NovelToon NovelToon
Jodoh Di Tangan Semesta

Jodoh Di Tangan Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Aliansi Pernikahan / Beda Usia / Keluarga / Karir
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Anindya Semesta hanyalah gadis ingusan yang baru saja menyelesaikan kuliah. Daripada buru-buru mencari kerja atau lanjut S2, dia lebih memilih untuk menikmati hari-harinya dengan bermalasan setelah beberapa bulan berkutat dengan skripsi dan bimbingan.

Sayangnya, keinginan itu tak mendapatkan dukungan dari orang tua, terutama ayahnya. Julian Theo Xander ingin putri tunggalnya segera menikah! Dia ingin segera menimang cucu, supaya tidak kalah saing dengan koleganya yang lain.

"Menikah sama siapa? Anin nggak punya pacar!"

"Ada anak kolega Papi, besok kalian ketemu!"

Tetapi Anindya tidak mau. Menyerahkan hidupnya untuk dimiliki oleh laki-laki asing adalah mimpi buruk. Jadi, dia segera putar otak mencari solusi. Dan tak ada yang lebih baik daripada meminta bantuan Malik, tetangga sebelah yang baru pindah enam bulan lalu.

Malik tampan, mapan, terlihat misterius dan menawan, Anindya suka!

Tapi masalahnya, apakah Malik mau membantu secara cuma-cuma?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semesta 17.

Apa itu menyerah? Anindya tidak mengenal kata itu dalam kamus hidupnya. Selama Tuhan belum kasih warning secara gamblang bahwa ia harus berhenti, Anindya akan terus melangkah.

Delapan belas menit setelah Malik pergi, Anindya mulai memikirkan strategi baru untuk menemukan si gendut. Mungkin memang tidak bisa hanya ditunggu di tempat terakhir ia muncul. Mungkin Anindya harus lebih effort mencari ke seluruh sudut taman rumah sakit.

Sekarang 20 menit sudah Anindya ngider demi mencari si gendut. Setiap orang yang dia temui, mau itu pasien atau perawat, semuanya dia tanyai apakah ada yang tahu keberadaan si gendut. Hampir semuanya menjawab tidak tahu. Sebagian menjawab tahu, tapi juga memvalidasi omongan Malik bahwa si gendut adalah kucing liar yang tidak setiap hari datang ke sini. Sebagian malah tampak acuh. Belum kelar Anindya bertanya, mereka sudah melengos lalu pergi. Nah, yang tipe terakhir ini akhirnya Anindya berikan hadiah berupa sumpah serapah yang dikatakan lantang di dalam hati.

Masih tidak berpikir untuk menyerah. Anindya mengayunkan langkah menuju sudut kanan taman. Tempat yang lebih banyak diisi tumbuhan daripada area duduk di bawah naungan pohon rindang. Sedari tadi diperhatikan, area itu lebih sepi dari lalu-lalang. Barangkali si gendut adalah makhluk introvert, maka area itu paling cocok untuk bersembunyi.

"Nduttt..."

Hening. Hanya desir angin yang menjawab panggilannya. Bonus selembar dedaunan kering terbang nyaris menampar muka.

Anindya mengitarkan pandangannya lebih jauh. Mengintip semak-semak, menjelajah pepohonan tak terlalu tinggi dengan cabang kokoh yang banyak, sampai melongokkan kepala sedikit ke arah selokan kecil di bagian luar taman. Hasilnya masih nihil. Tidak terdapat tanda-tanda keberadaan si gendut.

"Ayolah Nduttt, muncul. Aku nggak mau diseret paksa sama Mas Malik sebelum kamu ketemu," keluhnya. Seakan si gendut bisa mendengar lalu walla! tiba-tiba muncul di hadapannya.

Terima kasih pada Dewi Fortuna, kali ini mau berpihak pada Anindya. Si gendut memang tidak tiba-tiba muncul, tapi Anindya diberi kesempatan menemukan sesuatu yang lain. Barangkali bisa membantunya menemukan si gendut.

"Permisi," ucapnya sopan. Pada seorang remaja laki-laki dengan baju rumah sakit.

Remaja laki-laki itu sekitar usia 15 sampai 17 tahun. Rambutnya hitam legam agak gondrong dengan poni nyaris menusuk mata. Perawakannya tinggi, sekitar 175 sampai 180 senti. Sedikit lebih pendek daripada Malik. Ketika menoleh, wajahnya pucat, bibirnya pecah-pecah, dan matanya tampak sayu tak bercahaya.

"Ya?" sahut si remaja.

Anindya menurunkan pandangan ke tangan si remaja. Di sana, tergenggam satu botol bening ukuran 350ml, berisi dry food bentuk ikan kecil-kecil berwarna cokelat tua.

"Kamu suka kasih makan kucing liar di sini?" tanyanya setelah kembali menatap sang remaja.

Remaja itu memandang botol dry food di tangan dan mengangguk.

Senyum Anindya merekah. "Kalau gitu, kamu pernah ketemu si gendut nggak?"

"Si gendut?"

"Iya, si gendut. Kucing tiga warna yang badannya gembrot mirip kudanil. Katanya dia suka keluyuran di taman rumah sakit buat minta jatah preman. Aku dari tadi nyariin dia, tapi nggak ketemu juga."

Si remaja tampak berpikir, seperti sedang mencerna kata-kata Anindya dengan baik.

"Lihat, nggak?"

Tidak langsung menjawab, si remaja malah mengeluarkan ponsel dari saku celana. Berkutat sebentar, lalu menyodorkan layar ke depan wajah Andinya.

Dahi Anindya berkerut sebentar sebelum kepalanya melongok mendekat. Waktu gambar di layar berhasil dicerna dengan baik oleh otak, matanya langsung bersinar cemerlang.

"Nah, iya!" serunya antusias. Senyumnya sudah selebar jidatnya Mbak Pria sekarang.

Si remaja menarik kembali ponselnya. "Mbak yakin memang itu yang Mbak cari?" tanyanya memastikan.

Anindya mengangguk. "Berdasarkan ciri-cirinya sih, benar yang itu."

"Kenapa Mbak cari Tamtam?"

"Tamtam?"

"Kucing ini namanya Tamtam."

Bibir Anindya membulat, membentuk huruf O sempurna.

"Kamu yang kasih nama?"

Si remaja tersenyum tipis. "Iya. Saya juga suka kasih makan kalau dia lagi mampir." Sambil menggoyangkan botol dry food di tangan.

"Dia biasanya datang ke sini pas kapan?"

"Pas...." Si remaja tidak melanjutkan ucapannya. Pandangannya malah terlempar jauh ke seberang mereka.

Anindya mengikuti arah pandangnya, tapi tidak menemukan apa-apa. Hanya semak-semak yang tinggi pendeknya mulai tidak sejajar.

"Sekarang."

Hah? Anindya bingung.

"Tamtam!"

"Miawww!"

Oh...

Si gendut yang dicari-cari sejak tadi berlari kencang layaknya jaguar. Tampak begitu bersemangat menghampiri si remaja. Begitu happy menyambut makan siang.

Remaja laki-laki tadi berjongkok begitu Tamtam tiba di hadapannya. Ritual khusus dilakukan sebelum dry food dituang ke atas rerumputan. Kepala Tamtam diusap-usap lembut, sementara si makhluk bulu bermanja-manja menggesekkan tubuhnya ke kaki si remaja. Tanpa ragu menunjukkan perut gembulnya. Percaya sepenuhnya bahwa si remaja tidak akan menyakitinya.

Setelah ritual khusus selesai, Tamtam diizinkan menikmati makan siang. Si remaja memperhatikan dengan tatapan bangga. Bagai bapak yang senang melihat anaknya lahap menyantap makanan hasil dibawa dari pulang kerja.

Tanpa sadar, Anindya juga jadi ikut memperhatikan si gendut makan. Dia berjongkok, menopang kedua pipi dan serius menatap Tamtam yang makan dengan lahap tapi tetap slay, tidak rakus seperti tak pernah diberi makan bertahun-tahun.

"Omong-omong," si remaja buka suara. "Mbak kenapa nyariin Tamtam?"

Bagai tombol pengingatnya baru saja disentuh, Anindya tersentak pelan. Dia menepuk dahi, lalu buru-buru merogoh saku celana mencari ponselnya yang begitu dia cintai.

Pertanyaan si remaja tidak dijawab. Anindya repot sendiri menekan nomor Malik dan dengan gelisah menunggu sampai panggilannya diangkat.

"Halo, kena--"

"Mas Malik! Cepetan balik ke taman!"

"Apa? Kenapa?"

"Cepetan!"

"Tunggu, saya ke sana sekarang!"

Napas Malik yang ngos-ngosan terus terdengar di ujung telepon. Anindya menatap layar ponselnya sebentar sebelum akhirnya menekan tombol merah. Terheran-heran pula sebetulnya karena Malik tidak mematikan teleponnya lebih dulu seperti biasa.

"Mbak."

Anindya menoleh lagi pada remaja di sampingnya. "Hmm?"

"Pertanyaan saya belum dijawab. Kenapa Mbak nyariin Tamtam?"

"Ohhh, itu...." Anindya mulai menceritakan semuanya yang dia dengar dari Malik. Si remaja mendengarkan dengan saksama. Tamtam si gendut yang masih asyik mukbang hanya sesekali menjeda kunyahan, seakan ingin ikut mencuri dengar lalu kembali menikmati makanan setelah dirasa pembahasannya tidak begitu ia mengerti. Yah... namanya juga hewan.

"Tamtam nggak nakal kok biasanya. Mungkin refleks karena kaget."

Anindya mengangguk setuju. "Tapi dia tetap harus minta maaf. Soalnya calon suami aku sampai harus dapat dua suntikan dan tangannya penuh perban."

Tak seperti Malik yang pesimis dan skeptis, si remaja malah merespons keinginan Anindya dengan dukungan penuh.

"Tapi jangan dimarahin ya, Mbak. Kasih tahunya pelan-pelan. Tamtam anak baik kok. Dia nggak mungkin sengaja celakain orang."

Anindya menahan senyum. Entah karena usianya masih muda, makanya pikirannya masih naif dan terkesan polos, atau remaja tampan ini memang dasarnya berhati lembut dan baik hati saja. Yang mana pun itu, Anindya senang misinya didukung.

Tidak sampai lima menit kemudian, grasak-grusuk terdengar dari arah belakang. Anindya dan si remaja sama-sama menoleh. Menyambut Malik yang datang dengan langkah terayun lebar dan napas ngos-ngosan.

"Anin ... ada apa? Kamu nggak apa-apa?" tanya Malik seraya mencoba mengatur napasnya.

Anindya bangkit dan tersenyum makin lebar. "Mas Malik. Si gendut udah ketemu."

Bersambung.....

1
Zenun
Lebih dulu mengunci😁
Zenun: mengunci pintu
nowitsrain: Mengunci apa tuchh
total 2 replies
Zenun
mending jujur aja lebih bagus
nowitsrain: Oraittttt
nowitsrain: Oraittttt
total 2 replies
kalea rizuky
lanjut donk seruu
nowitsrain: Syap /Scream//Scream/
total 1 replies
kalea rizuky
astaga pasti ngamuk malik/Curse//Curse//Curse/
kalea rizuky
/Curse//Curse//Curse/ astaga Dragon Ball ngakak liat kelakuan anin/Curse//Curse/ setiap novel yg namannya anin pasti kelakuan nya random
nowitsrain: Hmmm sebuah teori konspirasi
total 1 replies
kalea rizuky
Malik abis di cakar meoww/Curse/
nowitsrain: Meow ndutt
total 1 replies
kalea rizuky
caca di anggap abang kayaknya papa anin pengen anak cwok/Curse//Curse/
nowitsrain: Bisa jadii
total 1 replies
Zenun
udah diceramahin duluan sama Malik, auto tercekat
nowitsrain: Mengkicep
total 1 replies
Zenun
mau pura-pura keguguran ya
Zenun
mamam tuh malah mandi di sini 😁
Zenun
Hng.. tak semudah itu
Zenun
Oma takut kamu sakit Anin
Zenun
sekarang kamu bikin Anin minta maaf sama bocil yang dibikin nangis coba😁
nowitsrain: Nggak deh, nggak mau coba-coba.
total 1 replies
Zenun
nyari oren centil
nowitsrain: Oyen bahenoyy
total 1 replies
Zenun
keadilan apa ni yang tegak? 🙊
nowitsrain: Apa ya....
total 1 replies
Zenun
ayo minta maap ndut
Zenun
tuh kan, dia menemukan mbul
Zenun
mungkin ketemu si mbul
Zenun
Bilang aja, Anin balik yik, kasihan dedek bayinya
nowitsrain: Wkwkwk
total 1 replies
Zenun
Abis diserang sama si ndut yang lagi kejar ular😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!