Ia langsung menghampiri Maximilian yang sedang berdiri dengan tenang sambil memegang segelas anggur merah.
“Tuan, kabar buruk…” Charles membungkuk sedikit, lalu berbisik dekat telinganya. “Nona Cat tidak ada di ruangan. Dia meninggalkan sepucuk surat.”
Charles menyerahkan surat lipat kecil dengan ekspresi gelisah.
Maximilian mengerutkan alis. Dengan gerakan hati-hati ia membuka surat itu, membaca isinya satu baris demi satu baris. Namun semakin lama matanya bergerak, rahangnya semakin menegang.
“Tuan Zhang, aku tidak akan bertunangan dengan pria yang hanya ingin bermain denganku. Aku bukan wanita murahan yang bisa kau bohongi. Mengenai mas kawin yang kau berikan, telah dimanfaatkan oleh Liu Zhen dan keluarganya. Selamat tinggal.”
Kertas itu bergetar di tangannya. Tiba-tiba—crash!—gelas kristal yang ia genggam pecah berkeping-keping dalam genggamannya. Darah segar menetes dari telapak tangannya, jatuh ke lantai putih restoran, membuat semua orang terperangah.
“Ya Tuhan… Tuan Zhang terluka!” seru salah satu tamu dengan panik.
Para tamu mulai berbisik-bisik.
“Apa yang terjadi?”
“Mengapa tiba-tiba pecah begitu?”
“Kenapa wajahnya terlihat marah sekali?”
Joanna menutup mulutnya, matanya membesar. “Maximilian…” gumamnya cemas.
Ekin berdiri gelisah, jantungnya berdegup kencang. “Apa yang terjadi?"
"Cari dia sampai dapat, bandara, pelabuhan, terminal, dan mana saja! Aku tidak percaya dia bisa lolos dari tanganku!" perintah Maximilian.
"Baik, Tuan!" jawab Charles.
"Bubarkan acara ini, dan tahan keluarga Liu!" Perintah Maximilian yang melangkah pergi meninggalkan acara itu.
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni