NovelToon NovelToon
Dia Milikku

Dia Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.

Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.

Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Masing-Masing

Danial dan Meldy sama-sama paham dengan status yang mereka sandang saat ini. Walaupun pernikahan yang mereka jalani tidak didasari cinta, tapi bagi keduanya pernikahan ini bukanlah pernikahan main-main, pernikahan itu sah dimata agama.

"Meldy masih nggak mau turun bun?." Tanya Dea, sekarang mereka masih berada dirumah Meldy dan Melvin.

"Masih, biarin aja dulu. Kasih waktu Meldy sendiri." Ucap bunda Kanaya, sangat paham betul gimana perasaan Meldy saat ini.

"Melvin juga dikamar bun?." Tanya Dea lagi.

"Kayaknya masih di taman samping deh, tadi bunda lihat dia lagi ngobrol sama Danial." Dea menoleh kearah jendela yang mengarah langsung ke taman samping rumah. Dea melihat Melvin hanya duduk sendirian tanpa ditemani seorang pun.

"Bun, Dea nyamperin Melvin dulu ya."

"Ya sudah, sana gih kamu hibur dia."

Dea menghampiri Melvin, terlihat pria itu sedang melamun dengan tatapan kosong. "Boleh gue duduk disini?." Tanya Dea.

Melvin menoleh dengan wajah datarnya. "Duduk aja."

Dea duduk, lalu mengayun-ayunkan kakinya, diam sejenak lalu menatap Melvin. "Boleh gue hibur lo? Yaa, walaupun nggak akan bisa buat lo senyum sih."

"Caranya?."

"Ngobrolin sesuatu mungkin."

"Ngobrolin apa? Gue nggak ada topik untuk dibahas."

Dea menarik napas panjang, ternyata nggak segampang yang dia bayangkan mengakrabkan diri dengan Melvin. Apa karena situasi nya yang nggak pas atau memang karakter Melvin yang tak jauh beda dengan Danial. "Bohong kalau gue bilang gua tau gimana perasaan lo saat ini, karena gue belum pernah diposisi lo sama Meldy. Tapi, gue tau rasanya ditinggal orang yang kita sayang itu pasti sakit banget. Merindukan orang yang sama sekali nggak bisa kita temui itu sakit."

"Papa keluarga satu-satunya yang kita miliki, dan sekarang ternyata papa memilih menyusul mama. Yang paling buat gue menyesal, gue nggak tau dari awal penyakit yang papa derita. Dia berjuang melawan penyakitnya seorang diri. Gue nggak bisa banyangin gimana susah nya papa menyembunyikan rasa sakit nya dari kita."

Dea mengusap bahu Melvin. "Itu karena om Hendra sangat menyayangi lo sama Meldy. Om Hendra menyembunyikan penyakit nya karena nggak mau lo sama Meldy khawatir."

"Sekarang lo nggak sendiri kok, masih ada gue sama keluarga gue. Kita keluarga kan?." Ucap Dea.

"Keluarga? Kita tiba-tiba jadi keluarga karena pernikahan tanpa cinta itu?."

"Walaupun Meldy sama Danial nggak menikah, kita tetap keluarga. Apa persahabatan orang tua kita nggak cukup untuk menjadikan kita keluarga?."

"Entahlah, gue nggak tau. Bahkan gue rasanya nggak ikhlas membiarkan adik kesayangan gue menikah dengan cara seperti ini." Melvin berdiri lalu pergi meninggalkan Dea sendirian ditanam itu.

Hari berangsur malam, bunda Kanaya dan bibi sudah menyiapkan makan malam untuk mereka bersama.

Atas paksaan Dea, Meldy akhirnya mau ikut bergabung dimeja makan. Kini, kursi kepala keluarga yang biasanya diduduki oleh papa Hendra dipakai sementara oleh papa Edgar.

"Danial, Meldy, setelah ini apa rencana kalian? Mau tinggal sementara dirumah ini, atau gimana?." Tanya papa Edgar disela-sela menyantap makan malam mereka.

"Danial terserah Meldy aja pa, dimana Meldy nyaman. Kalau Meldy mau tinggal disini berdua sama Melvin dulu Danial nggak masalah, Danial akan pulang kerumah papa sama bunda, tapi kalau Meldy mau ikut Danial, kita sudah memutuskan untuk tinggal dirumah sendiri." Jawab Danial. Papa Edgar dan bunda Kanaya juga sudah tau kalau Danial memiliki rumah sendiri.

"Om, tante, Meldy sadar posisi Meldy sekarang. Meldy juga tau kalau seorang istri harus mengikuti kemanapun suaminya pergi. Tapi, Meldy boleh nggak untuk beberapa waktu ini tinggal sama kak Melvin dirumah ini?." Tanya Meldy, sungguh berat rasanya meninggalkan Melvin sendirian dirumah ini.

"Kalau nggak, gimana kita semua tinggal dirumah bunda aja. Biar nggak mencar-mencar. Meldy sama Danial nggak harus pisah rumah, walaupun untuk sementara, dan Meldy bisa ketemu Melvin setiap hari." Bunda Kanaya memberikan usul.

"Maaf tan, bukannya Melvin nggak menghargai ajakan tante. Tapi, Melvin nggak mau meninggalkan rumah ini tan, rumah ini banyak kenangan kita bersama papa." Ucap Danial, menolak ajakan bunda Kanaya dengan sopan.

"Kalau papa sih nggak masalah, apapun keputusan kalian papa hargai. Kalian sudah dewasa dan bisa memilih keputusan masing-masing. Kalau Danial mengizinkan Meldy tinggal untuk sementara waktu disini, nggak apa-apa. Meldy sama Melvin juga pasti membutuhkan waktu berdua." Ucap papa Edgar. "Tapi, kalau Meldy mau, papa ingin Meldy pindah sekolah ke sekolah Danial. Biar Danial atau Melvin bisa menjaga kamu."

"Terserah om aja, Meldy nggak masalah kalau harus pindah sekolah. Meldy ngikut aja."

"Ya sudah kalau begitu, besok papa yang akan mengurus kepindahan kamu ya."

"Iya om." Meldy mengangguk.

Makan malam nggak berlangsung lama, bunda Kanaya dan papa Edgar pulang sedangkan Dea dan Danial menginap.

Pengantin baru itu tidak satu kamar, Danial memilih istirahat dikamar tamu sedangkan Dea tidur dikamar Meldy.

"Kak, maaf ya gue sama kak Melvin ngerepotin lo." Ucap Meldy merasa tak enak hati. Mulai dari proses pemakaman semuanya keluarga Dea lah yang mengurus.

"Nggak boleh ngomong gitu, kayak sama siapa aja lo. Kita kan keluarga. Dan satu lagi, mulai sekarang lo harus biasain panggil papa sama bunda, jangan om tante mulu. Itu mertua lo tau."

"Belum terbiasa."

"Makanya biasain."

"Nanti deh gue coba. Oh ya kak, nanti kalau gue jadi pindah kesekolah lo, jangan bilang-bilang ya tentang hubungan gue sama kak Danial. Anggap aja kita nggak saling kenal." Ucap Meldy.

"Kenapa? Menurut gue bagusnya kalian bilang kalau kalian pacaran, biar cegil cegil yang ngejar Danial tau diri."

"Itu yang gue nggak mau kak, malas berurusan sama fans kak Danial. Gue mau belajar dengan tenang."

"Iya iya deh, demi kakak ipar gue ini apa sih yang enggak." Dea yang tadinya duduk di meja belajar Meldy kini pindah keatas kasur, duduk disamping kakak ipar nya itu. Walaupun usianya lebih tua satu tahun dari Meldy, tapi sekarang Meldy adalah istri Danial, jadi kakak ipar dong ya?.

"Pijar gimana dong? Masa ditinggal sendiri." Meldy teringat dengan sahabat karibnya itu.

"Telpon aja, bilang sama dia. Paling ujung-ujungnya dia minta pindah sekolah juga." Ucap Dea.

Ponsel Meldy berdering, panjang umur, yang barusan mereka bahasa menelpon.

"Assalamualaikum Mel."

"Wa'alaikumsalam."

"Lo dirumah sama siapa? Gue temanin ya." Pijar sangat menghawatirkan keadaan Meldy.

"Nih." Meldy mengarahkan kamera kearah Dea. "Gue sama kak Dea."

"Gue malam ini nginap, kalau mau lo kesini aja." Ucap Dea.

"Besok aja deh kak, mama sendirian dirumah. Papa tadi sore mendadak pergi keluar kota. Tadinya gue pikir Meldy sendirian."

"Ya udah."

"Pi, gue mau kasih tau sesuatu." Ucap Meldy.

"Apa?."

"Gue pindah sekolah."

"Ha? Kenapa? Kemana? Iiiih, lo tega banget sih ninggalin gue."

"SMA Citra Bangsa."

"Kenapa?."

"Lo tau kan sekarang keadaan nya gimana? Kak Melvin sama kak Danial sekolah disana, makanya om Edgar minta gue untuk pindah sekolah kesana juga."

"Kalau mau, ikut pindah aja lo." Saut Dea.

"Ya iyalah lah, masa gue tinggal sendirian. Nggak asik banget. Nantilah gue bilang sama papa." Memang nya kalau anak orang kaya, gampang bilang mau pindah sekolah.

°°°°

Satu Minggu telah berlalu sejak kepergian papa Hendra. Hari ini setelah satu minggu tidak masuk sekolah, Meldy dan Melvin memutuskan kembali masuk sekolah.

Hari pertama pula bagi Meldy pindah sekolah, seperti yang dikatakannya, Pijar juga ikut pindah sekolah. Tapi, Pijar sudah lebih dulu masuk dibanding Meldy.

Meldy dan Melvin berangkat bersama seperti biasanya, tapi bedanya dulu Melvin mengantarkan Meldy kesekolah yang berbeda, tapi sekarang mereka sama-sama berangkat ke sekolah yang sama.

"Mau kakak anterin ke kelas nggak?." Tanya Melvin, saat mereka sampai diparkirkan sekolah.

"Nggak usah kak, kakak duluan aja ke kelas. Meldy udah janji nungguin Pijar."

"Ya udah, kalau butuh apa-apa telpon kakak ya." Melvin mengusap rambut Meldy. Dan itu berhasil menarik perhatian murid lainnya. Mereka sepertinya belum tau kalau wanita yang bersama dengan Melvin itu adalah adiknya sendiri. Melvin tak kalah gantengnya dari Danial, walaupun tak sebanyak fans Danial, juga ada beberapa murid perempuan yang diam-diam mengidolakan Melvin.

"Iya kak." Meldy tersenyum.

"Hai anak baru." Ada seseorang yang menepuk bahu Meldy, ternyata dia adalah Pijar.

"Ya ampun Pijar, ngagetin tau nggak."

"Makanya jangan bengong mulu. Oh ya, kak Melvin mana, katanya kalian berangkat bareng."

"Udah duluan ke kelas. Gue risih tau nggak dilihatin dari tadi."

"Mungkin mereka ngira lo pacar Melvin." Saut Dea, entah dari mana datangnya, tiba-tiba udah nongol aja.

"Gitu ya? Apa wajah kita yang mirip ini nggak kelihatan sama mereka?." Tanya Meldy, wajahnya dengan Melvin benar-benar mirip.

"Mana gue tau, ayolah ke kelas." Pijar merangkul bahu Meldy.

"Kelas lo dimana kak?." Tanya Meldy, karena Dea satu tingkat diatas mereka.

"Digedung sebelah sana. Kita satu jurusan jadi walaupun beda tingkatan, tapi kelas kita nggak jauh kok." Jawab Dea. Memang disekolah itu satu jurusan yang sama baik kelas satu, dua atau kelas tiga letaknya tak berjauhan. Berbeda dengan jurusan yang lain,. letaknya lumayan berjarak.

"Kalau gitu kita kekelas dulu ya kak." Ucap Pijar.

"Ya udah sana, nanti istirahat ketemu di kantin ya." Ucap Dea.

"Oke." Jawab Meldy dan Pijar kompak.

Sementara itu dari kejauhan, Danial memperhatikan Meldy. Ada rasa lega dihatinya melihat Meldy sudah mulai masuk sekolah.

"Dilihatin mulu, samperin sono istri lo." Ucap Alvi yang melihat Danial terus memperhatikan Meldy.

"Suara lo bego, jangan sesekali lo bilang tentang hubungan gue sama Meldy disekolah." Ucap Danial kesal. Dia dan Meldy sudah sepakat untuk pura-pura saling tidak kenal di sekolah.

"Ntah nih tuyul, lo mau Danial dapat masalah." Ucap Deon, sebenarnya tadi dia juga hampir keceplosan, tapi untungnya diduluin oleh Alvi.

Tanpa basa basi, seperti biasa Danial pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu. Sudah tenang setelah melihat keadaan Meldy sekarang. Satu minggu kemaren, mereka benar-benar tidak berkomunikasi sama sekali. Danial tinggal dirumahnya, Meldy juga tinggal dirumahnya sendiri.

1
Ritsu-4
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
Eca99: terimakasih support nya🤗
total 1 replies
Alhida
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!